Megah, dan mewah. Dua kata itulah yang mampu mendefinisikan suasana pesta ulang tahun Ezra Vererro yang ke 70, yang dirayakan bersamaan dengan ulang tahun Vererro Group yang ke 42. Wajar saja pesta ini megah dan mewah, mengingat Ezra merupakan orang kedua terkaya di negara ini setelah Arthur Williams. Tamu yang diundang bukan orang sembarangan, hanya orang-orang inner circle-nya yang kebanyakan merupakan CEO, artis, maupun pejabat.
Sion Vererro bersandar pada pinggiran balkon tak jauh dari ballroom tempat diadakannya acara. Dengan alasan pergi ke toilet, dia berhasil keluar dari ballroom. Akhirnya dia bisa bernapas lega sekarang karena terbebas dari tamu undangan yang sedaritadi mengajaknya berbicara.
Tempat ini, tempat yang sama dengan tempat diadakannya pesta ulang tahun Zodic Group. Sambil memejamkan matanya, memori Sion kembali pada saat itu. Waktu itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Ezra Vererro, kakek yang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Saat dimana Ezra menawarkannya menjadi pewaris pertama kali dan dia langsung menolak karena kesalahpahaman.
Walau tidak berhubungan darah sama sekali, Ezra memperlakukan Sion seperti cucu kandungnya sendiri. Ezra seakan mengambil role seorang ayah bagi Sion, dan berkat itu Sion bisa merasakan lagi kasih sayang orang tua yang sudah lama tidak dia rasakan sejak kepergian Billy dan Sarah.
Mengingat itu, tanpa sadar senyuman terukir di wajah Sion. Dia benar-benar bodoh dulu, sampai-sampai waktu itu sempat berteriak di atap bahwa dia membenci Ezra Vererro.
"Gitu dong, gue gasuka liat cewek nangis."
Dialog percakapannya dengan Reon di masa lalu tiba-tiba muncul di kepalanya.
Oh Tuhan. Sion Vererro, get a hold of yourself! Bodoh, Sion, bodoh. Reon itu anak Dion juga, ini tidak benar.
"Gue bakal jadi Christian Grey lo sampai kapan pun lo mau."
Sial. Pikirannya jadi dipenuhi oleh seorang Reon Alistair Zodic. Bukan hanya kali ini, tepatnya. Sejak kembali dari Bali, dia jadi sering memikirkannya. Sion sadar dia telah menyukai Reon Alistair Zodic, dan itu tidak boleh.
Kenapa lo anak papa juga? Batin Sion penuh penyesalan. Sion jadi berharap seandainya Reon bukan adiknya. Dengan begitu mungkin ceritanya akan berbeda, dia bisa bebas menyukai Reon. Tetapi apakah itu mungkin?
Sion hendak berbalik untuk kembali ke ballroom karena sudah pergi cukup lama, lalu saat keluar dari pintu balkon, pandangannya bertemu dengan orang yang baru saja dia pikirkan. Dan orang itu, tersenyum padanya.
"Capek ngeladenin tamu undangan ya, Nona Muda?" ejek Reon yang mendekat padanya.
Sion tersenyum awkward memikirkan kalau baru saja berdebat dalam hati tentang orang ini. "Kayak lo dulu?" balas Sion.
Mata Reon langsung membulat. "Lo masih inget?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan.
"Sion, gue su ...."
Kalimat yang tak berhasil terucapkan oleh Reon terngiang di kepala Sion, membuatnya sadar bahwa dia tidak seharusnya menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Reon.
"Gue balik dulu ya, takutnya dicariin," pamit Sion pada Reon.
Ya. Dia tidak seharusnya menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Reon. Dia harus pergi.
Karena kalau tidak, Sion Vererro akan larut dalam perasaannya. Dan dia tahu, itu tidak seharusnya terjadi.
***
"Sion?"
Panggilan itu membuat Sion menghentikan tangannya yang baru saja akan membuka pintu ballroom. Dia mengenali suara itu. Tepatnya, dia tidak akan pernah lupa. Dia tidak bisa lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...