Bab 42

1K 132 9
                                    

'Ricky... maaf kalau sikap saya tadi dirasa kurang berkenan. Jujur saya bingung harus jawab apa pas kamu nanya kayak gitu. Saya harap, apapun pilihan kamu itu benar-benar yang terbaik buat kamu.'

Ricky membuka chat dari Alicia yang sengaja baru ia baca setelah menuruni panggung pasca menghibur pengunjung bar tempat Eijaz tampil malam tadi.

Senyumannya sedikit mengembang. Ternyata Alicia memikirkannya.

'Bumil jangan bingung, Ricky nggak pa-pa. Kemarin Ricky cuma jaga sikap di depan Tante Lusy." Ricky memutuskan  membalas meski ia tahu Alicia tidak akan membaca pesannya menjelang jam tiga pagi. Ia kini sengaja berlagak baik-baik saja akan kejadian kemarin siang saat menanyakan pendapat Alicia.

"Kak Al lebih suka lihat Ricky nikah sama Tante Lusy apa nggak?" Ricky kembali mengingat pertanyaannya saat itu. Jujur ketika itu ia hanya ingin Alicia mengatakan sesuatu seperti sebaiknya ia tidak menikah dengan Lusy. Intinya yang mengisyaratkan rasa tidak rela. Akan tetapi jawaban Alicia selalu mengembalikannya pada tempat semula.

"Terserah kamu, yang mana yang bikin kamu bahagia aja. Itu hidup kamu."

Detik itu juga Ricky tidak bisa mengabaikan rasa kecewanya, meski ia tahu jawaban Alicia sungguh beralasan. Perempuan mana yang ingin menjelang masa depan dengan gigolo sepertinya? Kecuali Lusy tentu saja. Perempuan seperti Alicia, tidak akan pernah memilih laki-laki seperti dirinya. Akan tetapi Ricky tidak bisa membohongi hatinya. Jujur ia terlampau kecewa.

Jadi ia memilih menarik diri, demi meredakan suasana hatinya yang buruk. Pada saat itu keadaan juga membuatnya harus bersandiwara di hadapan Lusy, demi memadamkan keinginan wanita itu yang begitu menggebu-gebu untuk dapat memilikinya dengan segala cara. Mau tidak mau, ia bersikap lebih acuh terhadap Alicia sebagai bentuk dari rasa kecewanya.

Sambil merokok di parkiran bar, Ricky membaca ulang pesan Alicia. Sekonyong-konyong terbesit perasaan salah. Kenapa ia harus membuat Alicia kepikiran seperti ini? Wanita itu sudah berada dalam keadaan pelik karena hamil di luar nikah dengan dirinya yang seorang gigolo. Apa ia harus menambah beban pikiran Alicia dengan sikapnya? Perempuan itu sedang mengandung anaknya.

Anaknya, janin kecil.

Rasa sesal menyeruak. Ricky mengutuk sikapnya yang kekanak-kanakan dan terbaca oleh Alicia.

Ricky segera menaiki motornya dan menuju toko roti yang selalu buka 24 jam. Masih terlalu pagi, saat ia tiba di lobi apartemen Alicia. Masih jam empat pagi lebih sedikit. Petugas resepsionis yang biasa tampak tentu saja belum terlihat. Ia menitipkan sekotak croissant pada petugas security yang tadi muncul di balik meja resepsionis. Sambil berjalan ke pintu keluar, ia tidak lupa mengirimkan pesan.

'Bumil, Ricky nitip sarapan di resepsionis. Nanti jangan lupa dibawa ke kantor ya😉.'

Ricky berniat mengirimkan pesan susulan. Ia ingin bertemu dengan Alicia sepulang wanita itu dari kantor, demi mengungkap bukti yang baru saja ia dapatkan dari Wisam. Tetapi ia segera mengurungkan niatnya. Lebih baik tidak usah membuat janji. Ricky berencana menemui Alicia di jam-jam wanita itu sudah santai, agar lebih leluasa berbicara.

           
                                                                                                                  ***

Nathan A. Hastungkara
'Alicia, pagi ini ketemu saya ya.'

Pesan singkat yang datang di jam tujuh pagi itu membuat Alicia kini menunggu di kantor Nathan. Ia melihat Irul si pramubakti membawa nampan berisi teh hangat dan air putih masuk ke dalam ruangan Nathan yang masih tampak kosong. Sementara ruangan Nana juga masih tampak kosong. Tadi Irul sempat berkata bahwa Nana sedang cuti. Alicia menunggu di deretan sofa yang berada di depan ruangan Nathan, duduk sendiri sambil sesekali melirik pada layar televisi yang menampilkan siaran berita.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang