Chanyeol memperhatikan Sehun yang sedari tadi sibuk membereskan bajunya dan memasukkannya kedalam koper tanpa kata, tanpa meliriknya sama sekali yang membuat Chanyeol kesal setengah mati.
"Jadi mau sampai kapan kamu diemin saya kayak gini, Jiwa?"
"Aku nggak diemin kak El perasaan"
"Tapi dari kemarin kamu nggak ngomong, kita nggak mungkin pulang sambil marahan kayak gini kan? Orang tua saya bisa curiga masa habis liburan bukannya semakin baik malah semakin renggang"
"Karena kak El nggak ngajak aku bicara, kan kayaknya yang punya sesuatu yang harus dijelaskan itu kak El deh" Sehun menjawab mengangkat bahunya acuh membuat Chanyeol mendengus kesal.
"Kalau diajak ngomong itu lihat siapa yang ngajak ngomong, saya udah pernah bilang kan? Kalau bicara tapi nggak lihat orang itu suatu hal yang nggak sopan keknya kamu udah terlalu gede buat mahamin itu semua"
"Aku rasa juga kak El udah terlalu tua buat bersikap kayak pecundang nggak punya nyali buat ceriatin apa yang sebenarnya terjadi bukan malah ngebuat narasi seolah kak Nata yang salah dalam hal ini kan?"
Sarkas Sehun akhirnya menatap Chanyeol yang menatapnya dengan tangan mengepal kesal.
"Saya nggak pernah minta Nata buat pergi dan dengan pergi itu adalah pilihannya sendiri jadi kenapa saya yang harus disalahin?" Tanya Chanyeol membuat Sehun menghela nafasnya pelan.
"Menurut kak El kenapa?"
"Kamu marah karena saya cinta sama kamu?"
"Marah karena kak El diem aja dan bohong, gimana bisa kak El bilang kalau udah cinta aku dari lama sedangkan aku dapet perlakuan nggak enak pas awal pernikahan kita?"
"Bukannya entar kamu kebingungan kalau tiba-tiba saya langsung nyium kamu padahal kamu hanya diplan sebagai pengganti? Lagipula perasaan itu urusan saya dan saya dari awal udah bilang sama Nata kalau saya nggak bakal macem-macem saya bakal jaga perasaan saya buat saya sendiri tapi dia yang lebih milih pergi"
"Kalau kak El ada diposisi kak Nata apa emangnya pilihan yang kak El bakal lakuin?"
Chanyeol terdiam mendengar pertanyaan Sehun yang membuat pasangannya itu menghela nafasnya pelan.
"Kak El nggak bisa jawab kan? Lagipula kalau hal yang nimpa kak Nata terjadi sama aku, aku juga bakal milih hal yang sama bagaimana bisa kita hidup sama orang yang jelas-jelas nggak cinta sama aku dan itu seumur hidup, seumur hidup itu nggak sebentar kak"
"Jadi saya harus bagaimana? Saya harus minta maaf sama Nata? Saya bakal minta maaf kalau itu yang kamu pengen"
"Nggak cuma sama ke kak Nata tapi ke orang tua aku terus ke orang tua kamu dan sama aku"
"Sama kamu?"
"Kenapa nanya? Emangnya kamu nggak ngerasa bersalah sama aku? Padahal aku juga korban, aku yang merasa paling ditipu tentang perasaan kak El"
"Saya nggak bohong Jiwa, saya jatuh cinta sama kamu sejal pertemuan pertama keluarga kita, saya kira itu kamu yang mau dijodohin sama saya tapi ternyata yang orang tua saya pilih adalah Nata mungkin karena usia juga"
"Terus kenapa kak El nggak bilang sama papa dan mama kak El?"
"Saya emang pecundang yang nggak bisa jujur tentang keinginan saya pada mereka, saya kira mungkin saya sama Nata memang berjodoh jadi saya tidak mencoba menentang-"
"Terus kenapa malah bilang sama kak Nata tentang perasaan kak El ke aku? Kalau kak El yakin kalau kak Nata jodoh kak El bukanya kak El harusnya diam saja dan nutup rapat tentang perasaan kak El ke aku?"