Bab 44

1.3K 148 30
                                    

"Papa!"

Ricky menatap takjub gadis kecil dengan kuncir dua yang berada di dalam gendongannya. Luar biasa lucu dengan pipi putih gembil dan bibir penuh kemerahan.

"Kamu anak siapa cantik?" tanyanya kepada gadis bermata lebar itu.

"Anyak Papa Yicky cama Mama Ayicia!"

Saking senangnya Ricky hendak mengecup gemas pipi gadis kecil dalam gendongannya ketika nada alarm membuat kedua matanya terbuka. Gadis kecil itu sirna berganti dengan guling abu-abu. Ricky baru menyadari bibirnya tengah mencium guling.

Nanti. Bentar lagi. Ricky semakin membenamkan wajahnya. Kepalanya terasa berat sekali. Ia ingin menambah durasi tidurnya dan menemui gadis kecil tadi. Anakku, ayo dateng lagi ke mimpi Papa.

Berisik alarm pantang menyerah. Tangan kanan Ricky terjulur mencari keberadaan ponselnya. Ia akan membunuh alarm pertama.

Tunggu. Ricky tidak menemukan ponselnya di tempat ia biasa menaruh benda itu di sisinya. Ricky membalik tubuhnya dan terkejut saat menemukan suasana yang berbeda.

Apa? Di mana ini? Sambil menahan pening, kedua matanya berputar. Aroma kimia menyeruak tajam, menambah kadar pening. Mirip seperti aroma obat pel yang kelewat menusuk.

Bukan lemarinya. Bukan dinding kamarnya. Bukan meja rias Lusy. Di mana ini? Rikcy beralih menatap ranjang. Bukan ranjangnya dan ia menemukan dirinya bertelanjang dada di balik selimut.

Haaa? Ya Tuhan lagi-lagi! Dengan cemas Ricky menurunkan selimut dan menemukan celana jeans-nya sudah tidak ada. Ia hanya mengenakan celana pendek. Tunggu apa itu celananya? Ricky menatap celana pendek berwarna biru yang sepertinya bukan miliknya. Dengan hati berdebar Ricky mengintip ke dalam celananya dan merasa lega saat mendapati celana dalamnya masih menempel di bawah sana.

Kenapa aku kayak gini? Ini di mana? Ricky memaksa duduk dan kembali menatap suasana asing di kamar. Ia beranjak turun dan dengan sedikit terhuyung menuju pintu. Tangannya menekan kenop dan ia tercengang saat melihat meja makan dan ruang tamu Alicia.

Astaga! Rikcy kembali menatap panik dirinya yang nyaris telanjang. Kok bisa aku ada di sini? Terus nggak pake baju? Astaga aku ngapain aja? Dengan terbengong-bengong Ricky menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Ia berjalan mengitari kamar sambil mencari di mana pakaiannya. Namun ia tidak menemukan satu pun. Ricky memutuskan  keluar dari kamar dan menemukan suasana yang sepi.

Apa Alicia ke kantor? Ia berjalan pelan sambil mencari-cari di mana pakaiannya. Ia tidak boleh dalam keadaan seperti ini jika Alicia kembali. Tetapi ia tidak menemukan pakaiannya di mana pun.

Ricky berhenti mencari dan berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Namun ia tidak mengingat apa pun. Ingatannya hanya sampai saat ia memesan scotch. Ricky kembali memegangi kepalanya yang pening sambil bertanya putus asa pada dirinya sendiri. Di mana pakaiannya?

"CEKLEK."

Pintu terbuka dan Ricky melihat Alicia muncul di ambang pintu.

"Woo... wooo! Sori Kak!" Ricky panik dan bermaksud bersembunyi di kamar. Rasanya tidak pantas tampil seperti ini di hadapan Alicia. Namun kakinya terantuk kaki meja. "Aduh!" Ricky meringis kesakitan, langkahnya terhenti seketika.

Pintu ditutup.

"Nggak usah malu segala. Saya udah liat semuanya." Alicia mendekat dan menatap datar, kemudian menyerahkan tas plastik berisi pakaian yang masih baru.

"Se... semua?" Ricky malu-malu menegakkan punggung sambil menerima tas plastik dari Alicia kemudian dengan salah tingkah menutupi area bawah perut. Tapi bukankah ia masih mengenakan celana dalamnya?

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang