Part 38 - Sick Day

4.7K 292 21
                                    

[Song of the chapter:
Lady Gaga - Perfect Illusion]

Hujan lebat terjadi setelah pengambilan adegan kemarin malam. Karena dari pagi sampai sore tak ada tanda-tanda hujan, Layla yang malas membawa mobil memutuskan untuk naik ojek online untuk pulang ke rumahnya.

Sialnya, di tengah—bahkan sebelum setengah—perjalanan, hujan lebat turun. Dia memang sudah memakai jas hujan setelah menemukan tempat teduh, tetapi tetap saja keesokannya dia demam tinggi.

"Baru tau lo bisa sakit," ujar Leo saat Layla menelponnya mengabarkan kalau hari ini dia tidak masuk kerja.

"Ya 'kan gue juga manusia," gerutu Layla bete.

"Udah minum obat? Mau gue kirimin orang ke sana? Lo tinggal sendirian 'kan?"

"Udah. Gausah. Gue mau tidur aja. Nanti juga sembuh sendiri, thanks."

"Hem. Gue ga percaya. Gue mau kirimin orang aja."

"Kirimin siapa emang?"

"Nanti juga lo tau. Tidur aja, nanti gue kasih orangnya konci duplikat rumah lo," jawab Leo.

"Iya, iya. Terserah," jawab Layla yang malas meladeni Leo lagi karena kepalanya pusing. Lalu memutuskan sambungan.

Leo tersenyum di balik meja kerjanya. Waktu yang tepat untuk mengembalikan hubungan ibu dan anak yang saling salah paham satu sama lain!

***

"Juuuudee!"

Jude sontak kaget karena tiba-tiba ada yang merangkulnya dari belakang saat dia sedang sibuk work out di gym milik dalam gedung agency. Dari suaranya dia kenal, pasti Leo.

"Ada apaan, Oom Leo?" tanya Jude yang langsung menghentikan aktivitasnya. Selama di agency dia sudah lumayan dekat dengan Leo. Leo juga sudah menjadi spy nya selama ini untuk mendapatkan kabar tentang ibunya. Tepatnya, Leo yang selalu mengabarkan tanpa diminta sekalipun.

Leo lalu mengeluarkan kunci dan menyodorkannya pada Jude.

"Ini apaan?" tanya Jude tanpa mengambil koncinya.

"Konci, lah. Apa lagi coba?" balas Leo yang kemudian langsung mengambil tangan Jude dan menaruh koncinya di genggaman Jude.

"Tau ini konci. Tapi konci apaan?"

"Rumah Layla. Ini alamatnya, ke sana gih sekarang. Dia lagi sakit."

Jude mengembalikan konci rumahnya pada Leo.

"Dia ga minta gue dateng kan? Lo aja, Oom," balas Jude.

"Dia lagi sakit loh," ujar Leo sebagai balasan. "Dia tinggal sendirian lagi, aduh, pasti susah harus beli bubur sendiri. Ah, dia pasti order pake Go-Jek. Eh, tapi gimana ya kalo dia demamnya ternyata parah dan ga bisa ngapa-ngapain terus pingsan di rumah? Aduh, mana di sini ada anak gatau diri lagi udah dilahirin tapi diminta jagain emaknya yang lagi sakit aja nolak," ungkapnya sengaja.

Jude memasang tampang masam.

"Lo kangen nyokap lo kan? Ini kesempatan buat lo berdua ngomong lagi loh."

"Gue takut, Oom."

"Layla juga takut. Kalau sama-sama takut, kapan selesainya?"

Jude tersenyum, lalu mengambil konci rumah dari tangan Leo. "Alamat?" tanyanya.

"Nih." Leo membalas senyumannya, lalu memberikan secarik kertas dari kantung dimana dia mengeluarkan kunci rumah Layla tadi.

***

Sebelum ke rumah Layla, Jude mampir ke supermarket di mall deket rumahnya Layla. Leo bilang, kulkas mamanya itu selalu kosong. Kalaupun ada, isinya cuman cemilan dan es batu karena dia hobi gigit es batu.

Jude baru saja keluar dari mobilnya saat tidak jauh dari parkiran, saat dia melihat Damian sedang berjalan dengan seorang perempuan. Peerempuan itu jelas bukan Sion dan dia pernah melihatnya. Jude menyipitkan matanya agar bisa fokus melihat wajah perempuan yang menggandeng tangan Damian dengan jelas.

Jane. Jane Halim.

Dan dia tidak salah lihat.

***

Jude langsung membuka pintu rumah yang terkunci tanpa mengetuk terlebih dahulu, takutnya kalau mengetuk dia akan mengganggu Layla yang sedang tidur. Dia tidak pernah ke rumah Layla sama sekali setelah orangtuanya bercerai. Jude melepaskan sepatunya dan masuk ke dalam. Tujuan pertamanya dapur, yang terlihat jelas.

Rumah Layla bisa dibilang cukup berantakan. Mamanya dari dulu memang bukan orang yang rapi. Rumahnya dulu bersih karena ada asisten rumah tangga. Berhubung Layla sekarang tinggal sendirian tanpa asisten rumah tangga, pasti berantakan.

Setelah menaruh tasnya di sofa ruang tamu, Jude langsung masuk ke dalam dapur. Dia mengintip kulkas yang ada dan benar saja hanya ada cemilan di dalam. Begitu juga freezer yang hanya berisi kentang tinggal goreng dan berbagai macam makanan beku instan.

Dari melihat tempat cuci piring, Jude bisa menebak kalau makanan terakhir mamanya itu indomie. Diperjelas lagi dengan bungkusan indomie soto yang ada di tong sampah. Jude menggeleng-gelengkan kepalanya. Mamanya memang tidak pernah berubah, tetap serampangan--dan tidak bisa masak.

Jude mencari mangkuk untuk menaruh bubur yang dia beli. Karena tidak yakin dengan kebersihan mangkuk yang seharusnya bersih karena diletakkan di keranjang sebelah tempat cuci piring--yang artinya baru saja dicuci--Jude mencuci lagi semuanya. Termasuk sisaan yang masih ada di tempat cuci piring.

Besar dengan orangtua yang sudah bercerai dan ayah yang sibuk bekerja membuatnya mandiri, walaupun ada asisten rumah tangga di rumah.

Dengan petunjuk dari Leo, dia berhasil menemukan kamar Layla di lantai dua sambil menenteng mangkuk berisi bubur. Jude mengetuk pintu pelan, lalu langsung masuk dan mendapati mamanya sedang terlelap dalam tidurnya. Jude melirik jam tangannya, sudah jam sebelas pagi. Mamanya ini pasti belum makan dari pagi. Ditambah, sepertinya juga belum mandi.

Jude memegang dahi mamanya, panas. Sepertinya demamnya cukup tinggi. Layla merengkuh pelan sambil berpindah posisi.

"Ma, bangun," panggil Jude yang langsung membangunkan Layla.

Tadinya dia kira walau Leo bilang dia akan mengirimkan seseorang, Leo sendiri yang akan datang seperti biasanya. Makanya dia tetap santai tidur. Tapi mendengar suara Jude, sontak dia langsung terkejut.

"Jude?" Layla mengucek-ucek matanya. Dia tidak salah lihat. Apa dia masih tidur dan ini mimpi?

"Makan dulu nih. Belom makan dari pagi kan?" ujar Jude sambil membantu Layla duduk di ranjangnya. "Mau disuapin?" canda Jude.

Berusaha becanda, tepatnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia memutuskan untung bertingkah seperti biasanya dia saja, jangan sampai terlalu canggung.

Layla menatap Jude, lalu mengambil mangkuk yang diberikan Jude.

"Kalau gitu aku ke bawah dulu siapin kompres. Makannya pelan-pelan aja, kalau ga abis taruh aja di atas nakas, Ma," pamit Jude yang kemudian beranjak dari kamar mamanya sambil tersenyum. Meninggalkan Layla yang kebingungan tapi tidak bisa berpikir jernih karena sedang pusing.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

'Till next week! 💙

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang