Bab 50

1.2K 144 31
                                    

Tante Lusy
Kamu tuli apa gimana? Kenapa aku telp nggak diangkat?

Ricky baru saja sampai di parkiran apartemen, ketika ponselnya berbunyi berkali-kali. Dengan tergesa ia merogoh ponsel dari waist bag dan mendapati pesan Lusy.

'Maaf Tante, Ricky tadi lagi nyetir di jalan. Kenapa?'. Ricky segera membalas.

'Tante di apartemen.'

Mati! Ricky menggigiti bibir saat dilanda panik. Tidak bisa begini. Malam ini ia harus mendampingi Alicia kontrol.

'Ricky masih mau latihan lagi di studio. Tadi habis cari makan.' Ia sengaja membuat alasan.

'Jadi lebih penting latihan?'

Ricky menghembuskan napas berat sambil menatap frustasi. Akhir-akhir ini Lusy sering berkata kasar kepadanya. Makian seperti bodoh, otak udang, dan tuli seperti barusan kini menjadi lebih sering ia terima.

Kalimat mengangkat derajat keluarga atau rakyat miskin menjadi lebih sering ia dengar. Wanita itu mengaku menyayanginya tetapi kerap melontarkan hinaan. Jika ia tampak kesal, Lusy akan mengingatkannya dengan cara-cara menakutkan seperti kalimat "Tante tadi liat status ibu kamu lagi masak ayam goreng." atau "Ibu kamu kangen tuh, dia pasang foto kamu di status WA." lalu diakhiri dengan kalimat "Boleh nggak Tante komen?"

Ia menjadi ketakutan kemudian ia juga yang meminta maaf, padahal Lusy yang seenaknya melontarkan hinaan hingga ia kesal. Ricky benar-benar yakin pernikahan yang diinginkan Lusy hanya akan membuat hidupnya jauh lebih buruk lagi. Jika memang Lusy membencinya, kenapa wanita itu tidak melepasnya? Lusy begitu menginginkannya tapi juga bersikap seenaknya.

'Tante, Ricky kan ada jadwal ngisi wedding event weekend besok? Ya Ricky harus latihan lagu-lagu yang bakal dibawain pas perform.'

'Tante lagi pingin. Sekarang Tante di apartemen.'

Cuk! Ricky mengumpat dalam hati saat membaca pesan dari Lusy.

'Ricky bisa besok pagi buta habis live.'

'Gigolo sial! Rugi bayar kamu mahal-mahal! Tante tunggu, nggak ada alasan!'

ASTAGA! Ricky meremas gemas helm yang masih terpasang di kepala. Gimana ya? Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul tiga sore. Bagaimana jika Lusy berlama-lama dan tidak kunjung pergi hingga jadwalnya menemani Alicia kontrol?

'Tante liat-liat status WA ibu kamu ah.' Pesan berikutnya menyusul.

Bener-bener azab pedih! Ricky menatap layar ponselnya dengan penuh sesal sebelum membalas. 'Sebentar Ricky ke sana tapi nggak bisa lama.'

Ricky sengaja merokok dan menunggu sejenak di depan minimarket apartemen, berpura-pura seolah sedang dalam perjalanan agar Lusy tidak curiga. Setelah dirasa cukup waktu, ia segera naik ke atas.

"Lama banget!" sembur Lusy begitu ia membuka pintu.

"Macet Tante," jawab Ricky sambil tergesa melepas jaket berikut kaosnya. "Jadi? Ricky keburu balik." Ia segera membuat alasan.

"Kok kamu jadi mirip gigolo kelas short time ya?" Lusy memukul pelan dadanya. "Masi keringetan, bau rokok! Ini yang Tante dapet dari 350 juta? Turunin aja tarif kamu jadi tiga ratus rebu!"

"Ya ini yang Tante dapet kalo dadakan. Ricky ngebut lho ke sini, kalo nabrak gimana?"

"Kalo cacat ya Tante balikin ke ortu kamu, terus balikin duit Tante!" Lusy tersenyum simpul.

Bibir Ricky tertahan saat ia hampir saja mengumpat. "Ya udah, kalo gitu lepas Ricky. Buat apa? Tante cari aja gigolo lain."

"Ngapain? Kan kamu nggak nabrak, kenyataannya kamu selamat, ya selesein kewajiban kamu."

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang