Bab 62

962 123 44
                                    

Dari semua hal tergelap selama ia menjadi gigolo, ini yang paling gelap. Malam itu, bagai mimpi buruk bagi Ricky, saat ia mendapati kejantanannya tidak bereaksi terhadap tubuh setengah telanjang Lusy. Ricky tahu, akhir-akhir ini performa ranjangnya menurun. Lusy kerap mengeluh mengenai kejantanannya yang tidak segagah biasanya.

"Kamu kenapa sih?" Pertanyaan serupa kembali ia dapatkan.

Ricky mengabaikan pertanyaan bernada genting Lusy dan menggenggam batang penisnya dengan mimik frustasi. Sudah dikocok-kocok, tetap saja loyo.

Aku kenapa? Apa aku impoten? Ricky menatap pahit kejantanannya yang loyo. Rasanya Ricky belum ingin percaya, ia mengalami impotensi. Saat tadi pagi bangun dari tidur, ia masih mendapati kejantanannya ereksi. Ricky ingin percaya, bahwa mungkin ia kelewat stres saat berhadapan dengan Lusy sehingga sulit untuk membangkitkan nafsu. Ricky tidak bisa menipu dirinya sendiri. Hatinya sudah terlanjur muak pada Lusy. Segala perbuatan juga perkataan wanita itu membuat gairahnya tidak bersisa sedikit pun.

Dirangsang seperti apapun, ia tidak terangsang tiap kali mendapati kenyataan wanita yang menyentuh dirinya adalah Lusy. Sejujurnya Ricky hanya ingin lari dari belenggu Lusy, sejauh-jauhnya. Siapa yang bisa bergairah di bawah ancaman wanita gila?

"Ricky.... " Lusy menatap gusar.

"Bentar... " Ricky bertahan mengocok kejantanannya. Pikirannya semakin kalut melihat raut tak sabar Lusy.

Lusy menuruni ranjang dan mengambil sebungkus obat dari dalam tas, yang ia letakkan di atas meja rias.

"Minum ini." Lusy memberikan sebuah pil pada Ricky.

"Apa ini?" Ricky menatap ragu.

"Vitamin," jawab Lusy datar sambil menyodorkan segelas air putih.

"Vitamin apa?" Ricky masih enggan menerima pil pemberian Lusy.

"Minum ini gigolo sial! Burung kamu payah! Tante udah horny!" Teriakan Lusy memecah telinga Ricky. "Minum!"

"Itu obat kuat kan?" Ricky menatap geram. "Ricky nggak butuh gitu-gituan!"

"Kenyataannya burung kamu letoy!" Lusy menatap frustasi kejantanan Ricky.

"Ricky nyerah! Ricky udah nggak bisa jadi gigolo! Tante liat sendiri, Ricky udah kayak gini....."

"Itu bisa kita pikirin nanti," tukas Lusy enteng.

"Maksud Tante?"

"Kamu banyak nanya, buruan minum." Lusy kembali menyodorkan obat di telapak tangannya.

"Nggak mau."

"Minum atau aku WA Arum!"

"Dikit-dikit WA! Apaan sih!"

"Segampang itu emang aku WA ibu kamu. Udah kamu gigolo, impoten lagi! Habis kamu! Tante mau seks, sekarang. Minum!" Lusy menyodorkan pil di telapak tangan ke depan hidung Ricky.

Ricky menatap jemu sebelum menerima pil dari tangan Lusy dan memasukkannya ke dalam mulut. Alasan inilah yang membuat kebenciannya pada Lusy semakin memuncak. Mana bisa ia bernafsu pada wanita iblis seperti ini? Lusy mendekatkan gelas dan Ricky segera menenggak air. Ia hanya ingin situasi ini segera berakhir.

Lusy kembali meletakkan gelas dan melirik wajah dongkol Ricky. Berondongnya itu memang kerap memasang wajah seperti itu ketika ngambek. Tetapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia hanya perlu menunggu beberapa menit hingga kejantanan Ricky mengeras sempurna.

Lusy kembali menaiki ranjang dan memagut bibir Ricky yang bereaksi datar. Pemuda itu bahkan tidak sudi menatap wajahnya.

"Ini yang Tante dapet dari 350 juta? Gigolo impoten?"

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang