Bab 63

1.1K 113 49
                                    

"Makasih, udah mau dateng," Lusy menatap pemuda yang kini duduk di hadapannya. Sesuai kesepakatan kemarin, pagi ini mereka janji bertemu di lounge hotel berbintang. "Kamu sudah makan?" Lusy melempar pertanyaan basa-basi.

"Sudah Tante, makasih." Chandra mengangguk sopan sambil menerka-nerka, mungkin seperti ini rasanya menjadi Ricky. Diam-diam janji bertemu di hotel dengan seorang wanita kaya dan wangi sambil membicarakan urusan esek-esek. Lalu berikutnya Ricky akan melayani si tante di salah satu kamar hotel. Masih tertinggal dalam ingatan, bagaimana renyahnya suara Ricky saat bicara dengan seorang tante di panggilan telepon. Diam-diam terselip tanya, apa Ricky sedang berada di kamar atas?

"Kamu sudah lama di Eijaz?" Lusy mulai bertanya lebih jauh.

"Tiga tahunan lebih. Saya lebih lama enam bulan dari Ricky."

"Hmm." Lusy manggut-manggut. "Apa kamu nggak pernah tahu kalau Ricky itu gigolo?"

"Nggak pernah tahu. Dia memang tertutup banget. Dia juga biasa aja orangnya."

"Hmm."

"Tapi...." Chandra sengaja menahan gerak bibirnya. Ia tahu harus membuat Lusy tertarik dengan informasinya. Meski kerap diolok-olok memiliki otak yang satu spek dengan Ricky, Chandra yakin otaknya setingkat lebih canggih.

"Tapi apa?"

Ini dia, Chandra yakin Lusy mulai termakan umpannya. "Saya sering liat bekas cupang di badannya."

Senyuman Lusy lepas begitu saja. Ia mengira Chandra akan memberikan informasi yang lebih berguna. Tentu saja di badan Ricky sering terdapat bekas cupang. Tante-tante mana yang bisa bertahan tidak gemas pada gigolo setampan Ricky?

"Apa kamu tahu Ricky sekarang lagi deket sama siapa?" Lusy mulai terus terang menanyakan maksudnya.

"Nggak pernah liat."

Lusy mengerutkan dahi. "Sama sekali dia nggak pernah keliatan punya cewek?"

"Nggak pernah, tapi ada perempuan lain." Chandra menahan senyumannya.

"Perempuan lain?"

"Iya." Chandra mengangguk dan menyandarkan punggungnya kemudian melirik pada tas Lusy di atas meja. Kenapa sedari tadi ia tidak melihat amplop seperti di film-film? Setidaknya, ia sudah modal ongkos bensin demi menemui Lusy.

"Siapa?" Lusy sungguh tidak sabar.

"Hmm...." Chandra menunjukkan senyuman tanggung sambil menggaruk sisi kepalanya. Kedua matanya terang-terangan menatap tas Lusy.

"I see..." Lusy tidak merasa heran. Ia segera merogoh amplop dari dalam tas dan menyodorkannya ke hadapan Chandra.

Senyuman Chandra mengembang ketika tangannya bersiap menerima amplop pemberian Lusy, akan tetapi Lusy menahan amplop dengan tangannya.

"Bilang dulu." Lusy menatap lurus wajah Chandra.

Chandra kembali melirik amplop di atas meja. Mendadak perasaan ragu kembali menerjang ketika sejak semalam ia berbalas chat dengan Ishana hingga pukul dua pagi. Obrolan mereka yang awalnya tentang Ricky, mengalir kemana-mana. Ishana, menjadi gadis pertama yang tertarik dengan kehidupannya. Gadis itu menanyakan ia anak ke berapa, hobinya apa, hingga makanan favoritnya.

"Ricky buat janji sama tante-tante," jawab Chandra yang membuat pegangan Lusy pada amplop melonggar seketika. "Saya nggak sengaja denger, Ricky janjian ketemu di hotel." Chandra segera memasukkan amplop di tangan ke dalam saku celananya.

Apa? Lusy menatap tak percaya. Sudah tentu itu bukan dirinya. "Kamu yakin itu tante-tante? Bukan cewek?" Lusy berusaha memperjelas informasi dari Chandra.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang