"Silahkan Bu Alicia." Dokter Nala menyapa kedatangan mereka dengan senyuman ramah. "Oh, papanya ikut ya?"
Ricky hanya melirik Alicia dengan senyuman salah tingkah, bingung harus menjawab apa. Reaksi Alicia tidak jauh berbeda dengan Ricky, hanya senyum-senyum saat duduk di hadapan dokter. Sepertinya Dokter Nala lupa jika ia pernah mengaku belum menikah. Wajar saja mengingat pasien beliau sangat banyak, pikir Alicia.
"Ada keluhan apa Bu Al? Masih mual-mual?" tanya Dokter Nala dengan penuh perhatian.
"Iya, masih Dok," jawab Alicia jujur.
"Terakhir kontrol dua minggu lalu ya?" Dokter Nala memperhatikan buku kontrol di atas meja. "Oke silahkan naik, kita cek ya debaynya."
Alicia meletakkan tas-nya dan berdiri menuju pembaringan. Suster yang sudah menunggu menutupi kakinya dengan selimut.
"Saya tensi dulu ya Bu," ucap suster dengan lembut kemudian memasangkan alat tensi pada lengannya. "Seratus dua puluh per enam puluh ya tensinya." Suster melepaskan alat tensi pada lengannya. "Permisi ya Bu." Kemudian menarik ujung sweater-nya dan mulai mengoleskan gel dingin di daerah bawah pusar.
Dokter Nala mendekat dan menempelkan alat USG di atas permukaan rahim. Tatapan Alicia tertuju pada layar monitor. Ricky memundurkan sedikit kursinya demi melihat layar monitor yang membuatnya penasaran. Seperti apa wujud anaknya di dalam sana?
"Itu dedeknya... " Dokter Nala tersenyum menatap monitor. "Ini kantung janin, nah dedeknya di tengah... "
Ricky menatap takjub bayangan kecil di dalam rahim Alicia. Tanpa sadar bibirnya terbuka lebih lebar. Ia melihat anaknya seperti mengambang di dalam rahim Alicia.
"Usia janin delapan minggu empat hari. Panjangnya 1,5 cm. Ini udah mulai kebentuk. Ini lehernya udah mulai ada, ini hidungnya juga kelopak mata mulai kebentuk." Dokter Nala menandai beberapa titik di layar. "Kakinya mulai keliatan, tulang rawan mulai kebentuk, ini plasenta. Nah ini janin udah nempel sama dinding rahim. Ini jantungnya... "
Ricky tanpa sadar tersenyum lebih lebar saat melihat wujud janin kecil pada layar. Tuhan, anakku lucu banget. Diam-diam Ricky menyimpan gemas meski yang terlihat di layar hanya serupa bayangan. Alicia melirik sekilas reaksi Ricky yang tampak antusias. Senyumannya hampir merekah lebih lebar, sehingga Alicia menekan cepat bibirnya.
"Kita cek jantungnya," ucap Dokter Nala sebelum suara detak jantung janin menggema di dalam ruangan. "165 bpm. Good."
Suara jantungnya, Ricky nyaris girang sendirian jika tidak ingat ini sedang berada di ruangan dokter. YA TUHAN suara jantungnya! Sebelah tangan Ricky reflek menutup bibirnya yang semakin menganga. Seketika aliran hangat merambati hatinya. Mendadak merasa iba sekaligus haru pada diri sendiri. Laki-laki muda payah ini, yang sungguh tidak pantas jadi ayah, telah menciptakan kehidupan di dalam perut Alicia. Makhluk lucu itu, mulai sekarang akan ia namai Janin Kecil.
Ricky buru-buru melirik ke atas ketika perasaan sentimental menyeruak dan membuatnya ingin menangis. Kedua matanya dengan cepat kembali menatap monitor. Belum-belum sudah rindu menatap anaknya.
"Oke, semuanya bagus." Dokter Nala meletakkan alatnya dan suster kembali mendekat untuk membersihkan sisa gel di atas permukaan perut Alicia.
Ricky diam-diam merasa kecewa. Kenapa cepet banget?
"Saya kasih anti mual sama vitamin ya." Dokter Nala menuliskan resep.
Alicia kembali duduk di hadapan Dokter Nala sambil membenahi rambutnya.
"Tetep diusahakan makan ya Bu. Ya walau sering muntah, janin harus tetep dapet nutrisi yang cukup. Jangan kecapekan juga, istirahat yang cukup. Kontrol lagi ke sini dua minggu lagi ya." Dokter Nala menutup buku kontrol kemudian tersenyum menatap Alicia dan Ricky.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR💋PLAY [END]
RomanceKata siapa tante-tante senang hanya tertarik dengan pria macho berbadan kekar yang doyan pamer otot di balik kaos ketat? [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] Ricky Caraka sudah membuktikan sendiri. Fresh graduate berwajah tampan dan bert...