Bab 70

975 122 28
                                    

Seumur hidup, Ricky tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba. Hari di mana Ishana menangis di hadapannya, bicara dengan sesenggukan, sambil menceritakan pertemuan gadis itu dengan Lusy. Ishana berteriak hingga memukuli bahunya berkali-kali, histeris saat mengetahui fakta kelam yang selama ini susah payah ia sembunyikan.

"Ishana sedih liat Mas Ricky! Mas Ricky bisa-bisanya kerja jadi cowok begituan! Kok bisa sih Mas?" Ishana yang tidak habis pikir dengan jalan instan yang dipilih Ricky, sudah tidak tahu harus memukul apa lagi sehingga melempar lipatan-lipatan baju di atas sofa ke wajah Ricky yang bertahan membisu.

Ricky tidak tahu harus berbuat apa, selain menahan malu dan genangan air mata. Tidak pernah mengira, Ishana harus mengetahui semua ini. Rasa sesal terasa percuma, ketika Lusy terlanjur menghancurkannya seperti ini, dan mungkin saja masih akan berlanjut. Memang ia sengaja mengabaikan Lusy. Tidak membaca chat juga tidak menjawab panggilan telepon, wanita itu pasti marah besar.

Ricky melihat Ishana mengusap air mata dengan sebelah tangan gemetaran. Ini baru reaksi Ishana, belum reaksi ayah ibunya. Nyali Ricky mendadak ciut, apa ia sanggup melihat bagaimana reaksi ayah ibunya? Rasanya ia hanya ingin menghilang dari dunia ini. Cintanya tertolak dan sisi kelam kehidupannya terbongkar. Sungguh kehidupan yang tidak berarti. Akan tetapi, ia takut mati. Lagi pula, sudah ada janin kecil. Ia tidak bisa lari sekarang. Siap tidak siap, ia hanya bisa menghadapi konsekuensi dari perbuatannya.

"Kalau Ishana tahu uang Mas Ricky dari hasil begituan, Ishana nggak akan minta sekolah fashion di Jakarta! Ishana nggak akan minta apa pun! Ishana nggak akan mau terima apa pun! Mas Ricky anak lakik kesayangan! Harapan ayah ibuk! Bisa-bisanya Mas Ricky jadi gigolo! Kenapa Mas? Kenapa?" Ishana mendorong gemas bahu Ricky. "Apa Mas susah makan di Jakarta? Apa Mas hidup kekurangan banget di Jakarta? Kenapa Mas?" tanya Ishana dengan teriakan.

"Jangan teriak-teriak, nggak enak di denger tetangga, Mas baru pindah." Ricky menghela napas sambil mengusap air matanya dengan punggung tangan. "Mas minta maaf, Mas nyesel. Mas salah.... "

"Kenapa Mas? Kamu itu kenapa jadi gigolo?"

"Mas bosen hidup pas-pasan." Ricky menatap kedua mata Ishana. "Mas pingin punya banyak uang, bisa beli ini itu kayak orang-orang lainnya. Mas bosen ngirit-ngirit. Dari kecil...... kita selalu kayak gitu. Suatu hari, Mas mabok dan nggak sengaja ons sama tante-tante. Besoknya Mas dikasih uang banyak. Dari situ Mas pingin dapet uang lagi pake cara gampang kayak gitu. Mas keterusan. Di kepala Mas cuma ada uang, uang, uang. Mas pingin kaya Ishana! Mas bosen kere!" Ricky kembali mengusap air matanya.

Ishana tertegun menatap Ricky sebelum kembali membuka bibirnya. "Mas Ricky sadar nggak kalo itu salah?"

"Sadar. Mas sadar itu salah. Sebenernya Mas udah mau berhenti Ishana. Mas udah nggak mau jadi gigolo. Tapi Tante Lusy nggak mau lepas Mas. Ada isi perjanjian yang memberatkan Mas, jadi Mas nggak punya pilihan selain selesaikan masa kontrak. Tante Lusy ini pingin nikah sama Mas, tapi Mas nggak mau. Mas cuma anggep dia klien, itu aja. Mas beneran udah mau berhenti. Mas udah nggak mau jadi gigolo. Tapi Lusy maksa Mas buat nikah sama dia, jadi gigolo seumur hidupnya dia."

Ishana menatap hampa wajah Ricky. Jadi gigolo seumur hidup?

"Mas mau hidup normal. Mas mau mulai semuanya dari awal lagi. Makanya Mas pindah apartemen. Selama ini Mas nggak pernah ajak siapa pun termasuk kamu ke apartemen, ya karena Mas ini simpenan tante-tante! Mas malu! Mas nggak mau jadi gigolo terus, Mas mau berhenti, tapi Tante Lusy halang-halangi Mas. Jadi kamu jangan percaya apapun yang dia bilang, karena dia cuma mau nahan Mas. Mas ini diancem kalo Mas nggak nurutin kemauan dia, dia bakal buka semua ini ke ayah ibuk."

"Mas...." Ishana bergerak mendekat dan menyentuh pelan bahu Ricky. "Mas beneran mau berhenti?"

"Bener...." Ricky menyedot ingusnya.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang