Bab 53

1.1K 142 71
                                    

"Hggh...."

Desahan Ricky tertahan di ujung bibir saat Lusy bergerak semakin liar di atas tubuhnya. Jam enam pagi, Lusy sudah berada di apartemen, membuatnya terbangun dari tidur yang baru saja dimulai. Ia sudah mengantuk dan tidak punya cukup tenaga. Hanya ingin melanjutkan tidur. Tetapi seperti biasanya, Lusy tidak ingin mengerti, tidak ingin ditolak, dan harus selalu dituruti meski kemarin mereka sudah melakukannya.

"Tante, Ricky baru pulang, ngantuk banget..... " Tadi ia menolak ajakan Lusy dengan kedua mata berat.

"Udah kamu diem aja! Tante cuma butuh kamu keras!" Lusy menyingkap ujung kaosnya. "Rugi bayar mahal-mahal, kalo cuma dapet kayak gini!" Tadi Lusy mengomel sambil menarik turun celananya.

Dan beginilah sekarang, meski Lusy yang lebih banyak bekerja, Ricky tetap saja harus mengambil alih ketika Lusy kelelahan. Kenapa semakin lama, ia terasa seperti budak? Ricky bertanya-tanya pada hatinya. Bukankah Lusy bisa datang nanti? Kenapa harus datang di jam-jamnya beristirahat?

Lusy sedang mengejar kepuasan, ketika pelepasannya datang terlalu cepat. Ricky lemas seketika.

"Apa-apaan ini?" Lusy kesal dan segera beranjak menuju toilet.

Ricky kembali menaikkan celananya, kemudian memeluk guling. Terdengar suara gemericik shower dari dalam toilet. Tidak lama kemudian pintu toilet dibuka dan Lusy muncul dengan wajah ketus.

"Kualitas kamu nggak sebanding sama harga kamu! Rugi banget Tante keluarin uang gede! Belum termasuk biaya hidupin kamu!"

"Kalo gitu lepasin Ricky," sahut Ricky sebelum menuruni ranjang dan menuju toilet demi mencuci muka dan membersihkan kejantanannya.

"350 juta dan Tante cuma dapet ini?"

Ricky sempat mendengar ungkapan protes Lusy sebelum menutup pintu toilet.

"Servis kamu akhir-akhir ini jelek Ricky! Kayak jejaka amatiran!"

Hinaan Lusy terdengar ketika ia membasuh wajahnya. Ricky mengeringkan wajahnya dengan handuk sebelum membuka pintu.

"Kalo gitu lepasin Ricky. Cari laki lain buat Tante nikahin. Cari yang gagah, yang siap layanin tante 24 jam dan nggak punya kehidupan lain." Ricky berdiri di hadapan Lusy. Wanita ular ini datang di waktu tenaganya sudah terkuras dan melayangkan komplain.

"Ya harusnya Tante dapet itu dari kamu yang harganya 350 juta! Tahunya cuma dapet kualitas gigolo tiga ratus ribuan!"

Sebelah tangan Ricky mengepal saat emosinya mulai terpancing. Entah kenapa dari kemarin Lusy membahas nilai 350 juta.

"Apa maksud Tante?" Ricky memaksakan diri untuk meladeni Lusy meski sudah sangat mengantuk dan tidak ingin berdebat. Tetapi Lusy masih ingin meneruskan perdebatan mereka, bahkan di jam-jam sepagi ini. Kenapa wanita itu tidak berada di rumah dan menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya saja? Kenapa harus sengaja memulai konflik dengannya? Daripada gigolo, Ricky kini merasa ia juga kerap menjadi sansak emosional dan sasaran kemarahan Lusy.

"Kamu bodoh bener! Tante ngomong panjang lebar nggak ngerti maksudnya. Tante mau servis yang bener!"

"Ricky udah nggak mampu." Ricky memutuskan menyerah. Ia benar-benar sudah lelah menghadapi Lusy. "Ricky nggak kuat layanin Tante."

"Mana bisa gitu? Kamu udah Tante bayar! Kalo gitu balikin uang Tante! Kamu nggak maksimal, Tante nggak puas. Kegiatan ngeband kamu itu bikin Tante nggak puas! Harusnya dengan bayaran segitu, semua waktu kamu buat Tante!"

Ricky sudah mengerti arah pembicaraan Lusy. Lagi-lagi Lusy menginginkan dirinya meninggalkan Eijaz. Sepertinya Lusy benar-benar ingin seribu persen memilikinya dengan menjauhkannya dari hobi yang ia sukai. Lalu apa? Lusy akan menikahinya dan memilikinya 24 jam begitu?

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang