Part 51 - Her Hand

4.8K 318 39
                                    

"Dan elo!" bentak perempuan itu yang tak lain adalah Sion, dengan wajah sangar. Reon langsung kaget karena dibentak tiba-tiba, apalagi dia belum sepenuhnya sadar—tepatnya hampir teler. "Kalau mabok jangan nyetir!"

Sekelibat mimpi itu membangunkan Reon dari tidurnya. Tidak, itu bukan mimpi. Tepatnya, itu adalah picisan ingatan dari kejadian semalam dimana dia nyaris saja menabrak orang karena memaksakan diri menyetir dalam keadaan mabuk. Dia ingin segera pulang, makanya tidak mempedulikan waktu pergantian lampu merah yang tinggal dua detik. Untung saja dia masih setengah sadar, dan bisa menginjak rem tepat waktu.

Reon terdiam sebentar di ranjangnya, memejamkan mata walau dia sudah tidak berniat tidur kembali. Dia hanya berusaha untuk mengingat apa yang terjadi setelah itu. Sepertinya, orang yang disuruh oleh Sion mengantarnya ke rumah. Dia sudah tidak mampu menahan rasa mabuknya lagi dan ketiduran selama perjalanan. Tetapi dia bangun lagi saat mobilnya berhenti karena mendengar pintu dibuka, ada orang yang memapahnya ke kamar. Reon berusaha mengingat siapa orang itu dan...

Oh shit!

Dion Aluxio Zodic lah yang memapahnya kamar. AYAHNYA.

"Reon, bangun! Bukannya kamu kuliah hari ini?"

Suara itu terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar. Wajah Caitlyn, mamanya, terlihat dari balik pintu. Melihat Reon menatapnya sambil tetap berbaring, Caitlyn tersenyum dan berjalan mendekat. Caitlyn lalu duduk di pinggir ranjang Reon.

"Anak bandel! Kenapa kamu minum sampe mabok semalem?" tanya Caitlyn sambil marah tapi setengah becanda. Semalam adalah pertama kalinya dia melihat Reon pulang dalam keadaan mabuk.

"Udah biasa kali, Ma. Reon kan udah gede. Biasanya nginep di rumah temen kalau mabok, tapi semalem kecelakaan dikit," jawab Reon beralasan. Dia bangun dan duduk sambil bersandar.

"Kecelakaan dikit apanya? Kata orang dari keluarga Williams, kamu hampir nabrak cucunya Ezra vererro, malah. Itu yang kamu bilang kecelakaan dikit, hah?" Caitlyn langsung menjewer telinga Reon, Reon hanya bisa meringis pasrah. "Udah, sana kamu mandi. Siap-siap kuliah."

"Siap, Ma," ujar Reon sambil bangun dari ranjangnya. Reon menguap, merenggangkan badannya, dan melihat jam dinding yang ada di kamarnya. Jam sepuluh pagi, kuliahnya akan dimulai jam sebelas.

***

Alarm handphone membangunkan Sion dari tidurnya. Dia memang menyetel alarm jam duabelas siang, karena ingin tidur sepuasnya hari ini, sekaligus menyesuaikan diri dari jetlag-nya. Semalam dia sampai ke rumah jam satu pagi karena harus memindahkan beberapa data ke komputer di ruang kerja barunya di Tetrias setelah makan malam dengan Arthur. Iu pun, dia tidak langsung tidur, mandi dulu dan baru terlelap jam dua pagi.

Sebenarnya, dia tidak perlu memindahkan data kemarin. Dia bisa saja memindahkan data hari ini saja atau nanti saat dia mulai bekerja di Tetrias. Tetapi berhubung dia sedang di tempat, jadi dia mau menyelesaikan semuanya agar tidak ada beban nantinya. Sion tipe orang yang mengerjakan langsung agar punya waktu luang, bukan menikmati waktu luang dan bekerja saat deadline.

Tangan kirinya keseleo beneran, walau tidak begitu parah. Sayangnya, dia harus rela menunda pekerjaannya selama sebulan karena keadaan tangannya. Dia adalah seorang dokter bedah dan harus menggunakan dua tangan yang bekerja secara maksimal. Tangannya bisa sembuh dalam dua minggu, tetapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat operasi berlangsung, dia harus menahan untuk melakukan operasi selama sebulan penuh.

Sekarang, dia tidak tahu harus ngapain selama sebulan ini. Sion sudah memberitahukan hal ini pada Ezra, dan Ezra menyuruhnya untuk bekerja di Vererro Group saja untuk mengisi waktu luang. Tetapi Sion masih ragu, jadi dia bilang pada Ezra kalau dia akan mempertimbangkannya. Untuk saat ini, sepertinya dia akan catch up dengan teman-teman lamanya. Kebetulan, Vianna mengajaknya berkunjung ke café miliknya yang baru buka di daerah Kuningan.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang