FOR💋PLAY [END]

Bab 11

Nathan Aswin Hastungkara, lelaki 40 tahun yang menjabat sebagai Area Manager itu sudah menjerat hati Alicia sejak kali pertama mereka bertemu, tepatnya satu tahun yang lalu. Alicia tidak pernah menyangka, lelaki yang terlihat sungguh dingin di permukaan itu, menjadi titik pamungkas rasa kehilangannya terhadap sang mantan. Nathan bahkan sudah melumpuhkan hatinya tanpa perlu berusaha. Hanya modal ketampanan dan pesona berwibawa yang sungguh amat sulit dimentahkan oleh perempuan mana pun.

Semua orang baik laki-laki maupun perempuan, bahkan telah sepakat bahwa Nathan Aswin Hastungkara itu ganteng banget.

Definisi gantengnya Nathan ini sudah bukan menyoal selera lagi. Melainkan benar-benar mutlak tak terbantahkan. Pesona Nathan tak ayal membuat Alicia dengan mudah jatuh hati dan dengan cepat melupakan rasa sakit hatinya terhadap Arsa.

Tatapan Nathan yang mencuri kedua matanya saat mereka meeting, membuat rasa trauma untuk kembali menjalin hubungan menguap begitu saja. Imajinasi kekasih yang ditinggal sendiri dan tersakiti, berganti dengan fantasi nakal bagaimana rasanya bibir kemerahan Nathan yang irit senyum itu. Alicia sempat merasa sedikit berdosa ketika fantasi-fantasi genit itu melintas di kepala karena semenjak menjadi atasannya, Nathan masih berstatus suami orang. Akan tetapi, Alicia sungguh tidak bisa mengabaikan pesona diri lelaki itu.

Nathan selalu terlihat paling menonjol dengan tubuhnya yang jangkung dan kulit putih cerah. Tubuhnya tegap dan setiap langkahnya terlihat mantap tanpa keraguan, benar-benar memancarkan aura percaya diri yang sangat natural. Nathan, tergolong tampan di atas rata-rata dengan fitur wajah yang seratus persen sangat sempurna. Bahkan saat Nathan cemberut sekalipun, tidak mengurangi derajat ketampanan di wajahnya. Secara penampilan fisik, memang tidak ada yang kurang. Sikap Nathan selama ini juga wajar-wajar saja, selayaknya atasan di kantor. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Alicia segan untuk menunjukkan perhatian lebih bahkan setelah lelaki itu resmi menduda.

Nathan itu galak.

Rasanya Alicia sungguh malas mengingat-ingat bagaimana galaknya Nathan ini. Yah, seperti atasan-atasan galak pada umumnya. Tetapi Nathan sangat jauh dari kesan mencari-cari kesalahan. Seringnya, para manajer di bawah Nathan auto melakukan kesalahan sendiri karena grogi ditatap Nathan. Seperti nasib Ike, salah satu kepala cabang senior yang mendadak grogi saat menjelaskan banyaknya temuan tim audit di cabangnya, sehingga lidahnya menjadi licin saat mengucapkan kata kontrol.

"Mengingat banyaknya temuan tim audit di cabang, saya berkomitmen akan lebih concern ke kontol Bapak," ucap Ike dengan wajah grogi.

Tak ayal tawa seluruh manajer dalam ruangan meeting langsung meledak. Mereka semua tertawa keras hingga wajah memerah. Bahkan Pak Atlas, kepala cabang paling senior sampai memukul-mukul meja.

Akan tetapi Nathan hanya bereaksi datar. Benar-benar datar tanpa ekspresi.

"MAAF BAPAK! MAKSUD SAYA KONTOL EH KONTROOOOL!" Ike yang frustasi sampai berteriak.

Tawa di dalam ruangan semakin pecah. Bahkan Nando Gumelar, kepala tim audit yang terkenal tidak kalah galak juga turut tertawa keras. Namun, Nathan tetap bertahan menjadi satu-satunya yang tidak tertawa. Jangankan tertawa, sedikit menarik sudut bibir pun tidak.

Sepertinya, Nathan memang tidak punya selera humor. Pernah setelah selesai meeting gabungan dengan seluruh jajaran manajer, salah seorang senior manajer melempar jokes demi membuat suasana lebih rileks. Saat itu tawa mereka semua pecah kecuali Nathan yang hanya bereaksi datar sambil menenggak air mineral dengan tampang bosan. Otomatis, tawa mereka semua segera mereda karena merasa segan dengan Nathan yang merupakan pentolan tertinggi para manajer. Meskipun begitu, Nathan tetap masuk ke dalam list lelaki idamannya, khususnya setelah menduda. Selama ini ia hanya bisa menyimpan kekaguman sampai pada akhirnya Nathan resmi bercerai.