Part 72 - Strange

3.9K 274 28
                                    

[Song of the chapter:
John Legend - All of Me]

Dion Aluxio Zodic mengetuk-ngetukan jarinya di meja kerja. Dia tidak habis pikir, dugaannya enam tahun yang lalu benar. Dan yang paling membuatnya kecewa adalah, dia langsung percaya pada Arthur begitu saja waktu itu tanpa memastikannya lagi.

"Kalau emang kamu suka sama dia, jangan pernah lepasin dia, Re. Jangan pernah kecewain dia, dan terlebih lagi—" Dion memberi jeda. "—jangan buat dia ninggalin kamu karena kebodohanmu, Re. janji sama Papa?" Dion mengepalkan tangannya dan menjulurkannya pada Reon.

Reon tersenyum. "Janji, Pa," ujarnya sambil membenturkan kepalan tangannya dengan Dion.

"Don't make promises you can't keep." Dion mengingatkan.

"I will never broke that promise," balas Reon dengan aksen British yang masih kental walau sudah lama dia meninggalkan Inggris.

Dion mengacak-acak rambutnya sendiri. Apa yang membuatnya stressed out bukanlah kenyataan kalau Sion adalah anaknya. Dia bahkan senang karena tahu Sion anaknya.

Tetapi Reon menyukai Sion, dan mereka berpacaran! Dion sendiri yang mendukungnya kala itu.

Maaf Reon, papa yang bakal bikin kamu ngelanggar janjimu, batin Dion dalam hati.

Tangan Dion bergerak membuka laci meja kerjanya, mengambil handphone-nya.

Calvin, atur pertemuan dengan Ezra Vererro.

Kali ini, dia harus menyelesaikan semuanya. Semua yang terjadi di masa lalu, serta yang terbawa pada masa kini. Dia harus memastikan semuanya dan dia harus mengembalikan semuanya ke posisi yang benar. Walau mungkin ini akan menyakiti hati kedua anaknya.

Mereka tidak boleh bersama.

***

"Dokter Sion? Ada apa?" tanya asisten bedah pada Sion yang mendadak menaruh kembali pisau bedahnya saat operasi baru saja akan dimulai.

"Maaf. Bisa tolong panggil dokter Jeremy ke sini? Kayaknya saya kurang enak badan," jawabnya sambil tersenyum.

"Tapi, Dok--" ujar asisten itu terpotong.

"Saya bakal tanggung jawab. Lebih baik begini daripada terjadi hal yang enggak mengenakkan kalau saya keras kepala buat lanjutin," potong Sion, membuat semua orang yang ada di ruang operasi menatapnya heran. Lalu, asisten dokter itu mengangguk.

Begitu keluar dan melepas semua atribut yang tadi dia kenakan untuk operasi, Sion berjalan cepat menuju ruangannya dan langsung membanting tubuhnya di kursinya.

Sion mengangkat tangan kanannya yang bergetar hebat. Lalu, menatapnya sendu.

Saat mau menggunakan pisau bedah tadi, dia nyaris salah membelah. Untungnya, dia langsung sadar dan mengangkat kembali tangannya. Kejadian ini bukan pertama kali, sebelumnya juga pernah terjadi. Namun, dia berhasil mengendalikan diri sebelumnya.

Kali ini, dia sudah tidak bisa mengendalikan tangannya lagi.

Mata Sion beralih pada gelas yang ada di atas mejanya. Sion berusaha meraihnya.

Gagal. Tangannya malah melewati sebelah gelas.

Sion menghela napas kasar, lalu berusaha mengontrol kembali tangannya. Berhasil, dia berhasil mengambil gelas itu. Tanpa meminum, Sion mengembalikan lagi gelas itu pada tempatnya.

Tangan Sion kemudian meraih telepon dengan sedikit susah payah, lalu menekan beberapa tombol.

"Michael, ada yang lagi pake MRI?"

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang