Dua setengah tahun yang lalu
Zoey berhenti di depan sebuah rumah kumuh yang berada di pinggiran kali, tempat dimana semua hal buruk bersarang, tertutup oleh kebahagiaan palsu. Zoey langsung masuk ke kamarnya yang tanpa pintu begitu sampai di rumah.
Sebelum masuk ke kamarnya dia melihat sekilas jam kecil diatas sebuah nakas. Jam masih menunjukkan pukul sebelas malam, wajar bila kakaknya belum pulang. Biasanya Zac, kakaknya baru akan pulang sekitar jam dua atau tiga pagi.
Begitu masuk ke kamarnya, Zoey langsung duduk bersandar. Dia belum berniat untuk tidur. Setelah diam beberapa lama dalam posisi seperti itu, Zoey mengeluarkan sebuah kartu nama yang dia dapatkan dari seorang pencari bakat yang tadi siang menghampirinya di jalan. Dia menatap kartu nama itu sampai terdengar suara pintu rumah dibuka.
"Zoey?" panggil seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga Zoey, suara Zac! Ada angin apa dia sudah ada di rumah jam segini?
"Napa Zac?" sahut Zoey, sambil memasukkan kembali kartu nama itu ke saku celananya. Beberapa detik kemudian Zac masuk ke kamarnya.
"Lo kenal Rudi kan? Dia ultah besok. Pada mau ngumpul male mini kasih surprise. Ikut gue yuk," ajak Zac.
"Aaa.... Pasti kumpul-kumpul anak balap liar yang pernah lo ikut terus kalah mulu itu kan?" ejek Zoey.
"Shut up," balas Zac. "Jadi mau ikut ga lu?"
"Ogah. Anak cowok semua kan? Males banget."
"Ada cewek kok. Baru-baru ini gabung," ujar Zac. "Dan ada Iras," Zac menatap Zoey sambil tersenyum jahil. Zoey balik menatapnya masam.
"Iya deh. Gue ikut."
*
Iras adalah pacar Zoey. Mereka sudah bersama selama satu tahun. Iras temannya Zac, lebih tua empat tahun daripada Zoey. Pertemuan mereka juga karena Zac pernah mengajak Iras mampir ke rumahnya saat Zoey ada di rumah.
Berbeda dengan Zac dan Zoey yang keluarganya termasuk kelas menengah ke bawah, Iras berasal dari keluarga yang bisa dibilang lumayan kaya. Tetapi Iras berbeda. Dia tidak pernah menunjukkan segi tajirnya, malah orang tak akan menyangka kalau Iras anak orang kaya kalau tidak mengenalnya.
Cara Iras berpakaian, cara hidupnya yang sederhana dan sedikit serampangan, atau sangat serampangan—semuanya sangat berlawanan dengan statusnya sebagai anak mantan politisi.
Iras tidak akrab dengan anak-anak sekolahnya, malah lebih akrab dengan anak-anak balap liar yang dia ikuti untuk kesenangan belaka. Dari balap liar juga lah Iras dan Zac bertemu dan berteman.
Begitu bertemu dengan Zoey, Iras jadi makin sering main ke rumah Zac. Alasannya banyak, tapi tujuannya sudah pasti untuk bertemu dengan Zoey. Dia menyukai Zoey sejak pertama kali bertemu dengannya, walau dia juga sadar perbedaan umur mereka cukup jauh. Tapi come on, age doesn't matter anymore if you love someone.
Setelah berjuang membuat Zoey yang cuek untuk menyukainya, akhirnya perjuangan Iras berbuah hasil sejak tahun lalu. Zoey dan Iras resmi berpacaran, dan masih langgeng sampai saat ini.
***
"Zoey Loux."
Zoey mengulurkan tangannya kepada perempuan seumurannya yang berdiri di depannya. Jarang sekali dia bisa bertemu dengan anak perempuan seumurannya di tempat seperti ini.
"Sion," balas Sion yang menyambut tangan Zoey. "Lo main di sini?" tanya Sion sambil menatap Zoey dari atas hingga bawah. Bukan pakaian yang nyaman untuk ikut balapan.
"Enggak, gue diajak Zac," jawab Zoey.
"Lo ceweknya Zac?"
"Dingdong!"
Zoey dan Sion langsung sama-sama menoleh ke arah suara tadi. Iras kemudian mendekat ke mereka dan merangkul Zoey. "Dia adek Zac, alias cewek gue," ujarnya.
"Kok adek lo cakep gitu mau sama Iras sih, Zac," Sion berlagak membisik pada Zac padahal suaranya pasti bisa terdengar oleh Zoey dan Iras.
"Gatau gue, kayaknya dipelet. Iras kan tajir," jawab Zac mengikuti Sion.
"Anjing lo berdua," balas Iras yang disusul tawaan Zac, Sion hanya tersenyum.
"Oi, Sion!" panggil Rudi sambil berjalan mendekat ke Sion. "Gue udah denger dari Anca, adek lo..." ujar Rudi terpotong.
"Jangan bahas itu lagi, Rud. Gue udah capek kemaren ngomong sama Anca," potong Sion. Zoey bisa melihat wajah Sion berubah dari yang tadinya kalem jadi sedikit, kesal?
"Lo bisa pinjem duit gue, Sion."
"Anak yatim piatu kayak gue mau balikin pake apa, Rud?" balas Sion. "Gue bisa selesaiin masalah gue sendiri, Anca udah bilang juga ke lo kan?"
"Lo kerja sama Anca, Sion?" tanya Iras yang mendengar dan sedikit mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Bukan urusan lo, Ras."
Sion kemudian meninggalkan mereka karena lelah dengan pembicaraan ini. Dia tahu Rudi dan Anca bermaksud baik, tapi di saat yang sama dia juga tahu tak ada jalan pintas lain baginya.
***
"Emang kenapa kalau Sion kerja sama Anca?" tanya Zoey pada Iras yang masih menatap Sion—yang sudah menjauh. Iras lalu menatap Zoey.
"Kerja sama Anca itu--" jawab Iras yang berhenti sejenak. "--berarti jual diri," lanjutnya.
"Bukan kali," balas Zoey. "Setau gue jual diri ada batas umurnya deh."
"Kalaus ama Anca, semua yang ga bisa jadi bisa. Dia punya backing-an di kepolisian." Rudi yang membalas Zoey kali ini. "Anak yang umurnya di bawah lo juga ga sedikit kok yang kerja sama Anca. Cuman lo ga tau aja."
Rudi berhenti sebentar sebelum akhirnya menghela napas kasar. "Tapi mereka semua cuman anak-anak yang mau duit."
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Hi there! 💙 just want to inform you about this story's update schedule! Part 28 nya menyusul hari Minggu ya, soalnya Sabtu aku ada acara motivasi sekolah dari pagi sampai malem hikss. Maklum anak kelas 12. Abis UAS, rabu depan lanjut USBN lagi 😭😭😭 (malah curhat) Minggu depan part 29+30 bakal diupdate hari Jumat sekaligus. Setelah itu jadwal update normal lagi (kecuali maybe kalau menjelang UNBK & SBMPTM).
But don't worry, bakal tetap update 2x seminggu kok! Cuman harinya aja yang mungkin enggak tentu 😉
Adios! 💙
- Vi
March 10th, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...