Epilog

6.5K 323 14
                                    

Hei, Reon. Ini aku, Sion.

Ingatkah hari saat pertama kali kau menyatakan cintamu padaku? Sejujurnya waktu itu aku sangat takut, takut kau akan meninggalkanku begitu tahu yang sebenarnya. Aku takut, takut karena aku tidak mau ditinggal olehmu. Aku takut, karena aku sadar bahwa aku sangat menyayangimu.

Satu hal yang paling kusyukuri dalam hidupku adalah saat kau berkata bahwa kau bukan anak kandung papa. Maafkan aku karena telah mensyukuri hal yang paling kau sesali. Tetapi berkat itu, aku dan kau bisa bersama.

Aku sangat senang. Namun, di saat yang sama, kenyataan membuatku takut. Saat Amy mengonfirmasi tentang apa yang terjadi pada diriku, rasa takut itu kembali muncul.

Kau tahu mengapa aku takut, Reon? Bukan ketakutan karena harus hidup dengan bantuan orang lain seumur hidupku, bukan juga ketakutan karena harus kehilangan karirku.

Rasa takut itu datang saat aku tahu aku akan menyusahkanmu, saat aku tahu aku akan meninggalkan dunia ini lebih cepat dari padamu.

Karena itulah aku pergi. Aku membuang tiga bulan waktuku bersamamu, dan tiga bulan waktumu bersamaku.

Tetapi pada akhirnya, kau menemukanku.

Aku kira saat kau tahu, kau akan merasa jijik padaku yang bahkan sudah tidak bisa berjalan lurus dengan kemampuanku sendiri.

Aku kira, kau akan meninggalkanku.

Kau tidak melakukannya, dan aku merasa lega. Kau selalu mendampingiku sekalipun kita tidak bisa melakukan banyak hal yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan kekasih seumuran kita karena keterbatasanku. Aku bersyukur karena kau mau bertahan untukku.

Waktu kau mengajakku untuk bersumpah di gereja layaknya orang menikah dalam balutan gaun yang sangat indah, aku kehabisan kata-kata. Apa kau ingat saat kau mengucapkan janji itu? Janji bahwa kau akan tetap mendampingiku dalam suka atau duka, kelimpahan atau kekurangan, di waktu sakit dan sehat, sampai maut memisahkan kita. Waktu itu Aku hanya menangis dan tidak membalas. Aku takut seandainya aku membalas, maut itu akan semakin dekat dan memisahkan kita.

Dan ternyata, walau aku tidak membalas sekalipun, maut tetap datang. Tidak, dia tidak datang, tepatnya, aku yang memutuskan untuk mendatangkannya.

Aku meninggalkanmu.

Aku meninggalkanmu yang sudah bertahan di sisiku, meninggalkanmu yang tak pernah sekalipun meninggalkanku.

Maafkan keegoisanku ini, Reon. Bukankah aku seorang wanita sangat jahat? Tidak sepatutnya aku mendapatkanmu.

Tetapi anehnya, aku tidak menyesal merasakan cintamu.

Apakah kalau kita terlahir kembali, kisah kita akan terulang? Apakah aku akan ditakdirkan untuk meninggalkanmu? Apa... Kita memang tidak seharusnya bersama?

Walau dengan terlahir kembali aku bisa bertemu denganmu lagi, merasakan kehangatanmu, merasakan cintamu yang sangat tulus padaku, aku akan menolak semua itu.

Kalau aku lahir hanya untuk meninggalkanmu sendirian, aku akan memilih untuk tidak terlahir kembali.

Cukup sekali saja aku meninggalkanmu.

Maaf, Re. Karena aku selalu melanggar janjiku meski kamu selalu menepati janjimu.

Terima kasih telah mencintai seorang Sion Vererro, Reon Alistair Zodic.

Aku mencintaimu.

Selalu.

***

Tahukah kau, Sion. Apa penyesalan terbesar dalam hidupku?

Tidak mencintaimu sejak SMA dan menyia-nyiakan enam tahun tanpa kehadiranmu di hidupku.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan betapa pentingnya suatu yang dinamakan waktu. Aku mensyukuri tiap detik yang kuhabiskan bersamamu, aku mensyukuri tiap detik yang kuhabiskan untuk memikirkanmu.

Ingatkah kala itu, Sion? Saat dimana aku menemukanmu menangis dua kali dan aku menarikmu untuk berteriak keras? Aku merasa beruntung telah menemukanmu di saat terburukmu.

Kau begitu hebat, Sion. Kau selalu berlagak kuat sehingga tak ada yang tahu kalau kau rapuh di balik layar.

Aku merasa beruntung mengetahui betapa rapuhnya dirimu. Karena dengan begitu, aku bisa terus menjagamu.

Dengan begitu, aku bisa ada di sebelahmu saat kau rapuh.

Sion Vererro, kuharap kau mengetahui ini: Aku tak pernah menyesal pernah bertemu denganmu, meghabiskan waktu denganmu. Aku tidak pernah menyesal telah jatuh cinta pada senyumanmu, dan mencintaimu sepenuhnya.

Karena itu, jika kita terlahir kembali, aku akan mencarimu. Aku akan berjuang untuk membuat akhir yang bahagia untuk kita berdua. Akhir dimana kita tumbuh tua bersama dan pergi meninggalkan dunia ini bersama.

Aku takkan meninggalkanmu dan kuharap kau tidak meninggalkanku.

Karena itu, tidak apa-apa untuk bertemu lagi di kehidupan yang selanjutnya, Sion.

Di kehidupan selanjutnya, mari kita bertemu lagi dan mari kita jatuh cinta lagi.

Saat itu, mari juga kita bersama-sama melawan takdir.

Aku mencintaimu, Sion Vererro. Aku, Reon Alistair Zodic, akan selalu mencintaimu.

Sekalipun kau meninggalkanku.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang