Part 61 - Red Rose and Pain

4K 287 35
                                    

Sion juga menyukainya.

Motivasi dari Selena itulah yang membuat Reon Alistair Zodic sangat bersemangat setiap kali mendatangi Sion ke rumah sakit di jam makan siang.

Berkat Selena dan alasan 'untuk memastikan Sion makan dengan teratur', Reon jadi sering menghabiskan waktunya dengan Sion. Dia bahkan rela bolos kuliah demi menemani Sion makan.

Semakin lama bersama Sion Vererro, semakin pula dia mengenal Sion. Semakin dia mengenal Sion, semakin besar pula cintanya pada Sion.

Reon tidak akan melepaskannya. Reon tidak akan melepaskan Sion Vererro.

Tidak akan.

Dan hari inilah hari yang sangat menentukan baginya. Hari ini, Sion akhirnya meluangkan waktu untuknya. Hari ini, dia dan Sion akan ke Dufan.

Hari ini, Reon akan menyatakan perasaannya pada Sion.

"Pake sabuknya, Sion," ujar Reon begitu mobil melaju.

Beberapa kali mengantar Sion naik mobil membuat Reon menyadari kebiasaan Sion yang selalu lupa memakai sabuk pengaman. Kebiasaan itu muncul karena Sion lebih sering memakai sopir di Baltimore, dan duduk di kursi penumpang belakang. Reon juga dulu begitu, waktu masih diantar jemput sopir. Dulu, dia sering tak menghiraukannya. Tetapi, menjadi pengemudi membuatnya sadar itu penting.

"Oh, iya." Sion langsung memasang sabuk pengamannya.

Reon tersenyum. "Gimana keadaannya Zoey?" tanyanya.

"Udah baikan. Ginjalnya cocok," jawab Sion seadanya.

"Ooh," balas Reon.

Setelah itu tidak ada yang berbicara lagi. Reon mati-matian mengorek otaknya untuk mencari topik, tetapi tak berhasil menemukan topik yang pas. Sampai akhirnya, tak terasa, mereka sudah tiba di tujuan.

Sepi.

Itu yang pertama muncul di pikiran Sion. Ini hari libur, dan sudah jam sebelas siang. Dufan sesepi ini adalah pemandangan langka.

Sion mengikuti Reon yang berjalan masuk dengan santai.

"Yahh. Kok ditutup sih, Pak?"

Pertanyaan itu membuat Sion menoleh ke sumbernya. Ada sekeluarga yang sedang berbicara dengan petugas.

"Maaf ya. Tapi tempat ini udah disewa seharian penuh," balas si petugas.

Mendengar itu, Sion jadi melihat sekelilingnya. Pantas saja sepi. Pantas saja ada beberapa orang yang hanya duduk di pelantaran.

Saat yang sama, seorang wanita berseragam petugas datang menghampiri Sion dan Reon yang hendak masuk ke dalam.

"Selamat pagi, Tuan Muda," sapa wanita itu yang sudah pasti ditujukan kepada Reon. "Semua sudah disiapkan." Wanita itu tersenyum pada Reon, lalu pada Sion.

"Thanks," balas Reon tanpa tersenyum dan terkesan dingin. Sok dewasa. Lalu begitu menatap Sion, wajahnya berubah jadi sangat manis dengan senyuman yang tersungging. "Masuk yuk," ajak Reon sambil menarik tangan Sion.

Tetapi Sion tidak bergeming.

"Sion?" Reon mengernyitkan dahi.

"Lo nyewa satu Dufan?"

Sebagai jawaban Reon mengangguk. Seolah-olah itu adalah hal yang wajar.

"Buka," perintah Sion.

"Kenapa? Bukannya lebih enak jadi enggak usah ngantri?" tanya Reon bingung.

Menyewa sebuah taman bermain untuk berdua adalah salah satu saran dari saran Rebecca. Rencananya, malah, Reon akan mengajak Sion naik biang lala jam enam nanti untuk menikmati sunset. Di sanalah dia akan menyatakan perasaannya pada Sion.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang