Bab 84

1.1K 140 63
                                    

"Lo agak gendutan...." Lusy mengamati penampilan Alicia yang tampak segar. Pagi itu Alicia mampir ke kantornya, demi memperkenalkan priority banking manager yang baru. Dua hari yang lalu saat ia masih di Surabaya, Alicia mengabari bahwa minggu ini hari terakhirnya bekerja.

"Iya Bu." Alicia mengangguk dengan senyuman di wajah. "Kenalin Bu Lusy, ini Bu Ike yang saya ceritain kemarin. Bu Ike ini yang bakal gantiin saya...." Alicia memperkenalkan Ike yang berdiri di belakangnya. Ike mendekat dan menyalami Lusy dengan kedua tangan. Lusy segera menyambut uluran tangan Ike dengan sikap serupa.

"Ibu, saya Ike yang akan menggantikan Alicia." Ike memperkenalkan diri dengan sopan.

Ike segera duduk di samping Alicia, sementara Lusy duduk nyaman di kursi lain. Mereka saat ini sedang berada di ruang kerja Lusy. Ike mengamati sejenak ruangan yang tampak luas, dengan sofa untuk menerima tamu dan meja kerja, khas ruangan-ruangan pimpinan perusahaan yang selama ini ia datangi. Ia juga melihat lemari kaca yang dipenuhi oleh produk-produk skincare.

"Kenapa sih Al kok mendadak banget resign segala?" protes Lusy basa-basi, padahal kemarin ia sudah sempat mengobrol dengan Alicia di panggilan telepon. "Kan gue jadi kehilangan."

Senyuman Alicia lepas begitu saja. "Tenang aja Bu Lusy, kan ada Bu Ike." Alicia melirik pada Ike yang setia menebar senyum basa-basi.

Semalam setelah Ricky meninggalkan apartemennya, Lusy menghubungi dan bercerita banyak di panggilan telepon. Lusy bercerita mengenai keputusasaannya karena telah kehilangan Ricky. Alicia bahkan mendengar Lusy menangis. Lusy mengaku baru saja sampai dari Surabaya untuk urusan bisnis, tetapi Alicia curiga Lusy sebenarnya menemui orang tua Ricky. Entah apa yang terjadi, Lusy sepertinya sudah kehilangan harapan dengan Ricky.

"Gue dapet info dari narsum gue, ini valid. Kalo Ricky sempet ketemu sama tante-tante lain. Ricky janjian ketemu di hotel sama tante lain. Gue yakin Ricky udah ada tante yang baru," ungkap Lusy tadi malam.

Tentu saja semalam Alicia terkejut mendengar pengakuan Lusy sehingga memutuskan menggali lebih banyak informasi yang baru saja diberikan oleh Lusy. "Maaf, apa Bu Lusy tahu sendiri kalo Ricky ketemuan sama perempuan lain di hotel?"

"Nggak sih, tapi gue dapet info itu dari orang yang ada di circle dia. Udah pasti ini valid. Dia emang ketemuan sama tante-tante lain."

Saat itu Alicia memilih tidak banyak bertanya karena Lusy tampaknya sedang kalut. Ia hanya mendengarkan sambil menyimpan pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Selama ini Ricky tidak pernah bercerita tentang apa pun, juga sosok tante lain seperti yang dimaksud Lusy. Lagi pula, Ricky sudah meniatkan berhenti menjadi gigolo demi menafkahi dengan benar anak mereka. Alicia menduga Lusy hanya sedang cemburu buta.

"Gue masih boleh telpon lo kan Al?" Lusy kembali bertanya.

"Boleh dong Bu...."

"Dia temen curhat gue," ungkap Lusy sambil beralih menatap Ike. "Gue udah curhat apa aja ke dia.... " Kemudian tersenyum menatap Alicia.

Alicia lagi-lagi membalas dengan senyuman basa-basi.

"Al kalo kangen kerja lagi, kontak gue. Gue kasih lo posisi yang bagus," ucap Lusy sungguh-sungguh.

"Makasih Bu." Tawa Alicia berderai dengan sikap malu-malu. "Tapi saya mau bisnis sendiri aja..."

Obrolan basa-basi mengalir sejenak. Alicia lebih banyak membiarkan Ike memperkenalkan diri agar Lusy tidak canggung saat menghubungi Ike setelah ia meninggalkan perusahaan.

"Al, gue sekalian titip transaksi ya? Bentar....." Lusy segera berdiri dan meninggalkan ruangannya.

Alicia dan Ike saling melirik sebelum bersikap lebih santai. Ike mengamati sejenak bufet di dekat sofa dengan deretan bingkai foto. Ia melihat foto-foto Lusy dengan kedua anaknya. Dahinya berkerut heran saat melihat foto seorang pemuda tampan.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang