BAB 16

1.6K 150 16
                                    

"Resign?"

Pagi itu Nathan tampak terkejut saat Alicia mengajukan surat pengunduran diri. Alicia dapat melihat Nathan menatap hampa map yang baru saja ia sodorkan di atas meja pria itu.

"Kenapa?" Nathan menatap bingung kemudian segera membuka map di hadapannya. Membaca sekilas hingga sampai pada tanda tangan Alicia yang berada pada bagian paling bawah. "Kenapa mendadak banget? Kamu bahkan nggak pernah ada omongan apa-apa sama saya. Ada apa Al?"

Hati Alicia luar biasa tidak karuan saat menemukan tatapan tidak rela Nathan. Rasanya terlalu berlebihan jika menilai itu adalah sikap takut kehilangan. Mungkin memang takut kehilangan, lebih tepatnya kehilangan bawahan. Alicia sungguh membenci keadaan hatinya yang bermaksud sedikit geer.

"Mohon maaf Pak Nathan jika ini terkesan mendadak. Tapi saya sebenarnya sudah memikirkan ini dari lama dan saya akhirnya sampai pada keputusan ini. Saya merasa jenuh bekerja di bank dan ingin memulai bisnis sendiri." Alicia memberikan jawaban yang dirasa masuk akal. Tentu ia tidak bisa jujur mengenai kehamilannya di hadapan Nathan.

"Jenuh?" Nathan mengeryitkan dahi.

Alicia menangkap reaksi Nathan yang tampak menyesali keputusannya.

"Sebentar, saya kaget."Sambil menghela napas, sebelah tangan Nathan menyentuh dadanya sendiri, seolah benar-benar tidak siap dengan kabar pengunduran dirinya yang begitu mendadak. Hening sejenak dan Alicia kembali mendapati Nathan menatap map-nya. "Sudah dipikir bener-bener?" Nathan kembali menatap wajah Alicia, seolah meragukan pengakuan barusan.

"Sudah Pak," jawab Alicia kalem.

"Boleh saya tahu jenuh kenapa?"

Alicia tersenyum kecil sebelum memberikan penjelasan yang menurutnya logis. "Saya sudah bekerja di bank ini selama sebelas tahun Pak. Saya hanya ingin suasana baru. Jujur saya sudah tidak ada motivasi untuk terus bekerja."

"Sudah berapa lama keinginan resign itu ada?"

"Mmm...." Alicia menggumam pelan sebelum memutar kedua matanya sejenak. Ia tidak menyangka Nathan akan bertanya seperti ini. "Sekitar satu tahunan Pak," jawabnya berbohong.

"Berarti sejak kamu di outlet prioritas?" Nathan menatap lurus kedua mata Alicia.

"Iya."

"Berarti kamu jenuh setelah pegang outlet prioritas kan?"

Alicia tenggelam menatap wajah Nathan yang seolah tidak rela mendengar keputusannya.

"Benar begitu?" desak Nathan yang menunggu jawabannya.

"Mmm... ya bisa dibilang begitu Pak." Alicia terpaksa menjawab sebisanya.

"Apa ada kendala?" tanya Nathan sambil membuka laptop di mejanya.

"Sejauh ini saya merasakan tidak  ada kendala yang berarti Pak. Hanya saja itu tadi, saya jenuh." Alicia mengulangi alasannya.

"Pertumbuhan dana selama dua tahun terakhir kenceng, jumlah nasabah kelolaan juga bertambah. Saya lihat portofolio outlet kamu juga bagus, semua segmen tumbuh. Apa posisi priority banking manager kurang menantang buat kamu?" tanya Nathan dengan senyuman tertahan.

Senyuman Alicia tergelincir begitu saja. Apa Nathan sedang memuji performa kinerjanya?

"Erick Wijaya, Robertson Liem, Lusy Wilhelmina, Agatha Noire, Tama Handoko, semuanya golongan nasabah super rich yang selama enam belas bulan terakhir aktif ikut program member get member. Dari mereka kita bisa dapet dua puluh lima nasabah baru medium rich dan delapan nasabah super rich. Bahkan yang medium rich ini kalau secara dana ada pertumbuhan, mereka bisa naik ke golongan super rich. Program member get member ini gacor banget semenjak kamu yang pegang outlet prioritas. Waktu acara gathering nasabah prioritas, mereka semua bilang ke saya suka sama service kamu. Faktor lain saya rasa karena kamu priority manager paling cantik..." Nathan menatap lekat kedua matanya sebelum memalingkan wajah dengan salah tingkah.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang