Bab 76

1.1K 159 44
                                    

Ricky tak dapat menyembunyikan senyumannya saat melintasi taman menuju apartemen sebelah. Sambil menyeret koper Ricky menatap langit biru sejenak, meski matahari sedang terik-teriknya. Rasanya ia ingin berlarian di taman dan memutari pohon demi merayakan kebebasannya.

Ayah ibunya memang kecewa, tetapi mereka tetap hadir untuknya. Ia lebih banyak bicara dengan ayahnya, mencurahkan kegelisahan dan permasalahan demi permasalahan hidupnya. Ia juga memutuskan terbuka mengenai peluang karir menjadi soloist yang telah dijanjikan Renata.

"Kembalikan semua uangnya." Saat itu ayahnya memberi saran. "Batalkan kontraknya secara sepihak."

"Tapi penaltinya gimana Yah?" tanyanya cemas.

"Ya nggak usah dibayar, bilang aja kamu nggak punya uang sebanyak itu. Yang penting, kamu udah kembaliin semua uang dia, juga barang-barang dia."

"Kalo dia tuntut Ricky?"

"Jangan takut. Kita memang bukan orang kaya. Kalau uang kamu nggak cukup buat bayar lawyer kita bisa ke LBH. Lagian Ayah rasa, orang kayak Lusy nggak akan mau capek-capek tuntut kamu Rick. Itu cuma akal-akalan dia aja. Kalau pun ternyata dia tuntut kamu, Ayah pasti nggak akan diem."

"Terus karir Ricky gimana Yah? Gimana kalo seandainya Tante Lusy beneran tuntut Ricky terus gara-gara itu Ricky gagal jadi soloist? Gimana kalo Tante Renata tahu siapa Ricky terus batal orbitin Ricky?"

"Kamu nggak jadi artis pun, ayah nggak pa-pa Rick. Ayah nggak akan kecewa. Kamu kan masih di Eijaz, kamu bisa tetep ngeband sama Eijaz. Kamu juga ada ijazah, kamu masih bisa cari kerja."

"Ta.. tapi Alicia? Harapan Ricky, kalo Ricky sukses jadi soloist, Alicia mau sama Ricky...."

"Ricky, apa yang ditakdirkan jadi milik kamu, pasti akan datang ke kamu.  Jodoh, rejeki, sudah ada yang ngatur. Nggak jaminan, kamu jadi artis Alicia bakal mau sama kamu. Usaha boleh, tapi jangan ngoyo. Seperlunya aja, sisanya pasrahkan sama Tuhan. Kamu niatkan berhenti kerja begituan, Ayah yakin nanti Tuhan kirim jodoh terbaik buat kamu, yang mungkin bisa terima masa lalu kamu." Kala itu ayahnya mengusap pelan punggungnya dengan tatapan yang begitu teduh. Ibunya memang luar biasa kecewa dan sempat mogok bicara, akan tetapi ayahnya intens memberikan perhatian dan tetap hadir untuknya. Ricky melihat ayahnya menjadi orang yang paling tegar menerima kekecewaan dan berusaha meluruskan kembali arah jalannya.

Diam-diam Ricky mengagumi sikap ayahnya. Ricky pikir memang seperti itu seharusnya sikap seorang ayah. Tangguh, tegar, dan siap menjadi pelindung bagi anak-anaknya. Saat pulang ke Surabaya kemarin, Ricky bagai lari sejenak dari hiruk pikuk masalahnya dan menemukan ketenangan.

Selama di Surabaya, ia bertemu kembali dengan teman-teman masa kecilnya dan teman-teman semasa sekolah dulu. Ricky bagai kembali pada dirinya yang dulu, saat ia bisa tertawa lepas bersama orang-orang yang akan selalu bisa membuat keadaan hatinya menjadi lebih baik. Ayahnya meminta agar ia tetap tinggal lebih lama dan membiarkan Ishana kembali lebih dulu ke Jakarta. Ia menghabiskan waktu lebih banyak untuk dirinya sendiri. Ia kembali menyantap masakan ibunya yang lezat. Bahkan ibunya tetap menyajikan makanan yang enak, meski masih sulit tersenyum.

"Kamu sama Alicia kenal di mana?" Kala itu ibunya bertanya saat ia baru saja selesai menyantap hidangan di meja makan.

"Di tempat kerja Buk."

"Dia... gimana orangnya?"

"Dia cantik banget, lembut, baik. Dia kadang bisa lebih dewasa, kadang kekanak-kanakan juga kayak Ricky. Dia manajer di bank, tapi karena hamil dia resign," jawab Ricky saat itu. Sebenarnya, ia sadar jika sikapnya kadang kekanak-kanakan. Dulu mantan-mantannya berkata demikian, tetapi ia tidak pernah peduli.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang