"Maaf kalau sedikit berantakan. Belum sempet bersih-bersih."
Alicia membuka pintu dan mempersilahkan Ricky masuk ke dalam unit apartemennya.
"Silahkan duduk Mas Ricky," ucap Alicia sambil menyalakan AC, meletakkan tasnya dan mengambil alih keranjang buah dari tangan Ricky. Detik berikutnya Alicia menuju meja makan.
Ricky segera duduk di sofa dan mengamati suasana ruang tamu yang sudah pernah ia lihat sebelumnya. Apanya sih yang berantakan? Ricky melihat keadaan apartemen Alicia yang kelewat rapi. Ricky melirik sejenak arlojinya. Sebenarnya ia tidak bisa lama-lama. Ia harus segera menuju kafe tempatnya tampil malam ini.
Demi Alicia, tadi ia menyempatkan membeli buah dalam perjalanan pulang ke apartemen. Sejak tadi menyimpan iba saat mengetahui Alicia muntah-muntah di kantor. Ricky sendiri tidak tahu, kenapa ia harus menyimpan rasa iba tehadap wanita yang sedang mengandung benih dari lelaki entah siapa. Sebenarnya apa urusannya? Kenapa ia kelewat peduli? Sikap seperti ini bahkan tidak membawa benefit apapun bagi dirinya kecuali mengobati rindu.
Eh, rindu? Ricky tidak bisa menyangkal hatinya yang kini selalu merindukan Alicia. Pergi ke bank menjadi sangat menyenangkan sekaligus mendebarkan karena ada Alicia di sana. Jika kedua matanya beruntung, ia akan melihat Alicia.
"Mas Ricky mau minum apa?" tanya Alicia basa-basi.
"Eh nggak usah Bu Al. Saya nggak bisa lama."
Alicia segera duduk di kursi lain di dekat Ricky. "Jadi kenapa repot-repot begini Mas Ricky?" tanya Alicia dengan senyuman di wajah.
"Tadi di kantor Bu Al muntah-muntah. Jadi Ricky bawain buah-buahan."
"Makasih banyak Mas Ricky. Tapi sebenernya Mas Ricky nggak perlu repot-repot. Saya nggak pa-pa kok. Sebaiknya setelah ini, Mas Ricky jangan kasih apa-apa lagi ya? Saya nggak mau Bu Lusy salah paham." Alicia berusaha mengingatkan. Entah mengapa Ricky harus bersikap sejauh ini. Alicia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Ricky.
Nggak mungkin kan dia inget kejadian di malam itu? Diam-diam Alicia merasa cemas.
"Tenang aja, Tante Lusy nggak tahu kok."
Alicia menatap tak percaya. Apa maksud semua ini?
"Bukan masalah nggak tahunya Mas Ricky. Tapi saya merasa ini semua sudah cukup. Setelah ini, saya mohon tolong jangan kirim atau bawain apa-apa lagi."
Ricky menatap kecewa. Ia sendiri juga tidak tahu, kenapa harus kecewa.
"Bu Al, jujur Ricky khawatir sama Bu Al." Ricky memutuskan jujur mengungkap kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu ada.
"Khawatir kenapa?" Alicia mengerutkan dahi.
"Mohon maaf sebelumnya, Ricky nggak bermaksud lancang. Tapi Ricky tahu Bu Al muntah-muntah bukan karena masuk angin." Ricky memberanikan menatap lurus kedua mata Alicia. "Bu Al, hamil kan?" tanyanya dengan pelan.
Alicia membeku di tempatnya. Sesuai dugaannya, Ricky memang sudah mengetahui bahwa ia tengah hamil. Ricky melihatnya membeli susu ibu hamil. Ricky juga melihat cetakan foto USG di atas meja makannya. Tentu saja Ricky dengan mudah menyimpulkan keadaannya yang tengah hamil. Alicia rasa, tidak ada gunanya menutupi kehamilannya dari Ricky. Lagi pula, setelah ini ia berencana mengajukan resign. Ia tidak akan berurusan lagi dengan Lusy.
"Iya," jawab Alicia dengan sikap tenang. "Kalau saya hamil, memangnya kenapa?"
Ricky segera didera kebingungan. Iya juga ya? Memangnya kenapa?
"Ricky cuma... cuma...." Kedua mata Ricky mengerjap saat otaknya sedang memproses jawaban yang paling memungkinkan. Tetapi ia tidak menemukan satu pun alasan logis untuk diungkapkan sehingga memilih jujur mengakui perasaannya. "Ricky nggak tega lihat Bu Al hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR💋PLAY [END]
RomanceKata siapa tante-tante senang hanya tertarik dengan pria macho berbadan kekar yang doyan pamer otot di balik kaos ketat? [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] Ricky Caraka sudah membuktikan sendiri. Fresh graduate berwajah tampan dan bert...