Bab 30

1.6K 140 45
                                    

Tentu Alicia tidak pernah melupakan hari itu. Alicia bahkan masih ingat saat ia memilih menunggu taksi online datang menjemput agak jauh dari hotel tempat ia bertemu dengan Ricky. Sepanjang perjalanan ia hanya bisa menyesali kebodohannya dengan hati gelisah. Masih tidak percaya, ia adalah perempuan yang dengan mudahnya melewatkan satu malam dengan laki-laki asing di hotel. Gara-gara menerima ajakan mengobrol sambil minum dari lelaki mempesona, ia lalai akan batasan dirinya.

Sudah lama ia tidak minum alkohol, semenjak tidak lagi bersama Arsa. Ketika pergi nongkrong ke bar atau kelab malam, tidak ada Arsa yang akan menjaganya seperti dulu. Sesampainya di apartemen, Alicia ingat ia langsung menenggak air dan membersihkan diri. Samar-samar masih teringat akan potongan kejadian di kamar hotel, juga perasaannya saat itu. Wajah Ricky tertinggal di kepalanya hingga keesokan hari, sebelum akhirnya tergerus oleh waktu dan ia tidak begitu mengingatnya lagi. Akan tetapi ia tidak pernah melupakan kesannya terhadap pesona Ricky yang membuatnya melakukan kesalahan fatal di malam itu.

"Kak Al?"

Suara Ricky membuat Alicia segera tersadar. Sedari tadi ia hanya membisu saat ditatap sedemikian rupa. Andai saja Ricky bukan gigolo dan bukan berondong yang sepuluh tahun lebih muda, mungkin ia akan lebih mudah mengakuinya.

"Tanggal segitu? Ohh! Itu... itu saya nongkrong sama temen-temen saya. Iya, kita bertiga! Saya nongkrong sama Frida sama Ghea. Mereka lagi suka jazz gitu, ya saya ngikut aja. Memang waktu itu saya yang ngisi buku tamu." Alicia berusaha terlihat meyakinkan saat mengarang alasan palsu.

"Tapi kata temen Ricky, dia lihat kita nyebrang ke hotel depan....." Ricky mengerutkan dahi.

"Emang temen kamu hapal muka saya? Waktu itu banyak pengunjung cewek, bukan cuma saya aja!"

"Tapi.... ciri-ciri cewek itu mirip Kak Al." Dahi Ricky berkerut semakin dalam.

Senyuman Alicia lepas begitu saja ketika semakin dilanda panik. "Ciri-ciri kan bisa sama? Memang gimana ciri-cirinya?"

"Cantik, rambut panjang....."

"Banyak cewek kayak gitu!" tukas Alicia.

"Kalau gitu, itu anak siapa? Kakak bilang kebablasan sama cowok ganteng yang enak diajak ngobrol sama suaranya bagus. Itu bukan Ricky?"

"Jelasin sama saya, kenapa cowok itu harus kamu? Kayak yang saya bilang tadi, ciri-ciri kan bisa sama kayak siapa aja? Emangnya cowok ganteng yang enak diajak ngobrol terus suaranya bagus cuma kamu?"

Ricky bungkam seketika. Ia melihat wajah Alicia yang seolah sedang meledeknya habis-habisan.

"Jadi kita nggak pernah ketemu sebelum kenalan di bank?" Ricky bertanya sekali lagi.

"Nggak pernah!"

"Kakak bilang nggak mau ayah anak itu tahu karena dia madesu. Memangnya dia kenapa kok madesu?" Ricky ingin tahu dengan lebih detail.

"Itu bukan urusan kamu. Buat apa kamu mau tahu?"

"Soalnya Ricky ngerasa kalo laki-laki madesu itu....Ricky. Karena Ricky.... gigolo. Kak Al nggak mau Ricky tahu semua itu soalnya Ricky gigolo. Ricky yakin bener cewek di Laiv malem itu Kak Al. Temen Ricky bilang cewek itu cantik, rambutnya panjang, tingginya kira-kira sebahu Ricky, terus badannya kecil langsing. Semua itu mirip Kak Al!"

Alicia menatap getir. Sungguh stres menghadapi sikap keras kepala Ricky.

"Itu bukan saya," tegasnya sekali lagi.

Ricky memicingkan kedua mata menatap wajah Alicia yang tetap menyungging senyuman. "Jadi itu bukan anak Ricky?"

"Bukan."

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang