Part 6 - Please

7.3K 595 23
                                    

[Song of the chapter:
- Alan Walker // Sing Me to Sleep]

Seminggu belakangan ini Sion sedang sibuk mengurus drama yang akan dipentaskan untuk hari ulang tahun sekolah. Dia anggota ekstrakurikuler drama. Semua murid di SMA Mutiara Persada wajib untuk mengikuti ekskul. Tadinya Sion memilih ekskul drama karena katanya kebanyakan kegiatannya gabut. Tapi begitu ada event penting, ekskul ini langsung menjadi sibuk dan dia sama sekali tidak bisa beristirahat.

Setelah latihan drama, dia harus menjaga Sonny di rumah sakit. Malamnya seperti biasa, dia harus mencari uang untuk membayar biaya perawatan Sonny. Pagi-pagi sekali dia harus belajar agar nilainya tetap stabil. Benar-benar minggu yang berat.

Sion kebagian peran utama karena undian. Jadi hari ini pagi-pagi sekali dia sudah harus tiba di sekolah untuk di make up, karena pertunjukkan akan dimulai jam sembilan pagi.

Setelah make up selesai, Sion mendapat istirahat duapuluh menit sebelum gladi resik dimulai. Dia menggunakan kesempatan itu untuk makan. Dia makan sendirian di balik panggung berhubung Selena sedang latihan modern dance di studio gedung utama. Dia tahu Selena tak akan mendapat kesempatan untuk menemuinya karena waktu istirahat sempit dan untuk berjalan ke auditorium di gedung serbaguna pasti membuang waktu.

Akhirnya dia makan sendiri di spot paling tenang di sini, karena dia tidak terlalu akrab dengan anak drama lainnya. Selain itu juga daritadi anak-anak heboh melihatnya memakai make up, dan dia ingin menghindari itu. Sion memang sudah cantik natural, apalagi ditambah dengan polesan make up?

Tak lama kemudian dia langsung menyesali keputusannya untuk makan di sini dan tidak pergi ke gedung utama saja, begitu Jude Lewiss menghampirinya. Sion langsung menutup kotak makanannya dan hendak beranjak ketika Jude menahan tangannya.

"Wow. Lo cantik ya kalau pake make up," komentar Jude.

"Apa lagi? Gue udah bilang enggak berkali-kali, mau gimana pun jawabannya tetep enggak," ujar Sion kesal. "Lagian kenapa lo care banget sih sama urusan gue? Udahlah lo pura-pura gatau apa-apa aja. Ini urusan pribadi gue, bukan sesuatu yang bisa lu ikut campurin."

"Gue ga mungkin campurin urusan lo kalau seandainya lo cuman balap liar! Tapi ini, lo sampai jual diri. Come on, Sion. Berhenti aja. Gue bisa bantu lo bayar biaya perawatan adek lo, gue ikhlas."

"Ini badan gue, mau gue apain juga terserah gue."

"Gue gabisa biarin lo ngelakuin itu! Kalo lo kena AIDS atau apa, gimana? Yang ada lo ngancurin diri lo dan masa depan lo sendiri, Sion!"

Sion tersenyum sinis. Dia sudah tidak bisa menahan kekesalannya.

"Ohh, jadi lo mau sok jadi pahlawan buat anak yatim piatu yang gabisa apa-apa supaya masa depannya tetep cerah?"

"Gue bukannya sok pahlawan! Kalau gue cuman mau sok pahlawan gue pasti udah nyerah dari kapan pas lo tolak gue berkali-kali!" balas Jude yang mulai emosi juga. "Gue masih tetep maksa lo berhenti sampai sekarang karena gue tulus mau ngebantu lo, karena gue gamau lo kenapa-napa. Apa yang lo lakuin itu bahaya!"

Sion melepaskan tangannya yang ditahan Jude daritadi.

"Itu. Bukan. Urusan. Lo," ujarnya kemudian melengos pergi.

"Lo kira adek lo bakal seneng kalau tau lo jadi begini gara-gara dia?"

Sion berhenti mendengar apa yang diucapkan Jude. Lalu Jude berjalan mendekatinya dan berdiri di depannya. Memegang kedua pundaknya.

"Adek lo gamungkin mau lo jual diri demi dia. Kalau dia tahu, dia pasti bakal mikir kalau lebih baik dia mati aja, Sion. Gue juga punya kakak perempuan, kalau seandainya dia sampai berbuat kayak gitu ke gue, gue pasti gabakal bisa maafin diri gue sendiri!" bentak Jude. Sion tidak membalas.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang