Bab 9

2.2K 194 15
                                    

Tentu saja Alicia terkejut. Ricky, juga tampak terkejut sama sepertinya.

"Bu Alicia kok ada di sini?" tanya Ricky sambil mengembalikan kotak susu di tangannya kepada Alicia.

"I.... iya saya tinggal di sini. Kebetulan ini mau belanja buat kado temen yang lagi hamil...." Alicia tidak sempat menyesali informasi yang terlanjur ia berikan kepada Ricky. Sial. Kenapa harus mengatakan kalau ia tinggal di sini segala? Alicia menyesali lidahnya yang terlalu licin akibat debaran tidak jelas yang tiba-tiba muncul di dadanya. Dengan segera, Alicia mengembalikan kemasan susu di tangannya.

Ricky hanya melirik sekilas kemasan susu yang telah kembali berada di dalam rak, kemudian segera mengembalikan atensi kepada Alicia. Wanita itu tampak masih mengenakan pakaian formal meski dipadu dengan jaket dan sandal rumahan. Entah kenapa, saat penampilan Alicia seperti ini, Ricky melihat Alicia tidak jauh berbeda dari mbak-mbak kantoran pada umumnya yang lebih mudah digapai.

He, digapai sama siapa? Ricky diam-diam menertawakan dirinya sendiri. Ricky sadar, Alicia jauh dari jangkauannya.

"Oh, Bu Alicia tinggal di apartemen sini?" Ricky berlagak memastikan meski ucapan Alicia sudah jelas di telinganya. "Sama dong! Saya juga tinggal di apartemen sini!" Senyuman Ricky mengembang cerah. Kedua matanya berbinar menatap Alicia yang tampak hanya bengong saja. "Menara satu atau menara dua Bu?" tanya Ricky dengan tampang antusias.

Dia juga tinggal di sini? Rasanya Alicia tidak ingin percaya. Saat ini, di minimarket yang biasa ia datangi, ia bertemu dengan Ricky Caraka secara kebetulan. Alicia yakin bahkan rasanya juga sulit menilai ini adalah kebetulan belaka mengingat Ricky adalah ayah dari janin yang kini ada di dalam kandungannya.

Dia ayah janin ini. Alicia tenggelam menatap lekat wajah Ricky. Aneh tapi nyata, perlahan debaran di dadanya berkurang, berganti dengan perasaan tak menentu yang sangat sulit ia terjemahkan. Perasaan apa ini? Mona tidak ingin keliru mengartikan perasaannya. Apa karena tempat tinggal mereka berdekatan, sehingga ia merasa tidak sendirian? Entahlah. Alicia sendiri bingung membaca situasi hatinya yang kelewat rumit.

"Bu Al?" Kedua mata Ricky melebar saat menunggu jawabannya.

"Oh saya di menara satu." Bagai tersadar Alicia segera menjawab. "Kalau Mas Ricky?"

"Saya menara dua." Ricky tersenyum tipis.

Sial. Gigolo ini tinggal di menara dua yang terkenal mahal-mahal itu? Alicia menatap tak percaya. Tetapi detik berikutnya ia segera teringat tentu saja Lusy yang membiayai kehidupan mewah Ricky. Yeah, tentu saja. Alicia berakhir manggut-manggut dengan senyuman yang terbaca janggal oleh Ricky.

"Nggak jadi beli susu buat kado?" Ricky melirik ke arah rak.

Alicia menangkap wajah berseri-seri Ricky dan kenangan akan perkenalan mereka di bar kembali muncul dalam ingatannya. Wajah Ricky saat itu persis seperti saat ini. Berseri-seri dan sering tersenyum. Pesona manis yang membuatnya melakukan kesalahan dalam waktu semalam dan berakibat panjang. Wajah ramah Ricky saat ini, sangat jauh berbeda dibanding saat mereka bertemu terakhir kalinya di kantor. Saat berada di kantornya, Ricky terlihat angkuh, irit senyum dan hati-hati dalam bersikap. Apa mungkin karena ada Lusy? Bisa saja.

"Mmm... masih bingung pilih yang mana." Alicia mengembalikan tatapannya pada deretan susu ibu hamil di dalam rak.

"Hmm temennya hamil berapa bulan?" Ricky bahkan tidak tahu kenapa ia menanyakan hal ini. Ia hanya ingin menyambung obrolan saja dan berlama-lama dengan Alicia.

"Enam minggu." Alicia menatap lurus kedua mata Ricky, seolah sedang memberitahukan mengenai kehamilannya.

"Berarti baru aja ya...." Ricky melirik sejenak ke arah rak sebelum mengembalikan tatapannya pada Alicia.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang