Part 55 - College Again?

5K 293 41
                                    

[Song of the chapter:
Ariana Grande - Everyday]

Talk show tiga hari yang lalu benar-benar menjadi berita besar. Sion hampir tersedak kemarin pagi saat sarapan karena Bi Erna menunjukkannya koran pagi tadi. Bagaimana tidak tersedak, dia jadi headline berita pagi ini. Bukan hanya satu koran, tetapi tiga koran.

Sion merasa bersyukur karena Instagramnya dikunci, followers requests-nya membludak apalagi karena Erika dan Selena yang sama-sama punya followers banyak mengupload foto mereka waktu di café Vianna, ditag ke account-nya lagi.

"Nona Sion, tuan Reon sudah menunggu di depan," ujar salah satu pelayannya.

"Suruh masuk ke sini aja, ikutan makan," balas Sion yang masih mengunyah rotinya.

"Baik."

Tak lama kemudian, Reon masuk ke ruang makan. "Kakek lo enggak di rumah?" tanyanya, kepalanya menengok ke kanan-kiri.

"Kemaren berangkat ke Inggris ada urusan," jawab Sion. "Duduk?" tawarnya, toh masih ada banyak waktu dan mereka tidak akan terlambat. Reon pun ikut duduk, seorang pelayan mengambilkannya gelas dan menuangkan jus jeruk. "Makan aja," ujar Sion agar Reon tidak enggan.

Reon menurut, karena dia sendiri belum sarapan dan rencananya mau sarapan di kampus aja. Tetapi karena Sion nawarin, yah lumayan buat ngisi perut.

***

Kedatangan anak pemilik kampus, Reon Alistair Zodic, bersama dengan seorang wanita yang belum pernah terlihat sebelumnya langsung menarik perhatian seantero kampus. Tetapi, Sion tidak menyadarinya. Sebenarnya, dia menyadari ada banyak yang menatapnya, tetapi tidak mau geer dan berpikiran bahwa semua mata tertuju pada Reo  karena kata Selena Reon famous di kampusnya.

"Beraaat," keluh Sion sambil menaikkan kembali tasnya, yang sudah berisi beberapa buku cetak kampus pemberian Reon. Tadi, Reon sudah mengajaknya touring kampus selama setengah jam-an dan sekarang mereka sudah ada di gedung tempat kelas berada. "Kenapa sih harus bawa buku segala, emang enggak ada e-book?" komentar Sion kemudian, lalu dia menatap Reon.

Reon yang ditatap menunjukkan wajah aneh sedang menahan tawa, beberapa detik kemudian tawanya lepas. Setelah sudah menguasai dirinya, dia membalas Sion, "Ada e-book-nya, kok."

Melihat itu, Sion langsung pasang tampang bete. "Re-elo! Lo ngerjain gue kan?" protes Sion sambil menendang kaki Reon.

"Awww ...."

Dengan tampang bossy-nya, Sion langsung melempar tasnya ke arah Reon, yang kemudian menyambutnya. "Pegel tau, gak, bahu gue. Bawain!" ujarnya, alias perintah.

Sialan. Bisa-bisanya Reon menyuruhnya membawa lima textbook tebal sambil jalan touring kampus setengah jam padahal ada ebook-nya. Pegel woy, pegel. Berasa abis nenteng kantong belanja bulanan supermarket.

"Baik bos, akan hamba bawakan tasnya," balas Reon yang masih cekikikan.

"Oh my God, itu siapa cewek yang lagi sama Reon? Gila, Reon ketawa! Langka banget aduh sayang enggak direkam!" komentar Luna yang menatap keduanya dari lantai dua bersama gengnya.

"Gue enggak pernah liat itu cewek," celetuk seorang dari antara gengnya Luna, Hera namanya. "Gayanya kampungan banget enggak sih? Buat seukuran orang yang jalan bareng Reon. Kebanting banget sama untouchable!"

"Kita yang sekampus aja udah hoki kalau Reon mau bales pas ngomong, dia malah lemparin tas seenaknya ke Reon. Dikira Reon babunya?"

Sion memang hanya memakai kaos berkerah dan celana panjang hitam ke kampus, karena dalam pikirannya datang ke kampus itu harus sopan. Tetapi, dia salah perkiraan, karena kampus ini isinya anak burjois yang berasal dari kalangan menengah ke atas, yang suka pamer harta dan kalau pergi ke kampus gayanya bak pergi ke pesta. Itulah kontrasnya kampus ini dengan kampusnya dulu di Baltimore, John Hopkins University.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang