Bab 5

2.9K 189 12
                                    

Bagi Ricky, nyaris dua puluh empat jam miliknya hanya diisi dengan bekerja.

Bekerja membahagiakan dan memuaskan wanita yang kini menjadi tantenya.

Ricky tidak pernah membawa hubungannya dengan para wanita ini ke ranah pribadi, meski ia kini sedang melakukan tugasnya tanpa kondom. Lusy tidak akan hamil karena sudah pernah melakukan operasi pemotongan saluran indung telur.

Lusy tentu saja boleh menganggapnya sebagai kekasih, ia akan bersikap sama di hadapan wanita itu meski sesungguhnya tidak ada yang personal di hatinya. Secara status, ia memang pacar Lusy. Akan tetapi hanya sebatas di permukaan. Jauh di dalam hatinya, Ricky bertahan menyimpan anggapan bahwa Lusy bukanlah kekasihnya. Wanita itu hanyalah klien-nya.

"Ohh Rickyy!" Suara Lusy menggema di dalam ruangan kamar. Masih siang saat sepulang dari bank Lusy menginginkannya. Seperti biasa, ia selalu siap melayani kapan pun.

Sebenarnya tidak sulit membangun nafsu terhadap Lusy. Wanita itu teramat menjaga dirinya sehingga masih tampak seperti wanita yang jauh lebih muda. Secara keseluruhan, Lusy menarik. Tetapi perasaannya tidak pernah terseret lebih jauh. Seperti sebelum-sebelumnya, Ricky hanya melaksanakan tugasnya. Seks hanya menjadi pekerjaan. Kalimat cinta dan sikap manis darinya, hanya kepura-puraan.

Ricky nyaris tidak memiliki kehidupan personal. Hampir tidak ada ruang bagi dirinya sendiri. Terkadang ia merasa begitu kosong, seolah tidak memiliki nyawa. Akan tetapi, nominal besar yang mengalir ke rekening membuat hatinya segera terhibur dan kembali mendewakan uang. Satu-satunya tempat bagi jiwanya beristirahat adalah saat ia berada di atas panggung atau di balik microphone. Saat itulah Ricky menjadi dirinya yang sesungguhnya. Tidak ada kepura-puraan, tidak ada sandiwara, hatinya terlibat, dan ia menemukan kebahagiaannya meski secara teknis, ia juga sedang bekerja.

Siapa bilang jadi berondong simpanan tidak melelahkan? Ricky justru sangat lelah meski tidak pernah menampakkannya. Pura-pura bahagia, pura-pura cinta, ternyata melelahkan. Namun apa daya, semua ini memang sudah menjadi pilihannya. Ricky benar-benar sudah siap dengan risikonya. Hatinya terpenjara, kebebasannya terenggut, akan tetapi rekeningnya menggendut. Demi hal yang terakhir, Ricky menggoyangkan pinggulnya lebih kencang lagi.

"Hnggghh!" Lusy mencakari punggungnya ketika denyut di bawah sana membawanya juga sampai pada puncak kenikmatan. Ricky mengerang tertahan dan tidak lupa menciumi bibir Lusy. Harus dilakukan seolah-olah penuh gairah dengan sepenuh rasa. Ricky memejamkan kedua mata, ingin membuat dirinya sendiri percaya bahwa ia pun sempat merasakan cinta meski hanya sepanjang durasi permainan ranjang.

Sebenarnya masih nafsu meski tidak nafsu-nafsu amat. Ricky sendiri bingung mendeskripsikan perasaannya tiap kali sedang bertugas memuaskan Lusy. Konon katanya, laki-laki bisa melakukan seks tanpa melibatkan hati. Mungkin memang benar. Tetapi entah sejak kapan, ia berharap bibir yang ia kecup adalah bibir dari wanita yang berbeda. Ricky rasa, gigolo sepertinya tidak pantas berbicara soal hati. Lusy tidak pernah tahu, hatinya untuk wanita itu sedingin kulkas meski wajah setia mengurai senyuman. Tapi apa soal hati ini penting? Bagi Ricky, tidak ada yang lebih penting daripada uang. Setidaknya, untuk saat ini.

Anggap saja ia memang mencintai Lusy meski Ricky sama sekali tidak bisa menipu hatinya soal yang satu itu. Apa itu cinta? Lupakan saja. Cinta tidak akan membuatnya kaya raya. Bahkan saat ini ia sedang berterima kasih karena diberi bonus deposito sejumlah 2,5 miliar. Ricky masih memejamkan kedua mata saat melumat lembut bibir Lusy.

Sekonyong-konyong muncul bayangan Alicia Syandana, manajer bank yang cantik dan anggun.

Shit! Dia lagi! Ricky berusaha menepis bayangan Alicia yang kembali muncul. Sejak meninggalkan bank hingga sampai ke sini, bayangan Alicia membuntutinya seperti hantu cantik.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang