Ishana tidak pernah menyangka, jika sore itu Lusy muncul di kos-kosannya. Sepulang kuliah, petugas security yang berjaga memberi tahu jika sedari tadi ada yang menunggunya di teras. Sambil menyimpan heran ia berjalan menuju teras dan segera menemui Lusy yang sudah menatapnya sejak ia melewati pintu gerbang. Dari mana wanita itu tahu kos-kosannya?
"Kamu blokir nomor saya?" tanya Lusy begitu Ishana belum sempat membuka bibir. Dengan kikuk Ishana duduk di hadapan Lusy. Menuruti Ricky, ia memblokir nomor Lusy dan mengabaikan nomor-nomor tidak dikenal yang menghubungi.
Ishana hanya bersikap diam sebagai jawaban. Perlahan ia menurunkan tatapannya ketika menemukan raut keras Lusy.
"Jadi, kamu menolak tawaran Tante?"
"Iya," jawab Ishana tanpa keraguan.
Tawa Lusy berderai pelan. "Kamu bisa ambil sekolah fashion, itu juga dari duit Tante. Terus kamu sok-sokan tolak tawaran Tante?"
"Duit Mas Ricky," bantah Ishana. "Sesuai kesepakatan, Tante bayar Mas Ricky 350 juta buat enam bulan. Mas Ricky itu kerja, nggak ngemis. Jadi ya itu uang Mas Ricky, bodo amat mau itu dari Tante!" Ishana memutuskan tebal muka.
Lusy melemparkan selembar amplop ke atas meja. "Itu salinan surat perjanjian kontrak Ricky. Silahkan kamu baca, di situ ada pernyataan yang sudah disetujui Ricky dan ditanda tangani di depan lawyer. Kalau Ricky batalin kontrak secara sepihak, ada sejumlah penalti yang harus dibayar. Kalau kamu sayang kakak kamu, suruh dia nongol di apartemen, satu kali 24 jam dari sekarang atau Tante perkarakan ini." Lusy meraih tas-nya dan berdiri.
"Ishana Champa, kamu berurusan sama orang yang salah. Tante berteman baik sama semua desainer top di negeri ini. Tante pastikan nama kamu di blacklist sama mereka dan kamu nggak akan pernah dapet kesempatan magang di atelier mereka. Tante juga berteman sama orang-orang di bidang mode. Silahkan kamu sambut masa depan kamu yang suram!" Lusy berlalu dan menaiki mobil yang sedari tadi menunggu di parkiran.
Hah? Ishana menatap bingung. Apa Lusy kini juga mengancamnya? Berikutnya Ishana mengambil amplop di atas meja dan mulai membaca salinan surat perjanjian Ricky.
***
"Jadi, gimana Ricky?"
Pertanyaan Nathan muncul ketika ia sudah menghabiskan hidangan di piring. Mendekati jam pulang kerja, Nathan muncul di kantornya dan mengajaknya makan malam bersama. Tentu saja Alicia tidak menolak. Mereka meninggalkan kantor bersama tepat pukul lima.
Alicia lebih terkejut lagi saat Nathan membawa mobilnya sendiri, tanpa supir. Ketika ia sudah masuk ke dalam mobil, Nathan memberinya sebuket bunga yang membuatnya segera tersipu malu. Nathan bahkan sudah melakukan reservasi di restoran yang mereka datangi. Seumur-umur, belum pernah Alicia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang pria mengingat Arsa, mantan kekasihnya dulu cuek dan tidak romantis.
"Aku masih berusaha kasih pengertian ke dia," jawab Alicia dengan perasaan bersalah. "Dia belum bisa menerima keputusan aku."
"Mmm." Nathan menggumam kecil. "Ya wajar, di perut kamu itu anak dia." Nathan tersenyum maklum. "Kalau kamu mau, aku bisa jadi penengah..."
"Mmm.. Pak Nathan bakal bilang apa?"
"Kok Pak Nathan lagi? Kamu-kamuin aja nggak papa kok," koreksi Nathan dengan tatap jenaka. "Kapan lagi kamu bisa kamu-kamuin bos kamu, ya kan?"
Alicia tak sanggup menahan tawa ketika mendadak terserang rasa malu. "I... iya Pak..."
"Lho, Pak lagi...."
"I.. iya.... Nathan," ucap Alicia malu-malu. Ah, kok gini banget sih? Alicia membatin dengan kedua pipi yang terasa panas. Tadi siang baru saja ia merasa jika apa pun yang dilakukan Nathan terasa tawar, tidak berefek pada hatinya. Namun kini Nathan mulai menimbulkan degup-degup aneh di hatinya. Alicia mengutuk perasaannya yang genit dan mudah lumer dengan perlakuan manis lelaki tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR💋PLAY [END]
RomanceKata siapa tante-tante senang hanya tertarik dengan pria macho berbadan kekar yang doyan pamer otot di balik kaos ketat? [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] Ricky Caraka sudah membuktikan sendiri. Fresh graduate berwajah tampan dan bert...