Bab 83

1K 162 36
                                    


Siang itu Lusy kembali mendatangi kediaman orang tua Ricky sebelum penerbangan ke Jakarta. Ia ingin menegaskan kembali perihal tawarannya. Penolakan halus tempo hari, akan ia balas dengan menguak fakta tentang siapa Ricky. Ia kembali duduk di ruang tamu kediaman Darya sambil memangku tablet.

"Saya sebenarnya ingin memperbaiki masa depan Ricky." Lusy mengawali maksud kedatangannya dengan kalimat manipulatif sebelum masuk pada pokok pembicaraan yang sesungguhnya. "Saya sayang dan care sama Ricky, saya ingin membawa dia ke jalan yang lebih baik. Bapak dan Ibu pasti belum tahu, jika Ricky sebenarnya selama ini di Jakarta jadi......gigolo." Lusy menemukan raut hampa Darya dan Arum. Di luar dugaannya, mereka hanya membisu menatapnya. "Bapak Ibu tahu kan apa itu gigolo?" Lusy berusaha memastikan. Jangan-jangan ayah dan ibu Ricky tidak familiar dengan istilah ini.

"PSK, tapi laki-laki. Ricky selama ini jual diri di Jakarta. Kliennya tante-tante kaya......" Lusy menahan sudut bibir saat melihat Arum yang mulai tampak gelisah. Wanita itu menoleh menatap suaminya dengan raut sedih tertahan.

"Saya nggak percaya," tukas Darya yang sengaja berlagak tidak tahu apa-apa di hadapan Lusy. Ia sengaja bersandiwara tidak tahu apa-apa demi melindungi Ricky. Diam-diam menyimpan cemas jika wanita nekat ini bertindak jauh lebih nekat jika ia menunjukkan sikap sudah tahu semuanya. Lebih baik ia berlagak menyangkal dan perkara selesai. Darya memilih jalan pintas tercepat untuk membuat Lusy berhenti.

"Sebaiknya Bapak percaya...." Lusy menyodorkan tablet dan menunjukkan foto-foto mesranya dengan Ricky yang sudah ia persiapkan.

Darya terperangah menatap layar, begitu juga Arum yang hanya bisa meremas lengan Darya. Ia rasanya ingin menangis saat melihat bagaimana Ricky di layar yang tampak senang hati meladeni tante-tante girang. Ricky memberikan pipinya, bibirnya juga tubuhnya untuk dicium dan dipeluk. Yang membuat Arum sedih, dalam layar Ricky tampak tersenyum. Apa yang dipikirkan putranya saat itu?

Berikutnya Lusy menunjukkan video yang ia ambil diam-diam saat Ricky sedang tidur pulas pasca melayaninya bercinta. Di dalam video Ricky tampak bertelanjang dada di balik selimut sambil memeluk guling.

"Itu di kamar saya.... " Lusy sengaja mengucapkan kalimat yang membuat Arum segera menggeleng dan mengalihkan tatapannya.

"Cukup-cukup..." Darya menggeleng, ia tidak ingin melihat Ricky yang seperti itu lagi. Hatinya teriris, luar biasa sedih. Sejenak ia menenangkan Arum yang mulai menangis. Lusy tidak bergeming, berikutnya ia menunjukkan foto-foto Ricky yang sedang mabuk di Laiv bersamanya. "Ini Ricky, anak Bapak dan Ibu... pergaulannya sudah jauh, dan dia sudah biasa jadi mainan tante-tante girang yang cuma nafsu sama dia. Saya akui, hubungan saya sama Ricky sudah jauh. Tapi saya tulus sama Ricky... saya pingin rubah kehidupan dia. Tapi Ricky.... cuma mau jadi gigolo."

Arum menatap Darya yang tidak mengalihkan kedua matanya dari Lusy.

"Saya ingin menolong dan menyelamatkan putra Bapak. Maka dari itu saya tawarkan pernikahan dan kehidupan yang baik....."

Darya menghela napas berat dan menggeleng sambil menekan bibirnya. "Saya... nggak ada harapan sama Ricky. Anak kurang ajar! Saya nggak akan ngurusin dia lagi!"

Arum menatap heran. Kenapa Darya tiba-tiba mengambil sikap seperti ini? Bukankah mereka sepakat mengawal Ricky apa pun yang terjadi?

"Maksud Bapak?" Lusy menatap heran.

"Ibu, tolong pergi. Saya nggak anggap Ricky anak lagi. Berhenti ke sini. Ricky sudah dewasa. Terserah dia mau gimana."

"Bapak, ini saya menawarkan jalan keluar lho buat Ricky? Kalau Bapak dan Ibu bisa yakinkan Ricky untuk menikah dengan saya......."

"Bu, saya nggak peduli lagi sama Ricky!" tegas Darya. "Susah payah saya besarkan dia, eh malah jual diri! Mulai detik ini, saya nggak anggap dia anak dan saya nggak mau tahu sama urusan dia! Sekarang saya minta Ibu pulang."

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang