Bab 3

3.2K 216 30
                                    

Lusy Wilhelmina, nama tante cantik yang duduk di hadapannya.

Wanita 40 tahun itu merupakan owner sekaligus pendiri dari merek skincare lokal yang sedang booming di pasaran. Bukan merek abal-abal, karena yang menjadi brand ambassador produk skincare-nya merupakan artis-artis lokal hingga artis Korea yang sudah punya nama.

Sudah tentu Lusy Wilhelmina ini kuat modal dan kaya raya, begitu pikir Ricky.

Sore itu mereka janji bertemu di bakery and coffee shop yang tidak jauh dari kawasan Thamrin.

Ricky sengaja memilih tempat di deretan dekat jendela yang menghadap area parkir, berharap bisa melihat kendaraan yang dibawa oleh calon kliennya. Ia bahkan sengaja mengajak Lusy bertemu di tempat yang menyediakan layanan valet parking demi memuaskan rasa penasaran akan seberapa mahal mobil yang dibawa oleh Lusy dan apakah wanita itu ke mana-mana di antar oleh supir.

Ricky menarik sedikit sudut bibirnya saat tadi ia melihat Lusy turun dari mobil Bentley hitam dua pintu. Dari obrolan sepanjang makan bersama, Ricky mengetahui sekilas informasi tentang kehidupan pribadi Lusy.

Wanita itu pebisnis tulen dan menikah muda dengan seorang pria pengusaha real estate yang dari segi usia terpaut 25 tahun. Suaminya yang sudah tua, baru saja meninggal dunia dua bulan yang lalu. Saat ini Lusy sudah dikaruniai dua orang anak. Satu anak perempuan dan satu anak laki-laki yang masing-masing berusia 13 tahun dan 9 tahun.

Seperti para tante yang lain, tentu saja Lusy luar biasa tertarik kepadanya. Lusy sempat bercerita suaminya mengidap stroke selama sepuluh tahun sebelum meninggal. Memang ia hadir untuk wanita-wanita yang merindukan guncangan garang laki-laki. Biasanya jika sudah cocok, ia bisa menjalin hubungan yang lumayan lama dengan kliennya dan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari segi finansial.

"Habis ini lanjut ke mana?" Lusy menatap genit.

"Tante mau ke mana?" Ricky balas bertanya.

"Check in yuk." Senyuman Lusy mengembang malu-malu. Kedua pipinya yang pucat bersemu merah.

Ricky mencondongkan tubuh sambil tersenyum tipis.

"Tante suka Ricky ya? Sama, Ricky juga suka tante. Tante cantik banget. Tapi, Ricky nggak mau o n s. Gimana kalo Ricky susah lupa?" tanya Ricky dengan wajah sedih dibuat-buat yang segera bersambut derai tawa Lusy.

"Gombal! Bilang aja kamu nggak mau sama tante..."

"Mau banget! Siapa yang bisa nolak perempuan cantik kayak tante? Tapi.... " Ricky sengaja menjeda kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya Lusy dengan raut penasaran.

"Ricky punya ide yang mungkin bisa tante pertimbangkan." Ricky kembali tersenyum tipis.

"Apa?" Lusy tenggelam menatap wajahnya.

Ricky santai memantik korek api demi membakar batang rokok kesekian.

"Gimana kalo kita pacaran aja?" Kedua matanya memicing tajam. Kali ini saatnya bicara serius.

"Pacaran?" Senyuman Lusy tertahan di sudut bibir. "Kita baru aja ketemu dan kamu sudah pingin pacaran?"

"Enam bulan pertama, 250 juta." Ricky menyandarkan punggungnya.

Lusy tercengang menatapnya.

Ricky kembali menyesap rokoknya dengan santai. Tentu saja ia tidak berkenan hanya menjadi pemuas nafsu wanita kaya raya kesepian tanpa mendapatkan benefit yang sepadan. One night stand, tidak membawa keuntungan apa pun untuknya. Untuk apa one night stand dengan wanita berumur jika ia bisa memilih gadis muda dengan payudara dan bokong yang masih kencang? Meskipun kelihatannya Lusy juga masih memiliki keduanya.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang