Bab 51

1.1K 131 25
                                    

"Bu Al?"

Sapaan barusan membuat Alicia yang sedang mencuci tangan di wastafel segera menoleh.

"Eh Kak Erlita!" Alicia segera mematikan keran dan mengambil selembar tisu.

Detik berikutnya ponsel yang ia letakkan di atas meja wastafel berdering. Secara bersamaan mereka melirik ke arah ponsel. Senyuman Alicia pudar begitu melihat nama Ricky Caraka muncul di layar. Sejenak ia melirik Erlita yang tampak keheranan.

"Wah! Tumben Mas Ricky telpon! Saya angkat dulu ya Kak!" Alicia segera menyahut ponselnya dan menggeser layar. "Selamat malam Mas Ricky, ada yang bisa dibantu?"

Erlita yang kebelet ingin buang air kecil memberi isyarat menuju bilik toilet yang telah kosong. Alicia segera mengangguk dan tersenyum.

"Ada Kak Erlita." Terdengar suara panik Ricky di panggilan telepon.

"Oh kartunya tertelan di mana Mas Ricky? Baik tenang Mas Ricky..." Alicia sengaja meninggikan nada suara sambil melirik ke arah pintu bilik yang masih tertutup. "Kak Er, duluan yaaa." Alicia berpamitan di depan pintu bilik kemudian segera berlalu.

Meninggalkan rumah sakit tidak pernah menjadi setegang ini. Karena menunggu lift dirasa terlalu lama, mereka memutuskan turun melalui tangga. Tempat praktek dokter kandungan berada di lantai empat sehingga mereka tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk sampai di parkiran. Sepanjang menuruni tangga Ricky selalu berpesan hati-hati pada Alicia yang berpegangan pada teralis tangga. Setelah itu mereka bergegas menuju parkiran sepeda motor.

"Cepetan! Cepetan Rick!" Sedikit tersengal Alicia segera mengenakan helm-nya. Begitu juga Ricky. Tentu mereka tahu Erlita sehari-hari juga menaiki sepeda motor. Ricky tergesa menyalakan mesin dan menurunkan foot step, Alicia segera membonceng.

Ricky menaikkan kaca helm dan menghembuskan napas lega begitu sepeda motornya meninggalkan parkiran rumah sakit."Ya ampun nyaris aja...." Dadanya berdebar-debar.

"Bisa-bisanya ketemu dia. Saya langsung haus." Alicia sekali lagi menelan ludah demi membasahi tenggorokannya yang kering. "Tadi kamu bilang apa?"

"Ya ke dokter. Mana Ricky nggak sengaja nunjuk ruang praktek dokter spesialis kulit dan kelamin lagi!"

Tawa Alicia meledak begitu saja dan ia menepuk gemas pundak Ricky. "Kok pas banget mana kamu gigolo!"

Ricky memilih tidak menanggapi pernyataan Alicia barusan. Profesinya memang dekat dengan risiko semacam itu. Ricky memang sudah bertekad Lusy menjadi klien terakhirnya sebelum ia bernasib lebih buruk lagi. Harapan-harapan positif mulai terbangun di hatinya. Ricky berharap pertemuannya dengan Renata besok menjadi salah satu titik terang dalam hidupnya. Sampai saat ini Ricky masih belum berani sepenuhnya percaya bahwa kesempatan itu akan datang kepadanya, meski tidak bisa menahan hatinya yang sudah begitu berharap.

"Jadi makan di mall?" Ricky menatap Alicia melalui spion.

"Jadi dong! Laper!" Alicia mengelus perutnya yang sudah keroncongan.

Ricky segera meluncur menuju mall terdekat, sesuai rencana dadakan mereka saat mengantre menunggu giliran dipanggil dokter tadi. Alicia tadi berkata sedang ngidam menikmati suasana makan di luar. Alicia tidak menyebutkan secara spesifik ingin makan apa. Alicia tadi hanya mengatakan, "Saya ngidam suasana makan di luar."

Ngidam suasana? Aneh banget. Emang ada ya? Bumil ngidam suasana? Ricky diam-diam membatin dalam hati. Ricky sama sekali tidak keberatan, selama ia bisa menuruti permintaan ngidam Alicia yang sedang hamil. Apalagi, suasana makan berdua dengannya. Ricky sungguh tidak ingin geer mengira Alicia ngidam pacaran dengannya, meski sangat tidak apa-apa. Mungkin Alicia gengsi jika terus terang mengatakannya.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang