Part 33 - Layla (Lewiss?)

4.3K 276 3
                                    

[Song of the chapter:
Gnash - I Hate You, I Love You]

"AKU UDAH GA TAHAN LAGI! POKOKNYA AKU MAU CERAI! AKU UDAH CAPEK NGELIAT KAMU GA TOBAT-TOBAT TETEP AJA KERJAANNYA GODAIN CEWEK GAJELAS!"

Jude kecil hanya bisa terisak pelan dari balik pintu kamarnya mendengar pertengkaran antara kedua orangtuanya. Dia tahu alasan mamanya berteriak seperti itu. Papanya selingkuh, entah sudah wanita keberapa.

"Kamu gabisa cerai gitu aja! Gimana Jude?"

"Itu bukan urusanku! Dari dulu emang kamu yang salah gapake pelindung padahal kita belom nikah!"

Mama Jude beranjak keluar, matanya membelalak saat melihat Jude berdiri sambil menangis dibalik pintu.

"Ma... maa...."

Ia ingin memeluk Jude, meminta maaf. Tetapi egonya yang tinggi tidak membiarkannya melakukan itu. Dia pun langsung pergi meninggalkan keduanya.

Tak lama kemudian, terdengar suara mesin mobil dinyalakan, dan mobil yang menjauh dari rumah itu.

***

Sosok penting Wind Agency itu duduk di balik meja kerjanya dengan tangan yang sedaritadi sibuk mengurus data-data hasil pencarian bakat untuk mengambil benih baru yang akan diangkat menjadi model. Saking sibuknya, dia tidak sadar kalau ada pria yang baru saja memasukki ruangan.

"Layla," panggil pria yang baru masuk itu setelah menunggu beberapa menit, karena sosok itu—Layla tak kunjung menyadari keberadaannya.

Layla langsung menghentikan aktivitasnya. Matanya menatap ke arah pria yang baru saja memanggilnya. Dia kemudian menghela napas.

"Apa lagi, Leo?" tanyanya sambil melanjutkan aktivitasnya.

Leo tersenyum, lalu berjalan mendekatinya. Leo adalah pemilik Wind Agency, sekaligus sahabat karib Layla sejak masa kuliah.

Setelah Layla bercerai dengan Rick Lewiss, dia bingung ingin bekerja menjadi apa untuk mengisi waktu luang berhubung selama ini dia hanya diam di rumah menjaga Jude. Waktu itulah Leo datang dan menawarkan jabatan penting di Wind Agency. Kebetulan, pekerjaan dari Leo itu sangat cocok dengan Layla dan dalam waktu singkat dia sudah menghasilkan banyak bintang baru di Wind.

"Lo masih belom mau ketemu sama anak lo? Padahal lo berdua di gedung yang sama," ujar Leo yang langsung membuat Layla kembali menghentikan aktivitasnya.

"Gue nyokap yang jahat, Leo. Ga pantes buat nunjukkin muka gue lagi di depan Jude," balas Layla.

"Gara-gara mindset kayak gitu makanya lo selalu ngehindarin diri ketemu sama dia?"

Layla terdiam, tidak membalas dan berpura-pura sibuk lagi dengan berbagai data di depannya.

"Bentar lagi lo bakal ketemu dia kok," ujar Leo setelah keheningan beberapa detik. Layla langsung menoleh, Leo tersenyum. "Gue berencana masukkin Jude ke proyek X. Sebagai leader proyek, lo pasti harus berhadapan sama dia."

"Leo!"

"Gue ga milih dia karena mau ngisengin lo. Dia punya kualitas. Selain itu proyek X juga masih menyortir orang, ini akan jadi proyek besar dan gue rasa keberadaan Jude bakal ngebantu proyek ini biar makin menguntungkan Wind," tegas Leo. "Tapi kalau lo keberatan, gue bakal cabutin namanya. Gimana pun proyek ini gue serahin ke elo."

"Tenang aja. Gue professional," tandas Layla.

*

"Hah? Lo belom juga jadian sama Zoey? Gue kira lo udah lama jadian sama dia, abis so sweet mulu tiap nongol di acara!" komentar Feraldo sambil geleng-geleng kepala. Dia baru saja kembali dari pekerjaannya di Swiss, jadi mampir ke rumah Jude untuk memberikan oleh-oleh.

"Gue mau nembak dia, tapi belom nemu saat yang tepat aja," balas Jude.

"Mendingan lo cepet deh Jude, nanti kalau misalnya dia direbut sama cowok lain gimana? Ah. Ga jadi, gue mau rebut dia deh mumpung lo belom jadian."

"Emang dia mau sama lo?"

Feraldo langsung melemparkan kotak cokelat yang dia bawa ke arah Jude yang tentunya bisa menangkap tanpa kesulitan—jagoan basket biasalah. Jude lalu tertawa.

Baru selang beberapa detik, handphone Jude kemudian berdering. Jude menatap nomor yang tertera di layar handphone-nya, dan membelalakkan matanya. Dia tidak bergeming beberapa saat, lalu kembali ke alam sadar. Dengan penuh keraguan Jude akhirnya mengangkat telepon itu.

"Halo, ini Jude Lewiss?"

Suara itu. Suara yang sudah lama tidak didengarnya. Suara yang sangat dia rindukan.

"Halo?" karena Jude tidak membalas, orang yang menelponnya bertanya lagi.

"Ah ya. Ini siapa ya?" tanya Jude sebagai formalitas, walau dia sebenarnya tahu siapa penelpon itu.

"Saya Layla dari Wind Angency. Direksi sekaligus team leader proyek X. Kamu sudah mendengarnya dari leo, bukan?"

"Iya. Proyek X. Tapi Pak Leo belom jelasin sama sekali soal apa itu proyek X," balas Jude, berusaha seprofesional mungkin.

"Ya. Saya tahu. Makanya saya menelpon," ujar Layla dari seberang. "Besok tolong datang ke ruangan saya di Wind Agency jam sebelas pagi, saya akan menjelaskan tentang proyek itu."

"Oh... iya, oke."

"Baiklah."

Layla lalu memutuskan hubungan. Jude menurunkan handphone dari telinganya dan menatap kosong handphone-nya.

Apakah Ibunya begitu membencinya?

***

Tetapi ada yang tidak diketahui oleh Jude. Di seberang sana, Layla mengucurkan air matanya. Dia tahu, dia adalah sosok Ibu yang jahat. Dia tidak pantas menjadi Ibu bagi Jude sekarang setelah meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang