Part 87 - Real Goodbye

5.2K 362 106
                                    

[Song of the chapter:
Harry Styles - Sign of The Times]

Reon berhenti di depan sebuah pintu kamar nomor 1205 rumah sakit pusat Tetrias. Dia terdiam sebentar sebelum akhirnya membuka pintu itu.

Sang penghuni kamar tersebut masih terlelap dalam tidurnya, nampak sangat nyenyak. Reon pun berjalan masuk, menutup pintu dengan perlahan, dan langsung duduk di sebelah ranjangnya.

Besok adalah harinya. Hari dimana Rachel akan mendapat jantung baru agar dia bisa tetap hidup. Di saat yang bersamaan, besok juga adalah hari dimana Reon harus siap kehilangan perempuan yang sangat dia cintai.

Reon memegang erat tangan perempuan yang berbaring di ranjang itu, lalu menunduk dan tak sanggup menahan air matanya lagi.

"Reon?"

Suara itu menyadarkan Reon. Reon langsung menghapus air matanya dan menatap Sion yang terbaring di atas tempat tidur itu dengan senyuman yang dia paksakan.

"Aku bikin kamu bangun ya, Sion?" tanyanya lembut sambil mengusap rambut Sion.

Sion membalas senyumannya. Lalu Sion mencoba untuk bangun. Dengan sigap, Reon langsung membantu Sion untuk bangun dan duduk di tempat tidur.

"Re, mau jalan-jalan," pinta Sion kepada Reon.

Reon mengangguk. "Sebentar ya, aku ambil kursi roda dulu," ujarnya kemudian melepaskan genggaman tangannya dari Sion untuk mengambil kursi roda.

Reon mendorong kursi roda Sion ke balkon rangkap taman di lantai 15 rumah sakit ini. Balkon lantai ini yang paling sepi di antara semuanya, makanya Reon lebih memilih kemari. Buktinya, hanya ada mereka berdua di sini.

"Nanti siang Rebecca bakal dateng loh, dia kangen berat sama kamu," ujar Reon sambil tersenyum.

Sehebat-hebatnya Reon menutupi wajahnya yang sedih, Sion tetap bisa melihatnya. Sion kemudian tersenyum.

"Maafin aku, Re..." ujarnya lirih.

"Kamu ga salah apa-apa Sion, aku yang salah," balas Reon. "Sebagai pacar, aku udah gagal. Aku ga bisa bahagiain kamu sama sekali. Aku bahkan enggak bisa berbuat apa-apa soal Rachel sampai kamu yang harus turun tangan."

Reon berusaha untuk tidak menangis, tapi air mata tetap saja keluar dari matanya. Sion lalu mengelap air mata Reon dengan tangannya yang gemetar. Reon meraih tangannya dan mencium tangan itu sambil menundukkan kepalanya.

"Re... Kamu salah. Siapa yang bilang aku ga bahagia?"

Apa yang diujarkan Sion barusan membuat Reon mengangkat wajahnya dan mendapati Sion menyunggingkan senyumnya yang sangat tulus.

Senyuman yang sangat disukai oleh Reon. Senyuman yang membuat Reon jatuh cinta padanya.

Sion menarik tangannya dan mengelus kepala Reon.

"Aku bahagia... karena kamu masih tetep ada di sini... Aku bahagia... karena kamu ga ninggalin aku sama sekali... walau keadaan aku kayak gini..." Sion menarik napas panjang. Dia tidak boleh menangism tidak boleh. "Aku bahagia... karena aku tahu kamu mencintai aku apa pun yang terjadi..."

"Sion..."

"Aku tahu kamu pasti marah dan enggak terima karena aku mutusin buat donorin jantung ke Rachel. Tapi, kamu tetep aja berusaha bersikap baik dan menerima keputusanku..." mata Sion mulai berkaca-kaca.

Sion memajukan badannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Reon.

"Reon, promise me one thing," pinta Sion yang menatap Reon lekat-lekat. "Abis ini kamu bakal jatuh cinta... Cari cewek yang setia... cewek yang gabakal ninggalin kamu dalam keadaan apapun... Cewek yang tegar... bisa marahin kamu kalau kamu jalan di jalan yang salah..." Sion berhenti sebentar. "Setelah itu kamu menikah sama dia... dan punya anak...." Sion berhenti lagi untuk mengambil napas. "Promise me, kamu harus hidup bahagia sama keluarga kamu itu... walaupun perempuan itu bukan aku..."

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang