Bab 52

1K 123 36
                                    

Tante Lusy
Malam, maaf Tante nanya. Apa Ricky ada di studio?

Pesan yang baru saja masuk membuat Wisam mengerutkan dahi. Sesuai dugaannya, Lusy mulai mengecek Ricky melalui dirinya. Jemari Wisam tertahan di atas layar. Malam ini tidak ada jadwal latihan dan mereka langsung bertemu di bar tempat Eijaz tampil. Wisam segera menghubungi Ricky dan tidak ada jawaban.

'Ricky lo di mana? Ini Tante Lusy WA gue, dia ngecek lo ada di studio apa nggak. Gue harus jawab apa?' Wisam mengirim pesan kepada Ricky.

Beberapa menit kemudian ponselnya berdenting. Wisam melihat pesan balasan dari Ricky.

'Sori gue tadi masih di jalan, habis nganterin Alicia kontrol. Bilang aja gue di studio. Sori ya lo jadi keganggu. Gue minta maaf banget 🙏'

'Its okey. Santai. Ok gue jawab gitu.'

Berikutnya Wisam mengetik pesan kepada Lusy. 'Iya Tante, Ricky ada di studio.'

                                                                                                               ***

"Saya sudah lihat cover lagu kamu di channel Youtube Eijaz sama channel pribadi kamu. Yang di channel kamu sendiri itu jarang keliatan muka dan lebih sering cover instrumen lagu ya? Padahal kamu ganteng lho. Kenapa muka kamu nggak nampang di situ?"

Pagi itu ia bertemu dengan Renata di salah satu lounge hotel berbintang.  Mereka sarapan bersama dan mulai membahas bisnis.

"Soalnya muka Ricky udah sering nongol di Youtube Eijaz. Terus Ricky kepikiran someday buka les piano privat, jadi di channel Youtube sendiri Ricky lebih sering cover instrumen aja."

Renata tampak tersenyum mendengar jawabannya. "Muka kamu ganteng, suara kamu oke. Harusnya kamu banyakin nyanyi di channel sendiri. Kalo di Eijaz, ini bareng-bareng. Di syut dari jarak agak jauh, mungkin yang nonton nggak terlalu ngeh sama muka kamu. Duh Ricky, kamu beneran nggak tahu nilai diri kamu ya? banyak soloist jaman sekarang yang awalnya mulai dari channel Youtube mereka sendiri. Tampang nggak seganteng kamu tapi bisa sukses rilis single. Kamu harusnya bisa lho, reach viewer lebih banyak lagi. Kamu nggak pernah pingin jadi penyanyi terkenal gitu?"

Bibir Ricky tertahan sejenak. Sejujurnya nyaris tidak pernah. Saat mengikuti audisi di Surabaya dulu, ia juga sekadar iseng mencoba dan pada akhirnya gagal lolos karena saat itu sakit tenggorokan. Ricky pernah bercita-cita menjadi terkenal, tetapi bersama band indie impiannya dulu, bukan sebagai seorang soloist. Ricky memang sering mendengar pujian jika wajahnya tampan sampai ia kenyang, tetapi tidak pernah terpikirkan mempertimbangkan wajahnya ini sebagai modal untuk menjadi seseorang yang terkenal. Sejujurnya, ia tidak pernah berpikir untuk menjadi soloist. Ricky rasa, kapasitasnya tidak sampai ke sana.

"Kamu ini beneran gantengnya udah level artis. Saya nggak bohong. Kamu beneran cakep banget. Kok bisa kamu nggak kenal potensi diri sendiri? Itu muka juga pasti belum kena treatment di klinik kan?"

Ricky mengangguk, kemudian menggeleng. Mendadak blank karena mendapat pujian dari pemilik label terkenal.

Senyuman geli Renata lepas begitu saja sebelum mengulangi pertanyaannya. "Ini muka kamu udah pernah kena treatment di klinik belum?"

"Belum Tante. Ricky cuma rajin cuci muka," jawab Ricky apa adanya.

"Nah itu maksud saya. Belum treatment aja udah begini, apalagi treatment?"

Senyuman Ricky mengembang malu-malu. Dalam hati masih merasa sangsi dengan pernyataan Renata. Ah masa sih? Selama ini Ricky menganggap dirinya hanya pemuda daerah yang tidak sekeren anak-anak gaul Jaksel. Masalah tampang, Ricky yakin itu selera. Bagi Ricky, ia memang tampan tapi mungkin tidak mutlak. Selama ini ia mengira cakep banget menurut para wanita adalah yang berwajah kebule-bulean dengan kulit pucat mulus.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang