Part 30 - Mixed Feelings

4.5K 304 21
                                    

[Song of the chapter :
Machine Gun Kelly, Camila Cabello - Bad Things]

Pertemuan Sion dengan Erwin  membuat matanya merah dan bengkak karena menangis. Sion tidak mau Erika dan Rachel melihatnya seperti ini, jadi segera setelah mengirim pesan pada Erika, dia pulang duluan.

Ash, Arthur, dan Beatrice belum pulang ke rumah hari ini, jadi malam ini Sion sendirian di rumah di rumah—tepatnya bersama para pelayan yang diantaranya sudah tidur karena ini sudah masuk tengah malam.

Begitu sampai di rumah, Sion langsung menuju kamarnya. Ia membersihkan make up-nya. Merasa tanggung bila hanya membersihkan make up, Sion memutuskan untuk sekalian mandi.

Selesai mandi Sion langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Besok hari libur, jadi dia tidak perlu khawatir untuk bangun pagi.

Malam ini begitu banyak hal yang mengganggu pikirannya. Mulai dari masalah Zoey-Jude-Rachel, sampai Ezra Vererro.

Pikiran Sion memutar kembali mengingat apa yang dikatakan Jude kepadanya.

"Gue sama Rachel putus. For the best. Gue masih ga yakin sama perasaan gue sendiri. Gue ga pernah nyangka gue bakal suka sama dua orang cewek di saat yang bersamaan," ujar Jude sambil menghela napas pendek. "Sampai gue yakin sama perasaan gue sendiri, saat itulah gue bakal minta Rachel balikan. Gue ga mau tetep jadian sama Rachel di saat gue juga suka sama Zoey. Tapi kalau ternyata gue emang suka sama Zoey, gue ga mau ngebohongin perasaan gue sendiri."

Lalu ingatan Sion berputar pada waktu ia berbicara dengan Zoey sebelumnya.

"Gue masih ga bisa ngelupain Iras, Sion. Di saat gue udah mau ngelupain Iras tiba-tiba Jude muncul dengan muka yang nyaris sama persis kayak Iras. Sikap Jude juga bahkan ngingetin gue pada Iras. Gue jadi merasa kalau Iras hidup lagi," ujar Zoey waktu itu. "Gue tahu gue salah. Gue ga boleh suka sama Jude karena Iras. Gue udah berusaha untuk menjaga jarak sama Jude, tapi tetep aja ga bisa, Sion."

Sion menatap wajah Zoey yang terlihat seperti mau menangis tetapi ditahan. Sion tahu jelas kalau membicarakan Iras sama saja dengan membawa kembali ingatan sedih yang selalu ingin dilupakan oleh Zoey. Karena itu dia tidak tahu harus berkata apa.

"Itu emang hak lo, Zoey. Gue ga bisa maksa lo. Tapi di saat yang sama gue juga ga mendukung lo, karena gue pengin Jude tetep jadian sama Rachel," balas Sion akhirnya. "Jude tahu soal Iras?"

Zoey menggeleng. Sesuai dugaannya.

Sion menghela napas panjang. Sebenarnya dia tidak mau mengurusi urusan percintaan orang lain, tetapi ini melibatkan banyak orang terdekatnya. Dia tidak ingin mereka semua berakhir menyesal, tetapi dia juga tidak tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah mereka.

Mendukung yang satu berarti menyakiti yang lain. Rachel dan Zoey sama-sama teman yang menurut Sion sangat berharga baginya.

Lalu Sion memejam mata sebentar. Setelah sekitar kurang lebih dua menit dalam posisi itu, Sion bangun dari tempat tidur, mengambil tasnya. Dia meraba-raba isi tasnya, dan mengambil sesuatu dari dalam tas itu.

Sebuah plastik bening, dan di dalamnya ada beberapa helai rambut. Itu adalah rambut Rachel yang dia ambil saat ke rumahnya tadi.

Sion membawa plastik berisi rambut Rachel ke meja belajarnya. Lalu dia membuka laci meja belajarnya, mengambil plastik serupa dari sana. Kemudian Sion menarik tiga helai rambutnya, memasukkannya ke dalam plastik yang baru diambilnya.

Dia harus memastikan sesuatu yang jauh lebih mengganggu pikirannya dibanding urusan Zoey-Jude-Rachel dan Ezra Vererro.

***

"Jude, stop!"

Zoey yang datang entah darimana langsung menyambar gelas berisi vodka yang hampir menyentuh bibir Jude. Jude tidak bergeming setelah gelasnya diambil. Tatapan Jude mengarah pada Zoey, tetapi tatapannya kosong.

Setelah menaruh gelas Jude ke meja rendah di depannya, Zoey melirik botol Smirnoff tower yang tinggal seperempat. Dia merutukki dirinya sendiri karena terlambat datang sehingga Jude sudah meminum sebanyak ini.

"Lo tau darimana gue di sini?"

Pertanyaan Jude itu langsung membuat pandangan Zoey beralih. Zoey menatap Jude, lalu duduk di sebelahnya.

"Mata gue banyak, apalagi di tempat yang beginian," balas Zoey enteng. Bartender sport bar ini memang merupakan kenalannya, tepatnya kenalan Zac. Pengaruh Zac memang besar di kalangan tertentu, dan tempat ini termasuk dalam pengaruh Zac.

"Gue suka sama lo, Zoey," ujar Jude tiba-tiba. Membuat mata Zoey langsung melebar.

"Lo mabok, Jude. Lo kan udah punya pacar," balas Zoey.

"Gue udah putus, Zoey. Gue suka sama lo."

Zoey terdiam.

"Gue ga mabok," ujar Jude setelah terjadi keheningan beberapa detik.

"Lo mabok. Ayo kita pulang," ungkap Zoey sambil memberi kode pada bartender kenalannya untuk membantunya mengangkut Jude.

***

Setelah mengantar Jude kembali ke rumahnya dengan selamat, Zoey langsung menuju apartemennya. Begitu sampai ke dalam, dia tidak langsung merebahkan dirinya ke ranjang seperti yang biasa dia lakukan setelah bekerja sampai malam hari. Kali ini Zoey duduk di depan meja belajar ruangannya—yang tidak pernah dipakai untuk belajar—kemudian mengambil sebuah foto dari dalam laci meja itu.

Zoey menatap foto itu lama. Air mata mulai menetesi foto yang dia pegang. Fotonya bersama dengan Iras, yang wajahnya sangat mirip dengan Jude. Tak lama kemudian dia menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya di meja. Dia tahu kesalahannya. Dia tidak boleh menerima Jude begitu saja hanya karena Jude mirip dengan Iras.

Mencintai seseorang hanya karena seseorang itu mengingatkannya pada orang lain yang tidak bisa diraihnya hanya akan berakhir pada kesedihan untuk kedua belah pihak.

Tapi, Zoey ingin egois untuk kali ini saja.

***

Walau hari ini hari libur, tetap saja kegiatan sarapan tidak dilewati oleh keluarga Walker. Di liburan, mereka biasanya sarapan bersama lebih siang, agar bisa bangun siangan. Tapi kali ini Rachel belum bangun walau jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Akhirnya, Damian yang disuruh membangunkan Rachel.

Damian langsung masuk ke kamar adiknya tanpa mengetuk. Benar saja, Rachel masih nyenyak dalam mimpinya di ranjang. Kemudian Damian mendekati adiknya itu, mau iseng mengejutkannya. Tetapi keisengannya itu langsung menghilang begitu melihat wajah Rachel yang seperti habis menangis, dan sedikit pucat.

"Rachel?" panggil Damian sambil menyentuh dahi Rachel. Panas.

***

Jude terbangun dari tidurnya karena ada ponselnya berdering. Dengan berat hati dia akhirnya meraih handphone-nya, takut itu telepon dari seseorang yang penting. Benar saja, itu telepon dari manajernya mengenai pekerjaan. Jude menjawab seadanya karena kepalanya masih terasa berat. Berhubung manajernya peka, dia lalu bilang akan menelpon lagi dan membiarkan Jude beristirahat.

Setelah mengucek-ucek matanya, Jude melirik jam di handphone-nya. Sekarang sudah jam sebelas pagi. Kemarin dia benar-benar mabuk, dia tidak begitu ingat apa saja yang dia lakukan tetapi dia ingat Zoey datang dan mengantarnya pulang.

Mata Jude mengarah pada notifikasi masuk dari Line, Zoey mengirim pesan padanya. Jude langsung membukanya.

Zoey Loux

Gue udah dapet nomor nyokap lo, 0856xxxxxxxx

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

If you like this story, kindly vote, comment, and share! Notifications from all of you who have done so made my day! Love you! X💙💙

- Vi
March 18th, 2017

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang