Haaaaaii, akhirnya up lagi heheheh. Lebih cepet karena Jumat Sabtu ini ga bisa update (so sorry), karena ada persiapan SIMAK. Mohon bantu doanya ya 😇 makasih juga buat kalian yang udah doain SBMPTN hari ini. Alhamdulillah lancar (walau banyak nembak ehehehe), tinggal nunggu hasil. ❤❤
Ps. Abis authornya kelar dari segala ujian cari kuliah ini 😅 *lebay* dan selesai dari liburan (anak baru lulus butuh liburan 😊😊), chapter Hawaii bakal di-update lagi, rencananya bakal ditambahin gambar+peta biar kalian bisa lebih menghayati suasananya *eak*. Jadi kalau nanti ada update mendadak di chapter Hawaii, bukan ceritanya yang diganti, melainkan tambahan gambar dan mungkin perbaikan typo.
Enjoy!
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jam delapan pagi, Damian berdiri di depan pintu kamar nomor 3505, kamar premiere three bathroom suite yang terletak di lantai 35. Lantai 35 dan 36 dihuni oleh murid perempuan, sedang laki-laki di lantai 33 dan 34. Empat lantai itu sudah disewa khusus oleh SMA Mutiara Persada untuk winter break kali ini.
Setelah diam selama beberapa menit di depan pintu sambil merenungkan apa yang harus dia katakana, Damian akhirnya mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.
Belum sempat mengetuk pintu, seseorang menghantam wajahnya dari samping. Pukulan dari orang itu membuat bibir bagian dalam Damian berdarah karena terkena giginya.
Damian mengangkat wajahnya dan melihat siapa orang yang barusan menghantam wajahnya, Reon Alistair Zodic.
"Lo?"
"Itu buat Sion," ujar Reon sambil tersenyum sinis meremehkan. "Dia liat lo sama Jane semalem, dan denger semua yang lo berdua omongin," lanjutnya.
Emosi Damian karena Reon memukulnya tiba-tiba langsung mereda, digantikan perasaan bersalah. Dia tidak menyangka Sion mendengar semua percakapannya dengan Jane kemarin.
"Ribut-ribut apaan sih? Berisik amat," ujar seseorang dari dalam kamar sembari membuka pintu. Erika. "Reon? Damian? Kenapa lo berdua?"
"Gapapa. Cuman ngasih pelajaran ke cowok brengsek," balas Reon sambil tersenyum, walau wajahnya masih menunjukkan kekesalan. Kemudian, Reon melengos pergi tanpa pamit.
"Lo berdua kenapa?" tanya Erika penasaran karena mendapat pemandangan menegangkan di pagi hari.
"Errr, itu siapa di luar?" seru Rachel dari dalam. Tak lama kemudian, wajahnya nongol dari belakang Erika.
Melihat Damian berdiri sambil memegangi pinggir mulutnya yang mengeluarkan darah, Rachel tertawa.
Dasar adik kurang ajar.
"Lo kenapa, Dam? Semalem abis godain cewek club ampe cowoknya nyamperin lo?"
"Heh, adek kurang ajar emang. Sion mana?"
"Lagi mandi."
Jawaban itu bukan datang dari Rachel maupun Erika, melainkan dari Selena yang sudah berdiri di dekat Rachel. Selena menatap Damian tidak senang, yang ditatap hanya bisa tersenyum pasrah mengerti kalau Selena sudah tahu.
"Tolong bilangin Sion ya, gue tunggu di BLT Market. Soalnya hapenya mati dari semalem," ujar Damian.
"Ga perlu. Gue udahan." Sion muncul sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil hotel. Rachel dan Erika yang tidak mengerti hanya menatap bingung, biasanya Sion dan Damian menggunakan 'aku-kamu', tetapi kali ini Sion menggunakan 'gue'. Ditambah, nadanya sedikit dingin. "Ayo," ujarnya kemudian keluar kamar dan Damian mengikutinya dari belakang.
"Mereka kenapa, Sel?" tanya Erika penasaran begitu keduanya sudah berbelok dari koridor. Rachel ikut menatap Selena dengan tatapan mengintrogasi karena penasaran juga.
"On the way putus. Damian balikkan sama Jane," jawab Selena sambil menghela napas.
"What the fu..."
"Beneran?" tanya Rachel memastikan lagi.
"I'm not joking," jawab Selena.
"Pantesan semalem kayaknya gue denger Sion nangis dari kamar lo, tapi gue lupa nanya tadi pagi," komentar Bianca yang entah sejak kapan sudah menguping. Begitu juga Vianna dan Vera.
"Kakak lo brengsek juga ya, Rachel," ujar Erika yang sekarang sudah setuju dengan apa yang dikatakan Reon sebelum Reon melengos.
"Emang," balas Rachel. Dia sedikit mengerti perasaan Sion, pasti kacau. Karena dia pernah mengalaminya saat Jude meninggalkannya.
Tetapi beda kasus. Sepertinya kali ini, Damian tidak akan kembali seperti Jude.
***
Sudah lewat dari lima menit sejak mereka duduk berhadapan di BLT Market, tetapi tidak ada yag memulai pembicaraan. Sion tidak berniat memulai pembicaraan berhubung Damian yang mengajaknya, sedang Damian masih bingung harus memulainya dengan apa.
"Maaf," ujar Damian akhirnya dengan lirih, membuat Sion menoleh. "Maafin aku karena udah jadi bajingan yang ninggalin kamu seenaknya."
"Lo emang bajingan," balas Sion. Damian langsung mengangkat wajahnya yang tertunduk. "Dan gue cewek bego yang cuman bisa berharap kalau semalem apa yang gue denger dan liat itu mimpi, bukan kenyataan. Sialnya, itu kenyataan. Lebih sialnya lagi, gue masih sayang sama bajingan di depan gue."
Damian terdiam. Larut dalam perasaan bersalahnya. Dia tahu, dia memang brengsek. Tetapi kalau dia tetap bersama Sion, bisa-bisa di kedepannya dia akan jadi lebih brengsek lagi dan menyakiti Sion lebih dari ini.
"Tapi mau apalagi, mungkin emang kita ga jodoh," ujar Sion sambil menghela napas. Sion lalu berdiri. "Thanks, Dam. For being my first love. Gue harap lo bahagia sama Jane."
"Thanks, Sion. Gue harap lo ngedapetin cowok yang lebih baik dari gue, dan bukan cowok brengsek kayak gue," balas Damian akhirnya.
Sion tersenyum padanya, walau senyuman itu menyiratkan kekecewaan. Lalu Sion beranjak, meninggalkan Damian yang masih duduk di sana.
Sekembalinya ke kamar, dia langsung disambut pelukkan dari Selena. Sakit. Tetapi dia tidak menangis lagi karena air matanya sudah habis semalam. Kemudian, Vianna merangkulnya setelah Selena melepaskan pelukannya. Sambil merangkul, Vianna menuntun Sion ke ruang tamu. Sion sedikit heran karena manusia-manusia di kamarnya tumbenan masih penuh, biasanya udah kabur cari sarapan.
"Well, well. Hari ini kita have fun seharian! Buat Sion lupain si brengsek Damian Walker!" seru Vianna pada teman-temannya yang langsung menyambutnya.
Vianna langsung memimpin semuanya untuk merencanakan perjalanan mereka hari ini. Sion tidak ikutan dan membiarkan mereka mengatur segalanya, Sion malah masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil handphone-nya yang masih di-charge.
"Sion," panggil Rachel yang ikut masuk ke dalam, membuat Sion menoleh. "Soal Damian...." Ujarnya sambil memberi jeda sebelum melanjutkan. "Thanks."
Sion tersenyum. Itu lebih baik. Itulah yang ingin dia dengar. Dia tidak ingin mendengar kata 'maaf' lagi, apalagi dari Rachel yang tidak ada hubungannya dengan dia dan Damian, walau Sion tahu Rachel merasa bersalah karena perbuatan kakaknya.
'Thanks' memang lebih baik daripada 'maaf', karena tidak ada yang perlu disesalkan. Semuanya harus disyukuri. Sion tidak pernah menyesal mengenal Damian, malah dia bersyukur bisa bertemu dengan Damian.
Damian memang memilih Jane, tetapi Damian tidak mengkhianatinya sama sekali. Damian hanya kembali ke tempat yang seharusnya.
Sion tahu kalau damian tulus menyayanginya selama ini. Sayangnya, perasaan Damian untuk Jane lebih besar daripada perasaan Damian untuknya.
"You're welcome," balas Sion, membuat Rachel tersenyum balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...