Alicia yakin sudah memikirkan ini matang-matang dan merasa keputusannya adalah hal terbaik yang bisa ia berikan pada janin kecil, meski mendadak hatinya kembali dilanda dilema. Pergulatan di dalam batinnya tidak pernah selesai, keraguannya selalu muncul, akan tetapi Frida dan Ghea benar. Mungkin perasaan ini hanya bertahan sementara. Alicia memilih meyakinkan dirinya, bahwa cinta bisa hadir karena terbiasa. Selain itu, ia memilih mengedepankan logikanya.
Sampai saat ini, Alicia tidak menemukan alasan kenapa harus memilih Ricky selain pemuda itu adalah ayah biologis janin kecil, teramat tampan, luar biasa manis, menggemaskan, terkadang imut dan tampak kekanak-kanakan di matanya. Sebentar, kenapa aku......
"Jadi kamu mau ngomongin apa Al?"
Pertanyaan Nathan menggugurkan bayangan Ricky.
Senyuman Alicia mengembang berat, sebelum jemarinya menyentuh pelan cangkir teh hangat di atas meja. Kini mereka sedang berada di coffee shop apartemen sebelah, saling duduk berhadapan. Semalam Alicia menyatakan ingin membicarakan hal serius dan siang ini Nathan berinisiatif mendatanginya. Sekali lagi Alicia menghela napas, mempersiapkan dirinya sebelum membuat keputusan besar. Keputusan yang ia yakin, tidak akan ia sesali.
"Pak Nathan, saya sudah memikirkan tawaran Bapak." Alicia menatap wajah Nathan yang menaruh perhatian penuh. Rambut rapi, alis tebal, hidung mancung, bibir kemerahan. Tampan. Alicia yakin tidak sulit kembali membangun perasaannya terhadap Nathan. Alicia bahkan melihat pipi pucat Nathan sedikit bersemu merah.
"Ehm, iya. Terus?"
"Saya...." Gerak bibir Alicia tertahan sejenak ketika senyuman semanis fruktosa kembali membayang di pelupuk mata, muncul silih berganti dengan wajah Nathan yang tampak menunggu jawabannya.
"Kamu panggil aku hubby. Aku panggil kamu mummy... " Suara Ricky menggema di telinganya, lengkap dengan senyuman jahil pemuda itu.
"Saya...." Kalimat Alicia kembali tertahan saat kilas bayangan saat mereka berciuman kembali muncul. Ia akan menjelang cinta yang lebih baik, tetapi mengapa perasaannya tenggelam sedih?
Alicia yakin satu-satunya organ tubuh yang sedang tidak berfungsi adalah hatinya. Mungkin ia terlalu banyak mengkonsumsi fruktosa yang bersumber dari senyuman manis Ricky, sehingga membebani kinerja hati dan berujung pada komplikasi. Senyuman Ricky memang tidak bisa dianggap remeh.
"Kenapa Al?" tanya Nathan kalem.
"Saya...." Alicia menghela napas berat ketika menyadari ia kembali hanyut dalam pusaran bimbang. Namun ia yakin, segala perasaan tak menentu ini hanya bersifat sementara. Pada akhirnya, kepastian dan kenyamanan hidup akan memenangkan hati setiap wanita.
Nathan adalah laki-laki yang memang muncul sebagai penyelamat hidupnya. Alicia tidak ingin mengulangi kesalahan, khususnya jika sedang dalam keadaan sadar dan tidak berada di bawah pengaruh alkohol.
"Pak Nathan, saya sudah pikirkan tentang pembicaraan kita tempo hari." Alicia melanjutkan kalimatnya. "Saya mau.... menikah dengan Bapak."
Alicia menatap lurus wajah Nathan. Ia ingin yakin, di ujung sana nanti Nathan mampu menggenggam hatinya yang kini semakin berat, hingga menimbulkan himpitan sesak di dadanya.
"..... sangat mau," sambung Alicia lirih.
Senyuman Nathan mengembang, mengukuhkan perasaan bersalah pada diri Alicia yang melihat bayangan Ricky semakin tenggelam dalam kabut gelap di matanya.
"Terima kasih Al." Sejenak Nathan tampak salah tingkah sebelum menghembuskan napas lega. "Bapak anak kamu gimana? Sudah tahu?"
Alicia tenggelam pasrah dengan seluruh rasa getir. Mencoba berdamai dengan hatinya yang mulai detik ini, harus berjuang merelakan perasaan yang sebelumnya malu ia akui, bahkan jika hanya ia sendiri yang tahu. Akan tetapi, hatinya tidak bisa berbohong. Ricky terlanjur menghadirkan denyut berkelanjutan pada hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR💋PLAY [END]
RomanceKata siapa tante-tante senang hanya tertarik dengan pria macho berbadan kekar yang doyan pamer otot di balik kaos ketat? [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] Ricky Caraka sudah membuktikan sendiri. Fresh graduate berwajah tampan dan bert...