Mark menghisap rokoknya dengan pelan sambil memejamkan matanya, sungguh hari ini dia begitu terganggu jadi hanya benda kecil itu yang bisa sedikit menenangkan fikirannya.
"Apa kau benar-benar ingin mati muda?"
Mark mengerang kesal saat rokok yang terselip di bibirnya direbut oleh sosok gadis yang kata orang adalah kakak perempuannya tapi Mark tidak menganggap itu, dia sama sekali bukan keluarganya.
"Bisakah kau tidak mengangguku?"
"Apa yang akan dilakukan ibumu jika tahu kalau putranya ini adalah perokok?"
"Sama sekali bukan urusanmu"
"Aku tahu kalau kau tidak suka padaku dan aku pun juga sama sangat membencimu karena kau adalah penyebab orang tuaku tidak akur"
Mark akhirnya memberikan atensi pada gadis tersebut dan menaikkan alisnya heran.
"Yah semua memang salahku? Bahkan sebelum aku terbentuk juga salahku kan?"
"Itu salah ibumu"
"Kenapa bukan salah ibumu? Dia yang tidak bisa membuat ayahmu itu mencintainya kenapa menyalahkan ibuku yang mendapatkan cintanya secara cuma-cuma?"
"Minhyung"
"Sudahlah jangan mengurusi urusanku karena aku juga tidak akan mau mengurus urusanmu"
Mark mendecih pelan lalu segera beranjak dari duduknya meninggalkan sang kakak perempuan yang mengepalkan tangannya erat, dia mencoba bersikap baik tapi kenapa anak itu tidak pernah menghargainya? Apa benar kalau sikap itu menurun dan diajarkan oleh ibu kandungnya itu? Menyebalkan sekali.
"Sial sekali aku harus berbagi ayah dengan anak seperti itu!"
Setelah berdebat tidak penting dengan anak perempuan dari ayahnya itu, Mark memilih untuk pergi meninggalkan rumah ini akhir pekan jadi dirinya akan bermalam dirumah sang ibu.
Sebenarnya Mark tidak mengerti kenapa ibunya dan ayahnya tidak bersama padahal saling mencintai, kenapa cinta itu menyakitkan?
Mark memasuki rumah ibunya dengan langkah ringan, dia akan merasa begitu damai saat berada dirumah ini mungkin karena dekat dengan sang ibu tapi dia tidak bisa melakukan karena peraturan yang melarangnya dia hanya bisa datang kesini dijadwal yang sudah ditentukan oleh kakeknya iya orang tua menyebalkan itu.
"Mummy?"
Mark berteriak kencang setiap dia datang kesini berarti hari libur sang ibu yang berarti Sehun akan berada dirumah sepanjang hari, biasanya dia akan memasak atau memanggang kue untuknya.
"Mummy?"
Mark mengerutkan keningnya heran biasanya sang mom akan dengan cepat berlari kearahnya untuk memeluknya jika dia memanggilnya tapi kenapa dia tidak kunjung muncul?
Mark ingin naik keatas untuk mengecek mungkin saja mommy nya sedang tidur diatas tapi suara isakan yang ia dari arah dapur membuat dia membelokkan langkahnya menuju ruangan tersebut, dia bisa melihat ruangan itu amat sangat berantakan, ada apa ini?.
"Mummy? Apa kau dirumah?"
Mark menyusuri dapur tersebut mencoba mencari isak tangis yang masih terdengar ditelinganya.
Mark menghela nafasnya lega sekaligus sesak melihat sang mom sedang menangis disamping kulkas, dia segera berlutut dan menarik Sehun kedalam pelukannya membiarkan bajunya basah oleh air mata sang mom.
"Kenapa mummy menangis? Apa Mummy sakit?"
"Sakit, sakit sekali!"
"Apa yang sakit? Mark akan membawa Mom kedokter"