Dengan bantuan nama Vererro Group, Anca berhasil dibebaskan dan masalah sengketa tanah tuntas. Sekarang sudah dua minggu berlalu sejak saat itu, dan belakangan ini Sion merasa ada yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Tetapi bisa saja itu hanya perasaan insecurity-nya saja, jadi dia menghiraukannya.
Walau begitu, dia jadi jarang keluar rumah. Kecuali, saat bekerja ataupun saat pergi bersama dengan Reon. Pekerjaannya tidak begitu menyibukkan sekarang, karena ada dokter pediatrik tambahan yang baru masuk.
Berkat itu jugalah, malam ini dia bisa pergi dinner bareng Reon.
"Nunggu lama?" tanya Sion saat dia sudah masuk ke dalam mobil Reon yang terparkir di parkiran.
Reon mengangguk mantap. "Ya! Dan gue kecewa, gue udah nunggu lama dan lo bahkan enggak dandan sama sekali. Padahal, biasanya cowok nungguin cewek lama gara-gara ceweknya dandan," komentar Reon.
Sion tertawa. "Jadi lo pengen gue dandan?"
Tanpa terduga, Reon mendekatkan wajahnya ke wajah Sion. Sion sontak memundurkan wajahnya. "Hem, ga perlu dandan juga udah cantik, kok," ujarnya mencubit pipi Sion. "Kenapa? Takut gue cium?" candanya. "Gue bakal lakuin kalau lo udah siap, toh kita baru pacaran enggak lama."
Sion menggaruk-garuk kepalanya.
"By the way. Belakangan ini lo ada masalah?" tanya Reon.
"Apa?" tanya Sion balik.
"Kalau ada yang ganggu pikiran lo, lo bisa cerita apa aja ke gue, Sion," balas Reon.
Sion tidak mengerti. Tunggu. Apa maksudnya masalah Anca dan rasa insecurity-nya belakangan ini? Tapi mana mungkin Reon tahu, karena dia tidak menceritakan apapun pada Reon.
"Dan—" tidak ada jawaban dari Sion sampai mereka berhenti di lampu merah, akhirnya Reon yang memulai pembicaraan lagi. "—mau mulai pake aku-kamu? Kayaknya lebih nyaman."
"Oke," balas Sion disertai anggukan, membuat Reon tersenyum.
Dan begitulah. Sion membiarkan Reon berkonsentrasi menyetir sampai akhirnya mereka tiba di sebuah restoran bernuansa Meksiko yang cukup ramai.
Reon sudah memesan tempat di sini, jadi mereka tinggal masuk saja. Sion sedikit merasa bersalah ketika melewati antrian waiting list panjang, yang dikarenakan malam minggu dan status 'baru buka'-nya cabang restoran terkenal ini.
"Ngomong-ngomong, Rebecca bakal pulang easter holiday nanti," ujar Reon.
Rebecca sudah tahu tentang Sion, dan semuanya. Reon yang memberitahu, karena menurut Reon, Rebecca sudah cukup dewasa untuk tahu. Lagipula, dia pernah berjanji pada Rebecca untuk tidak merahasiakan apapun darinya.
Reaksi Rebecca begitu tahu hal ini lewat skype, tentu saja terkejut. Namun, Rebecca bisa menerimanya. Sepertinya juga, Rebecca dan Sion sudah saling chat. Malah, Rebecca pernah menolak Reon yang mengajak skype karena mau skype bareng Sion.
"Iya. Dia udah bilang," balas Sion sambil mengunyah makanannya. Sion kelihatan senang membahasnya, jadi Reon tersenyum. Bagaimanapun, Sion dan Rebecca half-sisters. Dan di liburan paskah nanti, mereka akan bertemu untuk pertama kalinya.
Awalnya, Rebecca tidak punya niat kembali ke Jakarta saat paskah karena dia akan ke Jakarta saat summer break yang lebih panjang. Tapi kali ini, dia tidak sabar ingin bertemu Sion. Makanya dia rela pulang walau liburannya hanya sekitar dua minggu.
[Di Inggris, untuk mayoritas sekolah ada liburan paskah yang berlangsung sekitar 18 hari]
"Aku jadi merasa diduain. Minta kamu skype, kamu skype sama Becky. Minta Becky skype, Becky skype sama kamu," keluh Reon.
"Yah. Skala prioritasku Rebecca dulu," balas Sion, sengaja supaya Reon ngambek.
"Iya, deh," sahut Reon sebal. "Cowok bule yang sering bareng sama kamu di rumah sakit itu siapa?"
Sion langsung tahu kalau orang yang dimaksud oleh Reon itu Matt. Matt pasti menarik perhatian, apalagi Reon sering menghampirinya di rumah sakit baik saat menjemputnya atau menemaninya makan di kantin saat tidak ada jam kuliah.
"Matt. Dia banyak bantu aku di Baltimore dulu," jawab Sion. "Cemburu?"
"Iya," balas Reon. Singkat, padat, dan jelas.
Sion tidak bisa bilang ke Reon kalau sebenarnya Matt menyimpan perasaan padanya, takutnya nanti malah ribut. "Dia udah kayak kakak aku sendiri, kok," ujar Sion akhirnya.
***
Mata Reon menangkap sebuah mobil hitam yang berada tidak jauh dari mobilnya melalui spion. Mobil itu lagi. Mobil yang belakangan ini sering muncul mengikuti mobilnya setiap kali dia pergi bersama Sion. Benar-benar mencurigakan.
Mobil itulah yang menjadi alasan mengapa Reon selalu menghampiri Sion setiap saat, Reon tidak mau membiarkan Sion sendirian. Reon takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Sion.
Kemarin, Reon sudah meminta pegawai papanya untuk menyelidiki mobil itu. Namun, hasilnya belum keluar dan dia terpaksa menunggu. Reon penasaran mengapa mobil itu selalu mengikuti Sion, tetapi Sion selalu diam saja setiap kali dia bertanya apakah ada masalah yang terjadi.
Dalam hati Reon berharap Sion lebih terbuka padanya, menceritakan semua masalahnya. Dia memang sudah tahu banyak rahasia yang disimpan oleh Sion, tetapi Reon tahu bukan itu saja yang disembunyikan Sion. Masih banyak yang tidak dia ketahui dari Sion, dan dengan sabar Reon menunggu Sion sendiri yang menceritakannya. Dia tidak mau memaksa Sion menceritakan semua rahasianya, sekalipun dia penasaran akut. Tetapi jika ternyata itu malah menghancurkan Sion, Reon tidak akan tinggal diam.
"Thanks, Re," ujar Sion sebelum membuka pintu. Reon mengangguk.
"Sion." Panggilannya membuat Sion yang hendak beranjak berhenti sejenak, menatapnya. "Kalau butuh apa-apa atau mau kemana, bilang ya. Aku nanti jemput, oke? Besok juga aku bakal anterin ke Tetrias."
"Aku bisa nyetir sendiri, Reon," tolak Sion.
"Tapi ini bukan penawaran. Jadi ga menerima tolakkan," balas Reon, mengingatkan Sion pada tante Beatrice dulu. Sion tersenyum, lalu mengangguk.
"Take care," pamitnya, lalu keluar dari mobil Reon.
Sion melambai pada mobil Reon. Dia tidak langsung masuk ke dalam rumah. Saat mobil Reon keluar dari gerbang, barulah Sion masuk.
***
Pria berambut cepak itu terus mengamati sebuah mobil ferrari yang barusan masuk ke dalam rumah mewah keluarga Vererro. Matanya menangkap bayangan targetnya, seorang perempuan yang baru saja keluar dari dalam mobil itu.
Harusnya dia sudah bisa mendapatkannya minggu lalu, tetapi pria yang mengendarai mobil ferrari itu terus berada di dekat targetnya sehingga dia tidak bisa berbuat macam-macam.
Saat perempuan itu sendirian, dia harus segera beraksi. Dia harus bisa melakukannya dalam waktu dekat.
Atau dia takkan mendapatkan bayaran yang telah dijanjikan.
***
Mobil hitam itu masih ada bahkan sampai Reon keluar dari rumah Sion. Memang berbahaya. Tetapi, Reon belum bisa menangkapnya sebelum ada bukti yang valid.
Sepertinya Sion juga belum menyadari ada yang mengikutinya. Keamanan rumah Vererro terjamin, jadi sekarang Sion aman. Namun tetap saja, Reon tidak akan membiarkan Sion sendirian. Takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...