Tanpa Judul 🪻

462 58 10
                                    










Sehun memijat kepalanya yang terasa pusing setelah mendapatkan kabar dari sopir sang putra dengan cepat dia segera mengambil ponsel dan kunci mobilnya dan keluar dari ruangan yang sudah dia huni sedari pagi itu.

"Minju-ya aku pergi dulu tolong jaga butik dan buatkan aku janji temu dengan para klien yang datang"

Ujarnya tanpa menoleh pada sang asisten yang hanya mengiyakan.

"Pasti putranya berulah lagi, kasihan sekali bos ku itu karena harus mengurus anak nakal itu seorang diri"

Gumam Minju menggelengkan kepalanya lalu kembali melanjutkan kegiatannya untuk memasang manik-manik pada gaun seperti yang tadi diintruksikan oleh Sehun sang atasan yang baik hati tapi nasibnya menyedihkan.

Sedangkan Sehun yang sudah berada dalam mobilnya mencengkeram setir mobilnya dengan begitu erat lalu dan menghela nafasnya dengan perlahan mencoba menahan sesak yang ada didadanya dan saat dirasa nafasnya mulai normal dia akhirnya melajukan mobilnya dengan tenang tidak mau terlalu terburu-buru atau dia akan menyebabkan kekacauan dijalanan ini.

Setelah hampir 40 menit berkendara akhirnya dia sampai ditempat dimana sang sopir mengatakan dimana sang putra kini berada.

Dia segera turun dari mobilnya dan melihat gerombolan pemuda dan pemudi dipinggir jalan, ini adalah tempat balapan liar dan kenapa sang putra berada ditempat seperti ini? Apa dia kekurangan uang atau bagaimana?

Sehun menggulung lengan kemejanya lalu menghampiri gadis pembawa bendera dan mengambil bendera tersebut dan berdiri tepat didepan barisan motor yang bersiap untuk melaju.

"Who the fuck he is?"

Sehun bisa melihat mata sang putra yang menatapnya dari balik helm dan dia juga berusaha mengabaikan umpatan dan makian dari para anak-anak yang berada disekitarnya, bagaimana bisa sang putra sampai ditempat buruk seperti ini?.

"Berapa hadiah balapan ini? Apa cukup menjamin untuk mengcover biaya perawatan kalian jika sesuatu terjadi?"

"Bukan urusanmu Paman, lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku melajukan motorku tepat disampingmu"

Seorang pemuda diatas motor merahnya menyalak marah pada Sehun yang menghela nafasnya pelan dan menatap sang putra yang masih saja apatis dengan pandangan putus asa, apa putranya itu tengah marah padanya?

"Bolehkah saya ikut balapan?"

Nah akhirnya Sehun mendapatkan reaksi dari sang putra yang langsung turun dari motornya dan mengambil tangan Sehun dan menuntunnya untuk pergi dari keramaian tersebut.

"Apa yang sedang momma coba lakuin?"

"Sama seperti yang mau dilakukan oleh Mark"

"Mum"

"Pulang ya? Buat apa lakuin hal kayak begini? Entar kalau Mark kenapa-napa mum harus kayak gimana? Momma tidak mau sendiri itu menakutkan"

Sehun dengan manja memeluk tubuh sang putra yang sudah menyamai tingginya itu dengan erat, dia adalah harta miliknya yang paling berharga.

Sedangkan Mark hanya mendongak mencoba menahan air matanya yang ingin jatuh karena tubuh sang mom yang terasa bergetar dipelukannya, dia ingin sekali marah dan berteriak padanya dan mengatakan pada sang momma untuk berhenti menyakiti diri sendiri itu sangat menyedihkan dan Mark tidak menyukainya.

Acara pelukan mereka terganggu saat sebuah mobil berhenti tepat disamping mereka.

Mark memperat pelukannya pada tubuh Sehun saat melihat sosok tegap itu keluar dari mobil dengan wajahnya yang tampak marah dan Mark tahu kalau ini akan menjadi masalah yang akan membuat sang momma lebih sedih.

Just Book'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang