Bab 41

1.3K 132 38
                                    

Malam itu selepas latihan Ricky memilih merokok sendirian di rooftop studio Wisam. Ricky memang selalu butuh menyendiri seperti ini demi menjernihkan pikiran. Teman-temannya yang lain sedang menyantap mi ayam di bawah. Ricky belum lapar sejak makan siang bersama Lusy tadi.

Ricky merasa tidak punya pilihan lain, sehingga memilih bersikap seolah-olah menyetujui rencana Lusy demi mendinginkan situasi. Lusy sedang panas, mengupayakan segala cara demi segera memilikinya. Ricky takut jika ia menolak, Lusy akan semakin agresif melancarkan segala cara dan semakin terobsesi yang akan membuatnya berdiri di ambang bahaya. Tidak, sampai kapan pun Ricky bertekad orang tuanya tidak boleh tahu jika ia adalah gigolo.

"Kamu beneran setuju kita nikah?" Lusy tadi sempat mempertanyakan kembali pilihan sikapnya yang terasa begitu tiba-tiba.

"Setelah Ricky pikir-pikir lagi, iya setuju." Ia segera menjawab dengan raut yakin.

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?" Lusy tampak meneliti wajahnya.

"Tante bener, nggak akan ada perempuan lain yang mau terima Ricky kayak Tante." Ricky sengaja memberi jawaban yang ia pikir akan menyenangkan hati Lusy.

"Kamu pasti takut Tante kasih tahu orang tua kamu kan?" Lusy menarik sudut bibirnya.

Memang itu salah satu faktor. Ia berakhir membisu menatap Lusy yang tampak menahan tawa.

"You, stupid boy. Kamu pikir bisa bodohi Tante?"

Saat itu Ricky luar biasa takut sehingga ia hanya bisa menatap Lusy dengan raut kaku.

"Ricky harus gimana?" Ia menatap tegang.

"Tante pikir, lebih baik kita percepat pernikahan." Lusy menatap tajam wajahnya, seolah menantang kesungguhan sikapnya. Saat itu ia kesulitan bernapas, rasanya bagai sekarat. "Agatha udah nge-like postingan-postingan kamu di IG. Kayaknya ada yang mau tinggal di Aussie nih begitu kontrak kelar?" Lusy memiringkan kepala.

Oh astaga! Ricky rasanya ingin mengutuk keadaan. Sama sekali tidak menyangka Agatha turut menjadi sumber kekhawatiran Lusy dan memperparah obsesi wanita itu sehingga ingin mempercepat pernikahan.

"Kok bisa Tante bilang gitu? Tante kan tahu kalo Tante Agatha itu yang punya bar tempat dulu Eijaz sering perform."

"Really? Cuma sebatas itu?" Lusy menyungging senyuman pahit. "Berapa yang dia kasih? Hm?"

"Nggak ada Tante, nggak ada apa-apa," jawabnya sambil menyembunyikan panik.

"Tante yakin kalian pernah punya hubungan. Dia tante kamu yang ke luar negeri itu kan? Dia kan?"

"Bukan, orang lain."

"Tante tanya lho sama dia." Lusy kembali mengancamnya.

"Iya tanya aja nggak pa-pa." Ricky berlagak berani. Ia yakin ancaman kali ini hanya hisapan jempol. Mana mungkin Lusy terang-terangan mengaku menggunakan jasa gigolo?

"Tetep, Tante mau kita nikah secepatnya." Lusy menatap keras. "Bukannya kamu tadi udah setuju kita nikah? Jadi Tante nggak usah repot-repot buka kedok kamu di depan ortu kamu."

"Iya," jawaban itu terpaksa meluncur dari mulutnya dan membuat Lusy tersenyum lebih lebar. "Tapi tolong, kasih Ricky waktu." Ia menatap sepenuh permohonan. "Biar Ricky buka pelan-pelan hubungan kita ke orang tua Ricky. Ortu Ricky itu tradisional banget. Nggak mudah buat mereka terima kalau Ricky nikah sama perempuan yang jauh lebih tua. Sabar ya Tante."

Lusy hanya menatap datar kedua matanya selagi ia memikirkan alasan lain yang dirasa masuk akal untuk mengulur waktu.

"Biar Ricky kenal juga sama anak-anak Tante dulu. Sama Flo juga Dylan. Mereka kan juga harus terbiasa dulu sama Ricky...."

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang