Bab 27

1.3K 154 42
                                    

"Beneran kamu nggak mau ikut tinggal di Sydney?"

Ricky masih ingat pembicaraannya siang itu dengan Agatha.

"Delapan bulan itu lama Tante..."

"Yah... padahal Tante udah berharap banget kamu ikut. Jujur Tante udah terlanjur nyaman sama kamu. Udah cocok. Apa nggak bisa kamu pertimbangkan lagi? Daripada nge-band, mending kamu ikut Tante ke Aussie."

"Sori Tante. Tapi Ricky suka nge-band. Ricky juga nggak bisa jauh dari temen-temen Ricky. Ricky juga suka jajan cilor. Di Aussie pasti nggak ada cilor. Lagian kalau ke Aussie, Ricky harus jelasin apa ke orang tua Ricky?"

"Ya ampun cilor mah gampang, Tante bikinin ntar di sana! Masa nggak bisa sihh? Masalah ortu kamu bisa diatur lah itu. Bilang aja kamu ikut program apaan kek di kampus gitu."

Saat itu statusnya memang masih mahasiswa menjelang ujian skripsi. Ricky rasa sangat tidak masuk akal mengarang alasan sedemikian rupa, meski tawaran yang datang dari Agatha tentu saja diimbangi dengan kenaikan tarif yang menggiurkan.

Agatha termasuk loyal, meski tidak seloyal Lusy. Bersama Agatha, ia tinggal nyaman di apartemen dengan private lift dan mendapat satu unit Honda Jazz keluaran terbaru. Sebenarnya Ricky menyayangkan keadaan saat itu, tetapi ia benar-benar tidak bisa mengorbankan kehidupannya di sini hanya demi membuntuti Agatha.

"Beda Tante, cilor abangnya itu enak." Ricky membela setengah mati cilor langganan yang untuk mendapatkannya saja ia harus mengantre agak lama saking larisnya. "Maaf banget Tante. Selama ini Tante udah baik banget sama Ricky. Tapi Ricky bener-bener nggak bisa ikut."

Kontrak dengan Agatha berakhir secara baik-baik seperti kontrak-kontrak lainnya. Dua bulan setelah kontrak dengan Agatha berakhir, ia mendapatkan kontrak baru dengan Lusy. Kadang-kadang Agatha menghubunginya via DM Instagram dan mereka saling bertukar kabar.

"Ricky, kamu di mana sekarang?" Agatha menarik lengan jaket Ricky demi sedikit menjauh dari Alicia. Sementara Alicia menyimpan heran karena Agatha tampak lebih tertarik berbicara dengan Ricky dibanding meladeni sambutan antusiasnya.

"Di Jakarta aja." Ricky menarik pelan lengannya sambil melirik sekilas pada Alicia yang tampak termangu menonton mereka.

"Kamu sama siapa sekarang?" tanya Agatha dengan raut ingin tahu.

Jancuuuuk! Ricky hanya bisa mengumpat dalam hati saat nada pertanyaan Agatha dirasa terlalu jelas sehingga tentu sampai ke telinga Alicia.

"Sori tapi Ricky harus cabut," ucap Ricky pelan sehingga terdengar seperti menggumam.

"Nomer kamu tetep kan? Nanti Tante telpon." Agatha menahan sejenak sebelah lengan Ricky.

Ricky hanya tersenyum pahit sebelum menoleh pada Alicia. "Makasih Bu Al." Ricky membungkuk sopan sambil menangkupkan kedua tangan saat berpamitan. Tanpa menunggu jawaban Alicia ia segera bergegas menuju pintu keluar demi kabur dari situasi saat ini. Ricky menjadi semakin malu saat menyadari Nathan sedari tadi menonton dari tempatnya duduk. "Mari Pak, duluan." Ricky memaksakan senyuman saat melintas di depan Nathan.

"Iya silahkan...." Nathan balas tersenyum hingga Ricky lenyap dari hadapannya. Hmmm...menarik. Nathan tersenyum geli.

                                 ***

"Ricky nasabah di sini juga?"

Pertanyaan yang dilontarkan Agatha setelah berkenalan dengan Nathan membuat suasana mendadak hening. Nathan dan Alicia saling menatap sejenak. Mereka bertiga kini duduk bersama di tempat mereka menemui Ricky tadi.

"Iya, Mas Ricky nasabah di sini juga," jawab Alicia kalem. "Kenapa Bu?"

"Ya saya kenal," jawab Agatha. "Ricky itu kan nge-band. Kebetulan dia sering ngisi acara di tempat saya. Dia beneran nasabah prioritas di sini?" Agatha mempertegas pertanyaannya barusan. Ia ingin memastikan tidak salah dengar. Bagaimana bisa anak band seperti Ricky menjadi nasabah prioritas? Meskipun ia tahu tarif Ricky mahal, tetapi ia tidak yakin Ricky mampu mengendapkan dana minimal 1M tanpa diotak-atik demi menjadi nasabah prioritas. Rasanya terlihat sungguh di luar kemampuan Ricky.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang