Dengan perlahan, Sion membuka kedua matanya. Rasa pening di kepalanya masih ada, meski tidak separah kemarin saat dia kehilangan kesadarannya.
Sion melihat sekitarnya, dia masih berada di kamarnya. Kemudian dia mencoba untuk menggerakan tangannya dan mendapati infus terpasang di sana. Ada Reon juga yang sedang tertidur di pinggir ranjangnya.
"Sion?"
Reon yang menunggui Sion dari semalam merasakan gerakan tangan Sion dan terbangun.
"Ada yang sakit?" tanyanya. Sion menggeleng lemah. "Aku panggil Dokter Erik dulu, ya?
"Jangan--" ujar Sion menghentikan langkah Reon. Reon langsung berbalik. "--jangan tinggalin aku sendiri."
Biarlah Sion menganggapnya manja, namun Sion ingin terus bersamanya. Bersama Reon Alistair Zodic.
Reon tersenyum. Lalu kembali duduk di tempatnya, menggenggam tangan Sion. "Aku enggak akan ninggalin kamu," balas Reon kemudian, mencium punggung tangan Sion yang dia genggam.
Akhirnya, Reon memanggil suster lewat bel untuk memanggil dokter Erik. Tak lama kemudian, dokter Erik datang dengan beberapa suster.
"Kamu hobi bikin orang jantungan ya, Sion," ujar dokter Erik sambil mengacak-acak rambut Sion. Sion tidak membalas, hanya tersenyum.
Dokter Erik memeriksa monitor yang terhubung dengan peralatan yang terpasang di tubuh Sion, kemudian beralih lagi menatap Sion.
"Masih pusing?" tanyanya.
"Sedikit," jawab Sion.
"Hari ini kamu istirahat aja seharian ya. Besok baru kita MRI lagi," ujar dokter Erik.
"Hem--emm."
Dokter Erik beralih pada Reon. "Reon, kalau dia ajak jalan-jalan jangan mau ya. Dia harus istirahat total. Awas kalau kamu bawa dia jalan-jalan," ancamnya. Reon nyengir pasrah. Tampaknya dokter Erik masih selek dengannya karena membawa Sion kabur dari rumah sakit waktu itu.
Sion hendak tertawa melihat ekspresi Reon. Namun, lagi-lagi, sakit itu menyerang kepalanya. Tidak tahan, dia mulai mengerang lalu memegangi kepalanya, meski dia tahu itu tak akan mengurangi rasa sakitnya.
"Sion!"
Dokter Erik dan suster-suster yang masih ada di ruangan langsung siaga melihat Sion kesakitan.
"ARGHHH.... "
Rasa sakit kali ini bahkan lebih parah daripada yang dia rasakan kemarin. Dia bisa merasakan dokter Erik mencoba untuk menenangkannya dan suster yang memegangi tangannya untuk menyuntik obat penenang.
Efek obat penenang itu langsung terasa kurang dari satu menit kemudian dan rasa sakitnya mulai tergantikan dengan rasa kantuk.
***
Jude Lewiss baru saja pulang setelah mengantarkan Rachel kerja. Saat dia membuka pintu, Reon Alistair Zodic sedang berbincang dengan mamanya di ruang tamu. Pemandangan langka. Biasanya Reon selalu mengabarkan kalau akan datang ke rumahnya. Keduanya yang tadi sedang berbincang menoleh ke arahnya yang baru masuk.
"Tuh, Jude udah pulang." Layla menunjuk Jude, lalu berdiri. "Tante mau berangkat kerja dulu ya, Re. Jude, mama berangkat."
"Iya, take care, Ma," balas Jude, sedang Reon hanya mengangguk.
"Ada angin apa lo ke sini?" tanya Jude yang langsung duduk di tempat Layla duduk tadi setelah Layla pergi.
"Gue diusir dari rumah sakit," jawab Reon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...