[Song of the chapter:
Liam Payne ft Quavo - Strip That Down]"Deal. Kalau gitu lo kabarin gue ya tiap malem," balas Reon sambil tersenyum.
Itu perjanjiannya. Nyatanya, Sion belum sempat meminta apa pun pada Reon seminggu ini. Dia sibuk bertemu kembali dengan teman-teman lamanya—baik itu teman SMA dan anak-anak balap liar—dan mengurus banyak urusan rumah sakit meski dia belum sepenuhnya memulai pekerjaannya. Walau dia mulai kerja bulan depan, bukan berarti dia tidak perlu beradaptasi. Selama seminggu ini dia tetap rajin mangkal di Tetrias untuk mengingat-ingat denah dan kenalan dengan dokter-dokter sekaligus para pekerja—walau nyaris semua pekerja telah mengenalnya.
Dalam seminggu ini pun, dia belum bertemu dengan Reon. Reon sudah menawari untuk mengantarnya kemana-mana tetapi dia sedang tidak memerlukannya. Ash selalu menjemputnya setiap dia ingin pergi ke Tetrias. Sedang jika dia mau berkumpul dengan anak balap liar, pasti ada yang siap menjemputnya dengan motor. Selena juga selalu standby dengan mobilnya jika mengajak pergi.
Intinya, seminggu ini jadwalnya padat kontras dengan apa yang dia duga. Semua orang menghampirinya di rumah atau dimana pun, juga mengantarnya pulang sehingga dia tidak memerlukan sopir sama sekali.
Termasuk hari Minggu ini, jam delapan pagi mobil BMW milik Selena sudah bertengger di rumahnya karena mereka mau pergi ibadah bareng. Setelah itu, mereka akan belanja di Plaza Senayan. Selena juga mengajaknya tour ke berbagai coffee shop di Jakarta Selatan berhubung banyak coffee shop yang baru buka dan sedang ngehits di Instagram.
Sion sendiri sudah lama tidak begitu mempedulikan Instagramnya sampai-sampai Selena geregetan dengan alasan 'malas' yang Sion lontarkan saat ditanya kenapa jarang upload foto. Lalu Selena ngoceh panjang lebar kalau di Maryland banyak spot foto bagus dan dia bisa jadi selebgram kalau rajin rapiin feeds ditambah tampangnya yang emang udah cantik pake banget. Selena sendiri sudah lumayan tenar di Instagram, followers-nya sudah mencapai delapanpuluh ribu.
"Kalau itu, sih. Kayaknya gara-gara gue enggak konci Instagram gue dan gue anak orang kaya jadi banyak yang ngefollow. Kan sekarang emang banyak yang suka ngefollow anak orang kaya yang feedsnya bagus. Apalagi abis gue masuk Line Today."
Begitu komentar Selena mengenai Instagramnya, walau Sion tau Selena senang punya followes banyak di Instagram—siapa yang enggak senang?—nya.
Jadi di sinilah Sion berakhir, sebuah coffee shop dengan interior yang sangat menawan. Menurut pendapatnya, ini lebih mirip sebuah art gallery daripada coffee shop. Mayoritas orang-orang yang mengunjungi coffee shop ini adalah anak muda dan anak sepantarannya, tidak jarang mata Sion menangkap sekumpulan yang sedang foto-foto sambil bergaya. Kata Selena, trend foto di coffee shop memang sedang beken di kalangan anak muda.
Sion jadi mengingat masa kuliahnya di John Hopkins University. Walau sibuk belajar, dia masih suka bersosialisasi. Dia beberapa kali diajak ke café yang ada di sekitaran universitas, dan lumayan sering menghabiskan waktu di Starbucks. Café yang paling dia suka berada di Hapsen, Artifact Café. Interior café yang sedang dia datangi bersama Selena ini kalah jauh dengan Atifact. Selain itu, rasa kopinya lah yang membuat Sion menjadikan Artifact sebagai café favoritnya. Sayangnya, lokasi Starbucks lebih dekat jadi dia lebih sering ke Starbucks dibanding ke Artifact Café.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...