Part 59 - Avoiding

4.4K 289 29
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak terakhir Sion bertemu dengan Reon di pesta ulang tahun kakeknya, dan sudah dua hari juga berlalu sejak Sion mulai bekerja di Tetrias. Namun, Reon masih belum mendapat kesempatan untuk jalan bareng Sion. Bukan karena waktu mereka tidak pas, tetapi karena Sion berusaha untuk menghindari Reon sebisanya. Reon selalu ada di notifikasi chat-nya, menanyakan kapan dia ada waktu. Sion ingin mengiyakan, namun dia tahu dia tidak boleh. Kalau dia mengiyakan, perasaan sukanya terhadap Reon akan semakin besar.

Sion takut, takut pada dirinya sendiri. Takut kalau Reon menyukainya. Terlebih, dia takut menyakiti Reon karena rahasia yang dia simpan.

Dalam dua hari ini Sion sengaja menyibukkan dirinya dengan berbagai hal di rumah sakit untuk mengalihkan pikirannya yang selalu memikirkan seorang Reon Alistair Zodic.

Sekarang Sion sedang berjalan di koridor, tangannya memegang papan jalan yang lengkap dengan kertas-kertas berisi hasil pemeriksaan. Dia habis keliling memeriksa keadaan pasien-pasiennya pasca operasi.

Dugh

Karena tidak memperhatikan jalan, akhirnya dia menabrak seseorang. Tabrakkan itu membuat papan jalan dan kertas-kertasnya jadi jatuh dan berantakan.

"Sorry," ujar Sion tanpa memandang orang yang ditabraknya, karena sibuk merapikan kembali barang-barangnya yang terjatuh.

Saat hendak mengambil kertas yang terjatuh sedikit jauh darinya, tangannya bersentuhan dengan tangan orang yang ditabraknya, yang hendak membantu. Sion sontak menoleh, orang itu tersenyum padanya.

"Lama enggak ketemu," ujar orang itu yang tak lain adalah Reon Alistair Zodic. "Mau makan siang bareng?" tawarnya.

Sion mau menolak, tapi di saat yang bersamaan, perutnya berbunyi. Perut sialan. Reon terkekeh.

"Makan di kantin sini enggak masalah?" tanya Sion pada akhirnya.

"Enggak masalah, asal bareng lo," balas Reon dengan senyuman khasnya.

***

Sion makan dengan lahap, terakhir kali dia makan kemarin jam enam sore, dan sekarang sudah jam 12 siang. Perutnya sudah berontak dari tadi, kalau mau jujur. Sayangnya, dia tidak sempat makan karena terlalu sibuk. Apalagi, semalam ada kecelakaan yang cukup besar. Dia harus menangani tiga pasien sekaligus karenanya.

"Pelan-pelan aja, enggak gue colong kok makanannya," canda Reon yang disambut pelototan dari Sion.

"Lo ngapain ke sini?" tanyanya sambil mengunyah makanan di mulutnya, pertanyaan yang belum sempat tertanya karena lapar.

"Kangen."

Satu kata yang sukses membuat Sion tersedak. Dia langsung mengambil gelas berisi air di depannya dan minum.

"Kenapa? Seneng ya?" goda Reon. "Lo enggak kangen sama gue?"

"Enggak," balas Sion 100% bohong.

"Ouchh ...."

"Jadi, kenapa lo ke sini?"

"Terakhir lo makan kapan?" Reon mengalihkan pembicaraan.

"Kemaren?"

"Jam?"

"Enam," jawab Sion seadanya. "Sore," klarifikasinya.

Reon melongo. "Dan lo kerja terus abis itu?"

"Dan tidur tiga jam," ralat Sion.

Reon menghela napas. "Selena suruh gue ke sini ngecek elo udah makan apa belom," akhirnya Reon memberikan jawaban atas pertanyaan Sion tadi yang sempat dialihkan.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang