Dentuman kardiogram adalah hal pertama yang Sion dengar begitu dia sadar. Dentuman kardiogram nyaris menjadi bagian hidupnya sejak resmi menjadi kardiogram. Tetapi kali ini, bukan dentuman kardiogram orang lain yang dia dengar, melainkan dentuman kardiogram dirinya sendiri.
Sion mencoba menggerakan tangannya. Tanpa disengaja, gerakan tangannya menyenggol kepala Reon yang bersandar di pinggir ranjang. Senggolan itu langsung membangunkan Reon. Reon menengok ke Sion yang sudah membuka matanya, lalu tersenyum. Tangannya mengelus-elus dahi Sion.
"Kamu bikin aku jantungan," ujarnya pada Sion.
"Kayaknya aku bakal sering bikin kamu jantungan," balas Sion, yang kemudian menatap langit-langit. Sedang Reon yang mendengar balasan Sion, terdiam sebentar.
Dari dokter Erik, Reon tahu kondisi Sion yang memburuk. Dia juga tahu kalau ini bukan satu-satunya yang akan terjadi. Setelah ini, apa yang terjadi pada Sion kemarin akan terjadi lagi. Bahkan, mungkin lebih parah dari ini.
"Re," panggilan itu membuat Reon menoleh lagi pada Sion yang juga menatapnya. Sion tersenyum. "Jalan-jalan yuk," ajaknya. Reon langsung tertawa dan mengacak-acak rambut Sion.
"Baru juga siuman," komentarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Nanti dokter Erik..."
"Ini ruanganku kan? Di koridor ini jarang ada yang jaga, ada lift khusus di ujung koridor. Mumpung dokter Erik belom dateng," potong Sion.
Reon terdiam menimbang-nimbang, sebelum akhirnya menjawab lagi.
"Ayo."
***
Keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan siapapun ternyata tidak sesulit yang Reon bayangkan karena Sion sudah hafal seluk beluk rumah sakit. Sekarang, Reon sudah berada di parkiran sambil menggendong Sion menuju mobilnya.
Awalmya Sion meminta Reon untuk mengambilkan kursi roda. Tetapi, Reon malah menggendongnya.
"Jadi, kemana kita mau pergi, Nona Muda?" tanya Reon sambil mengejek menggunakan panggilan yang biasa digunakan oleh orang rumah sakit. Sion langsung memasang tampang bete, membuang muka.
"Terserah kamu," balas Sion. Reon tersenyum melihat tingkahnya. Lalu, tangan Reon bergerak memakaikan sabuk pengaman Sion.
Setelah menyalakan mesin mobilnya, Reon menelpon seseorang dengan handphone-nya.
"Calvin? Bisa tolong siapin cruise buat dinner dua orang? Aku ke sana sekarang," ujarnya pada seseorang di seberang, yang tak lain adalah asisten pribadi ayahnya. "Thanks."
***
Calvin Dannison mengetuk pintu ruang direktur Zodic Group, yang disambut dengan ujaran: "masuk" dari sang direktur yang ada di dalam. Seperti biasa, Calvin langsung masuk dan berjalan ke depan meja Dion yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Tuan Reon meminta saya untuk menyiapkan cruise dan dinner dua orang," ujar Calvin.
"Siapkan aja," balas Dion setelah terdiam beberapa lama.
Calvin tidak tau tentang Reon yang bukan anaknya, Dion juga tak berencana memberitahu orang lain. Lagipula, walau Reon bukan anaknya sekalipun, Dion sudah menganggap Reon sebagai anaknya.
Dion memang kesal karena Caitlyn menyembunyikan hal itu darinya, tetapi perlahan dia juga bisa menerima Reon. Tetapi, dia masih dingin terhadap Caitlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...