Bab 18

1.7K 173 52
                                    

'Ricky browsing di internet air kelapa muda bagus buat ibu hamil. Semoga sehat Bu Al dan debaynya.'

Alicia menghela napas panjang saat lagi-lagi menerima pesan dari Ricky. Kapan anak ini berhenti? Alicia menatap dua botol plastik berukuran besar berisi air kelapa muda yang baru saja ia terima dari petugas resepsionis. Baru pulang kerja dan belum berganti pakaian, Alicia segera melangkah menuju gedung apartemen sebelah. Bermaksud mengembalikan pemberian Ricky meskipun tenggorokannya mendadak haus. Sepertinya air kelapa muda ini sangat enak jika diminum dengan es batu. Alicia melambatkan langkahnya sambil melirik botol-botol air kelapa muda di dalam tas plastik yang ia tenteng.

Kayaknya enak, Alicia menelan ludah. Dalam hati menyimpan niat, nanti akan membelinya sendiri. Sejauh ini ia kelewat heran, kenapa apa pun yang diberikan Ricky selalu menggugah seleranya?

Apa ini keinginan janin dalam kandungannya? Alicia mencoba menduga-duga dan sedetik kemudian segera mengenyahkan pikiran tidak masuk akal itu dari dalam kepalanya. Janin di dalam kandungannya tidak tahu-menahu mengenai hal ini. Janin itu hanya berkembang di dalam rahimnya tanpa tahu menahu urusan di luar rahim.

Saat melintasi taman Alicia berhenti sejenak demi menghubungi Ricky. Tadinya ia ingin mengirim pesan tetapi mendadak khawatir, bagaimana jika Lusy yang membaca pesan darinya? Tentu saja hal seperti itu bisa saja terjadi mengingat pengakuan Ricky jika Lusy sangat pencemburu.

Alicia mendengar nada sambung sambil berharap Ricky segera menerima panggilan teleponnya.

"Halo?" Terdengar suara berat di seberang.

"Malam Mas Ricky."

"Malam Bu Al."

"Mas Ricky mohon maaf saya nggak bisa terima pemberiannya," ucap Alicia sambil kembali berjalan menuju gedung apartemen Ricky. "Saya kan sudah bilang nggak usah kasih apa-apa lagi? Jadi saya kembalikan ini ke Mas Ricky, saya titipkan ke resepsionis di lobi apartemen Mas Ricky ya?"

"Jangan jangan! Jangan Bu Al! Jangan ke resepsionis soalnya tante Lusy suka ngecek titipan di resepsionis. Dia nggak suka kalau Ricky dapet kiriman apapun itu, apalagi dari cewek."

"..........................."

"Bu Al di mana?"

"Ini saya jalan ke apartemen kamu. Eh maksud saya Mas Ricky."

"Tunggu sebentar. Ricky turun."

Panggilan diakhiri.

Gembel. Jelas-jelas masih bergantung hidup sama tantenya, bisa-bisanya nih bocah sok-sokan perhatian? Alicia menatap gemas layar ponselnya sendiri sebelum kembali berjalan menuju gedung apartemen Ricky. Ia baru saja hendak menaiki tangga ketika melihat Ricky muncul menuruni tangga. Alicia otomatis menghentikan langkahnya dan menatap Ricky yang menghampirinya dengan wajah berseri-seri.

"Bu Al! Agak ke sana yuk!" Ricky memberi isyarat agar mereka menjauhi area lobi sambil melirik sekilas pada petugas security yang berdiri di dekat pintu. Mereka kembali berjalan menuju taman.

"Mas Ricky.... di sini aja." Alicia menghentikan langkah tepat di depan kolam dengan air mancur.

Ricky menoleh dan menatap ke arahnya. Alicia sekilas memperhatikan penampilan Ricky yang tampak sudah keren, seperti akan pergi ke suatu tempat.

"Ini." Alicia tersenyum dan menyerahkan tas di tangannya.

Dengan berat hati Ricky menerima tas berisi botol-botol air kelapa muda dari tangan Alicia. "Terakhir,tolong diterima." Ricky menatap penuh permohonan.

"Buat apa sih Ricky?" Alicia menatap gemas. "Eh, maksud saya Mas Ricky." Alicia segera meralat kalimatnya barusan.

"Panggil Ricky aja. Nggak usah mas-mas," tegas Ricky dengan senyuman samar. "Ricky lebih muda sepuluh tahun dari Bu Al. Kalo di luar bank dan nggak di depan Tante Lusy, panggil Ricky aja nggak pa-pa..."

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang