Extra Part: Promise

6.1K 277 94
                                    

Hai lagi? Thanks for giving your opinion on Author's Note! Karena ada yang penasaran soal Reon selanjutnya, akhirnya aku mutusin buat post ini. Extra part dengan cara pandang sudut orang pertama, sekalian coba-coba ganti sudut pandang, heheheee.

Enjoy!

Gabrielle POV

"GABRIELLE VICTORIA!!!"

Crap! Itu suara si manajer. Dia pasti mau marah soal laporan pabrik yang belom gue selesaiin. OMG, Gabrielle. Lo dalam bahaya! Apa kabur aja?

Kruyuk kruyuk

Duh. Malah perut yang jawab. Sial. Mau gimanapun, ini geprek mozarella udah nanggung di meja, minta dimakan!

Pasrah, gue senyumin aja si manajer yang tadi manggil.

"Kenapa ya, Pak?" tanya gue seolah tanpa dosa.

"Kenapa laporan pabriknya cuman setengah-setengah?!" bentaknya.

"Biar bapak nyariin saya," jawab gue dengan asal, membuat air mukanya makin murka.

"Selamat siang, Tuan Reon!"

Suara serentak itu membuat manajer ini--iya deh gue kasih tau namanya, Rendy Dwicaksono--langsung mengalihkan pandangannya dari gue. Oke, untuk sekarang gue selamat.

"Siang, Tuan Reon," sapanya mendadak ramah saat 'Tuan Reon' itu melewati kami. Pak Rendy menyenggol gue seolah nyuruh kasih salam juga.

Yaudah, deh.

"Selamat siang, Tuan Reon."

Sial, Reon jadi natap gue dengan tampang bingung maksimal mendengar sapaan barusan.

"Selamat siang?" balasnya, lalu dia terlihat bingung juga kenapa dia balas. Gue yakin itu barusan keceplosan. Dia kan biasanya enggak bales sapaan orang.

Pura-pura dingin, dia lanjut jalan lagi. Tumben ni orang satu makan di kantin.

"Gabb, kok Pak Reon natap lo terus? Lo bikin masalah sama dia ya?" tanya Mary, sohib yang paling pengertian sama gue di kantor ini.

Denger pertanyaan dia, gue sontak ngeliat ke arah Reon yang duduk bareng rombongan direksi. Pandangan gue sama dia ketemu, dia beneran natap gue. Pas sadar ditatap balik, dia langsung mengalihkan pandangan dan lanjut ngobrol sama direksi lain.

"Mungkin karena gue cakep baday?" sahut gue asal.

Selesai makan, masih ada waktu setengah jam lagi sampai gue harus balik ke tempat. Gue obviously enggak mau balik duluan, bisa mampus sama Pak Rendy. Bakalan mampus juga sih in the end, tapi jangan pas istirahat dong! Pas jam kerja aja, sekalian ngisi waktu.

Akhirnya, gue jalan-jalan sendiri. Mary? Lagi pacaran sama Sugeng dari tim logistik. Emang bener ya kata orang, temen kalo udah punya pacar mah, lo harus sabar jadi pilihan kedua. Hiks. Nasib. Mendingan gue ke perpustakaan aja deh nongkrong, WiFi-nya kenceng.

Pas mau belok, tiba-tiba sepasang tangan narik gue ke sisi koridor yang lain. Siapa sih? Lo enggak tau gue sabuk item taekwondo? Pake bekep mulut juga lagi

"Sssshhtt, ini gue."

Dua kata itu sukses bikin gue batal nendang selangkangan orang yang tadi narik. Gue berbalik, ternyata Reon Alistair Zodic.

"Atap, yuk," ajaknya seperti biasa.

Ya. Orang ini hobi ngajak gue ke atap kalo dia lagi distressin sama masalah kantor. Belakangan ini makin sering aja. Maklum, dia baru jadi CEO muda atas perintah bokapnya. Gara-gara unurnya masih kepala dua, para direksi yang tua-tua jadi suka remehin dia mentang-mentang menang di pengalaman.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang