Sion Vererro sedang asyik membalas pesan grup sambil duduk santai di sofa ruang MPK saat pintu ruangan dibuka. Damian masuk ke dalam dengan tangannya yang penuh membawa piring dari kantin. Sion menatapnya sambil menebak-nebak pose Damian saat membuka pintu dengan kedua tangan yang seperti itu.
"Silahkan makan, tuan puteri," ujar Damian sembari meletakkan piring yang berisi indomie goreng ke meja rendah di depan Sion. Dia sendiri kemudian duduk di depan Sion dan langsung melahap makanannya.
"Dam, jangan bilang ini..."
"Yup. Paket hemat. Dua indomie jadi satu delapan ribu. Diabisin ya," potong Damian sambil tersenyum jahil. Sebelumnya Sion memesannya untuk membelikan makanan dengan porsi yang sedikit, dan Damian tahu kalau Sion tidak bisa tidak menghabiskan makanannya karena kebiasaan sejak kecil.
"Yaudahlah, indomie ini," balas Sion yang tidak menggubris keisengan Damian. Siapa yang tahan untuk tidak menghabiskan indomie? Micinnya sangat menggoda—dan bikin bego.
Damian langsung pasang muka bete, lalu menggunakan garpunya untuk mengambil indomie goreng dari piring Sion. "Biar ga bego, nanti kamu ulangan fisika kan?" alasannya.
"Gapapa. Ikhlas kok bego kalau makan indomie," jawab Sion polos.
"Dasaaar!"
Damian langsung mengacak-acak rambut Sion. Walau kesal karena rambutnya nanti berantakkan, tapi dia menyukai saat dimana Damian menyentuh kepalanya dan mengacak rambutnya.
Keduanya sama-sama terdiam, menikmati makanannya masing-masing. Saat keheningan itulah ada perdebatan batin dalam diri Sion, apakah dia harus bertanya tentang Jane pada Damian atau tidak. Jika dia bertanya, mereka mungkin akan jadi canggung. Tetapi di saat yang sama, Sion tidak ingin ada rahasia di antara mereka. Terlebih lagi, Sion ingin Damian jujur kepadanya.
"Dam," ujar Sion saat Damian sudah menyelesaikan makanannya dan sedang meneguk air minumnya.
"Hem?"
"Waktu aku minta kamu jemput di Tetrias kemaren, sebenernya aku lagi di Gramedia. Dan aku liat kamu lagi sama Jane."
Apa yang dikatakan oleh Sion sontak membuat Damian menelan minumannya dan menatap Sion.
"Kenapa waktu itu kamu bohong sama aku?" tanya Sion pada Damian.
Damian terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab.
"Aku pengen bilang aku lagi sama Jane waktu itu. Tapi batal karena takut kamu berpikiran macem-macem nantinya," jawab Damian.
Sion tersenyum. "Aku emang cemburu, tapi aku lebih ga suka kalau kamu bohong sama aku. Jadi kapan-kapan, jangan sungkan bilang dan jujur aja sama aku ya?"
"Siap, tuan puteri. Maafin aku, Sion," balas Damian.
"Gapapa, pingky promise?"
Damian ragu. Tetapi pada akhirnya, Damian menyambut jari kelingking Sion. Karena waktu itu dia tidak tahu kalau dia akan sering melanggar pingky promise-nya dengan Sion.
***
Selain pengumuman liburan, sebenarnya ada lagi satu pengumuman yang bikin heboh semua murid dari pagi. Tapi sayangnya, semua murid juga menghindari pengumuman itu. Pengumuman rangking angkatan.
Saat mau mengembalikan piring ke kantin, Sion kebetulan melewati papan pengumuman rangking itu. Dari pagi dia tidak sempat melihatnya, jadi akhirnya dia memutuskan untuk melirik pengumuman itu. Seperti biasa, namanya berada di peringkat teringgi—hal yang biasa baginya sejak SMP.
"Kakek punya kenalan di Maryland. Dia lulusan John Hopkins. Kamu tau John Hopkins kan? Dia udah cetak banyak rekor dalam operasi pediatrik. Kakek udah hubungin dia, kebetulan dia memang sedang mau mencari anak muda yang tertarik dalam kedokteran pediatrik dan ingin menumbuhkan bibit baru dunia kedokteran. Kakek udah cerita soal kamu, dan dia langsung tawarin kesempatan ini. Kamu mau ke Maryland?"
Tawaran itu kembali terngiang di kepalanya.
"Gausah liat juga lo udah pasti rangking satu kok," ujar seseorang dari belakang Sion.
Sion menengok dan mendapati Reon sedang berdiri di belakangnya. Reon juga sedang melihat rangking. Refleks, Sion mengikuti arah mata Reon yang menatap pengumuman. Dia peringkat tiga, sedang peringkat dua adalah Jude Lewiss. Raut wajah Reon terlihat kesal setelah melihat namanya ada di rangking ketiga, tepatnya karena namanya berada di bawah nama Jude Lewiss.
"Lo suka Rachel ya?" pertanyaan itu dilontarkan Sion tiba-tiba, di luar dugaan Reon.
"Bohong kalau gue bilang enggak," jawab Reon jujur.
Sion menatap Reon sebentar, lalu berjalan melengos pergi menjauh. Tetapi tidak lama dia berhenti, menengok lagi ke arah Reon.
"Mendingan lo nyerah aja, jangan maksain diri lo sendiri," ujarnya pada Reon. "Nanti lo yang sakit," lanjutnya.
Dan lagi lo dan Rachel sama-sama anak Dion, batin Sion yang tidak terucapkan.
"Gue sendiri juga tau, lebih dari siapapun," balas Reon.
Sion menatap Reon sebentar, lalu melanjutkan langkahnya.
***
Jude sedang kencan bersama Rachel sepulang sekolah. Bukan kencan yang terencana, tepatnya. Tiba-tiba saja Rachel mengajaknya makan red velvet pie di Union. Jude sendiri juga tergoda begitu Rachel menunjukkan fotonya. Jadilah mereka ke Plaza Senayan sepulang sekolah.
"Rachel," panggil Jude di sela-sela makannya, Rachel langsung menoleh padanya dengan wajah yang seolah mengatakan 'apa'. "Menurut lo, Damian masih punya perasaan ke Jane gak?" tanyanya.
Rachel terdiam sebentar, tidak menyangka Jude akan mengungkit topik kali ini.
"Kayaknya masih," jawab Rachel.
Momen ketika Damian berpacaran dengan Jane masih tidak terlupakan di memorinya, yang waktu itu masih SMP. Walau Jane sering menyakiti Damian, tapi Rachel tahu pasti kalau Damian sangat mencintainya. Waktu itu Damian sudah mengajak Jane keluar dari pergaulannya yang rusak, tetapi Jane tidak mau. Tepatnya, Jane tidak bisa. Sekali masuk, akan sulit untuk keluar. Karena itulah Jane mengakhiri hubungannya dengan Damian, agar Damian tidak terlibat dengannya. Jane tidak ingin merusak Damian.
Walau awalnya Jane menganggap Damian sebagai mainannya agar bisa bebas dari hukuman sekolah, Rachel sadar bahwa Jane sudah jatuh cinta beneran dengan kakaknya. Keduanya pasti masih menyimpan perasaan satu sama lain, hanya saja mereka menahannya.
"Kenapa lo nanya, by the way?"
Jude ragu apa dia harus mengatakannya pada Rachel atau tidak. Tetapi dia memilih untuk mengatakannya pada Rachel.
"Gue liat Damian jalan sama Jane waktu gue samperin nyokap gue."
"Jane ada di Jakarta?"
Sebagai jawaban, Jude mengangguk. Setahu Rachel, Jane pergi ke luar negeri setelah di drop out dari sekolah. Dia tidak menyangka Jane masih di Jakarta.
"Jadi menurut lo, ada sesuatu di antara mereka?"
"Bisa jadi. Makanya waktu ke rumah lo dan ketemu Damian, gue peringatin dia buat ga melakukan hal bodoh kayak yang gue lakuin," Jude menatap Rachel. "Gimana kalu Damian milih Jane ketimbang Sion?"
"Gue gatau. Tapi yang gue tau pasti, Damian ga akan pernah bisa lupain Jane."
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...