Baru dua langkah, sebuah tangan menariknya dan membekap mulutnya. Sion berusaha berontak saat orang itu menutup saluran pernapasannya dengan sapu tangan. Mencium sedikit, Sion sadar itu obat bius.
Apa yang harus dia lakukan? Perbedaan ukuran tubuh orang itu terlalu jauh untuk dilawan. Sion bersyukur otaknya masih berjalan di kondisi seperti ini. Dia pun menahan napasnya dan berpura-pura pingsan akibat efek bius. Setidaknya, dia harus tetap sadar.
Beruntung. Orang ini langsung melepaskan saputangannya begitu tubuh Sion melemah, sehingga Sion tak perlu menahan napas lama.
Sion bisa merasakan badannya digotong oleh pria bertubuh besar ini. Dia dibawa ke dalam mobilnya!
"200 juta di tangan." Orang itu terkekeh.
Mendengar itu Sion jadi yakin kalau feeling bahwa dia diikuti memang benar. Sial. Harusnya dia lebih berhati-hati dan tidak mengabaikannya.
Tidak ada siapa-siapa di sini. Sion berharap ada orang yang lewat dan menolongnya, walau dia yakin takkan ada yang lewat.
Reon.
Entah mengapa, saat ini wajah Reon muncul di kepalanya. Apakah Reon akan membantunya? Tetapi mustahil, Reon pasti sudah tidur di rumahnya jam segini.
Orang itu bersiul, dan mulai menyalakan mobilnya. Sion tidak diikat, dan langsung memanfaatkan momen itu untuk bangun dan membuka pintu dari mobil.
"Hei! Masih bangun rupanya!"
Sion berusaha membuka pintu, namun gagal. Dia tidak bisa membukanya. Sepertinya sudah diatur agar tidak bisa dibuka olehnya, jadi itulah mengapa dia tidak diikat.
Orang yang menculiknya ini nampak dengan tenang menjalankan mobilnya. Sepertinya seorang penjahat yang sudah profesional.
Sion mau mengambil alih setir, tapi tidak bisa karena kalah bodi. Dia juga tak bisa merecoki orang yang sedang ini, nanti akan membahayakan mereka berdua.
"Makanya jangan cari masalah sama DC, Nona Muda dari keluarga Vererro," ujar si penculik.
Sion sudah mulai pasrah saat mobil yang dikendarai penculik itu mendadak direm. Kepalanya terbentur sandaran kepala kursi depan, sedikit sakit namun dia baik-baik saja.
Melihat si penculik belum bisa mengendalikan diri, tangan Sion langsung membuka kunci dari pengemudi. Berhasil, pintu berhasil terbuka.
"Sion!"
Pemilik suara itu langsung mendekapnya erat. Dari suaranya yang memanggil nama Sion, Sion bisa merasakan emosi dan kekhawatiran.
Melihat ada orang lain, si penculit langsung melajukan mobilnya untuk melarikan diri.
"Lo gapapa?" tanya Reon.
Tetapi bukan jawaban yang dia dapatkan, Sion memeluknya erat.
"It's okay, Sion. It's okay now."
***
Begitu Erika mengabarinya kalau Sion pulang dengan temannya yang lain, Reon langsung berangkat ke rumah Sion. Saat mau melewati rumahnya, Reon mendapati mobil yang sama terparkir dekat rumah Sion. Bukan hanya itu, ada seseorang yang sedang memasang penutup jalan.
Curiga, Reon batal mendekat ke rumah Sion dan memarkirkan mobilnya sedikit jauh, mengamati.
Dia tidak sempat menolong Sion saat Sion dibekap. Orang itu terlalu cepat. Tetapi Reon langsung mengejar mobil itu dengan mobilnya, mencari jalan lain dan sengaja memiringkan mobil di depan agar menghalangi jalan mobil hitam itu.
Untungnya, Sion masih sadar dan langsung keluar mobil. Walau tidak bisa mengejar, sudah tahu siapa dalangnya dari asisten papanya, Calvin, yang dia minta untuk menyelidiki. Calvin bisa diandalkan, dan sekarang dia sudah punya bukti berhubung kawasan rumah Sion dipasang CCTV tersembunyi seluruhnya. Penculik itu nampaknya tidak sadar.
Perusahaan DC. Dan beberapa waktu yang lalu, Sion memang punya masalah dengan mereka.
Reon menatap wajah Sion yang sudah lebih tenang daripada saat tadi. Tangan Reon merangkul pundak Sion.
"Sion," ujar Reon pelan. "Kalau ada masalah, cerita sama aku oke?"
"Ini bukan masalah besar, kok," balas Sion.
"Bukan masalah besar, kamu bilang?!" Sion sedikit tersentak mendengar Reon membentaknya. "Kalau seandainya tadi aku enggak dateng, kamu mungkin udah diapa-apain sama mereka! Dan kamu bilang itu bukan masalah besar?"
Sion terdiam.
"Please, Sion. Aku kira kamu mau lebih terbuka setelah kita pacaran, tapi ternyata kamu sama aja. Tolong, jangan lagi mendem semua masalah sendiri, cerita sama aku apa aja yang terjadi. Bagi kamu mungkin ga penting buat aku tahu, tapi bagi aku semua yang terjadi di sekitar kamu itu penting," ungkap Reon. "Aku takut kehilangan kamu, Sion... "
Reon sudah mencapai batasnya. Dia tidak bisa lagi menahan emosinya. Sehingga akhirnya, dia mengungkapkan semua keluhnya.
Dan Sion tahu itu. Selama ini Reon selalu berusaha sabar untuk menghadapi sikapnya yang sangat tertutup.
"Maaf, Re," ujar Sion akhirnya.
Reon menundukkan wajah Sion ke dekatnya, lalu mencium keningnya.
"Jangan bikin aku khawatir, Sion," ujar Reon. "Mulai sekarang, janji ke aku. Kamu bakal ceritain semuanya?"
Sion terlihat ragu. Tetapi tidak ada salahnya untuk terbuka pada Reon, dan menceritakan hal yang membebaninya pada orang selain Selena semakin membuat pikirannya ringan.
Dan akhirnya, Sion pun mengangguk. "Aku janji," balas Sion.
"Jadi? Ada hal lain yang kamu sembunyiin dari aku?" tanya Reon yang melepaskan tangannya dari Sion, matanya menatap Sion tajam. "Terutama, yang Selena tau! Enggak fair, masa dia tau tapi aku enggak tau," protesnya.
Sion tertawa mendengar protes dari Reon.
"Aku kembar," ungkap Sion. Membuat Reon membelalakan matanya. "Kembaranku Rachel, Rachel Magdelene Walker."
"Hah?"
Oke. Tampang Reon saat ini sangat bloon.
"Waktu lahir, dia butuh operasi jantung. Mama waktu itu enggak punya uang, dan untungnya ada keluarga yang mau adopsi Rachel, mereka yang bayarin semua biayanya," jelas Sion.
"Kamu yakin, itu Rachel?"
"Awalnya aku juga ragu. Dan aku tes DNA," balas Sion. "Hasilnya positif."
"Kenapa kamu enggak kasih tau ke Rachel?"
"Keluarga Walker udah ngerawat Rachel kayak anaknya sendiri. Dia udah punya keluarga sendiri sekarang, dan dia keliatan bahagia."
Reon terdiam sebentar.
"Kamu udah kasih tau Becky?"
Sion menggeleng.
"Re." Sion menyandarkan kepalanya di bahu Reon. "Aku takut Rachel ninggalin aku... "
"Kenapa kamu mikir gitu?"
"Penyakit Rachel kambuh."
"Apa?" Raut wajah Reon terlihat khawatir. Wajar saja, dia pernah menyukai Rachel selama bertahun-tahun, dan sudah berteman sejak lama dengannya.
"Aku liat sendiri tadi, dan aku udah nyuruh dia check up," ujar Sion. "Aku enggak mau dia ninggalin aku, Re. Enggak apa kalau dia enggak tau siapa aku yang sebenarnya." Sion mulai terisak.
"Dia enggak akan ninggalin kamu, Sion," hibur Reon. "Kalaupun penyakitnya kambuh, pasti ada cara lain kan? Aku enggak ngerti masalah itu, dan aku yakin kamu lebih ngerti karena kamu dokter."
Reon berhenti sejenak.
"Tapi bukankah yang dibutuhkan di saat seperti ini adalah kepercayaan? Aku percaya pada Rachel. Aku percaya dia akan bertahan."
Reon menatap Sion.
"Dan aku harap kamu juga percaya pada Rachel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...