Bab 56

1.1K 141 42
                                    

'Ma, Papa taruh sarapan di resepsionis 😛'

Senyuman Alicia tergelincir begitu saja saat pagi itu ia membaca chat masuk dari Ricky.

'Boleh kan masih panggil Mama?'

Chat selanjutnya menyusul masuk. Apa pemuda itu belum tidur? Alicia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam pagi.

'Panggil Kak aja 😑 kemarin saya cuma bikin kamu seneng supaya nggak nangis terus. Soalnya saya belum pengalaman handle bocah nangis.' Alicia merasa perlu menjelaskan penyebab yang menjadi alasan ia mencium Ricky kemarin.

'Kok saya saya lagi? Kemarin kita udah mama papa-an ☹️ kita juga udah ciuman, masa pake saya saya teroooos😣 kan udah sepakat nggak pake saya saya dari kapan itu😫'

'So what? Kita juga udah bikin anak😒'

'Ya nggak gitu.... ☹️ Jangan bahas bikin anak, jadi malu 👉👈'

'Kenapa kamu malu? Kamu bahkan  nggak inget apa-apa🤨 Harusnya yang malu itu saya🙄'

'Masih keinget-inget?'

Pipi Alicia seketika terbakar. Sejujurnya, masih sering teringat.

'Nggak 🤢'

'Gak usah sok mual. Buktinya aku kemarin ditium-tium 😘'

'Jadi nyesel.... '

'Kok gitu? ☹️
Padahal aku keinget-inget terus. Mau bobo aku inget, mau makan aku inget... mau ngapa-ngapain inget terus 🥺'

Dengan senyuman tertahan Alicia memutar kedua matanya. Rasanya sudah lama, bibirnya tidak mencium bibir laki-laki. Bibir laki-laki yang ia cium setelah menjomblo dua tahun lamanya adalah bibir Ricky di malam ia mabuk. Lalu ia kembali mengulanginya lagi.

Alicia belum lupa bagaimana rasanya saat di malam itu ia kembali mencium laki-laki tampan dengan sepenuh gelora. Akan tetapi ciuman yang kemarin tidak hanya menyeret geloranya, tetapi mungkin juga sedikit perasaannya. Entahlah, Alicia harap hatinya membeku jadi es saja. Tetapi apa daya, hatinya ternyata tidak kuat lama-lama menanggung beban yang ditimbulkan oleh senyuman manis Ricky. Pemuda itu sungguh tidak tahu rasa manis macam apa yang sudah ditinggalkan pada hatinya.

'Saya nggak tuh 😌'

Alicia bersikeras menyangkal. Padahal setelah berciuman dengan Ricky, ia hanya bisa bengong di kantor karena setengah tidak fokus. Harusnya mengirim pesan pada nasabah A, malah mengirim pesan pada nasabah B. Mendadak otaknya korslet dan ia jadi lupa rumus menghitung bunga deposito yang sudah ia hapal di luar kepala.

Wajah Ricky ada di mana-mana. Meski ia menutup mata, wajah Ricky masih tetap ada. Alicia sampai mencuci mukanya di kantor gara-gara tidak ingin terkena virus-virus cinta. Apa ia harus mengkarantina hatinya juga? Rasanya sudah pasti susah karena kedua matanya terlanjur terbiasa mengkonsumsi senyuman semanis fruktosa.

'Jangan saya-saya Ma, Papa nggak suka😕'

Idih. Alicia menyerah, ia tidak sanggup menahan tawanya. Entah mengapa, jika sebelumnya ia merasa geli, kini ada rasa senang di hatinya. Sejenak Alicia merasa prihatin pada dirinya sendiri, apa ia memang sudah sejablay itu hingga harus luluh pada gigolo semacam Ricky?

Iyuuuuh! Alicia tanpa sadar meringis jijik di depan layar ponselnya sendiri.

'Nanti malem pulang kerja aku temenin jalan-jalan di taman mau nggak? Biar bumil olahraga tipis-tipis, supaya sehat.'

Alah, bilang aja lo pingin ketemu. Alicia menatap layar dengan senyuman tertahan sebelum melirik ke atas sejenak.

'Oke.' Ia segera membalas.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang